
Gangguan layanan digital Byond by BSI dalam beberapa hari terakhir memicu keluhan dari para nasabah Bank Syariah Indonesia (BSI). Manajemen BSI mengonfirmasi adanya pemeliharaan sistem dan menjamin dana nasabah tetap aman. Meski begitu, gangguan ini kembali memunculkan kekhawatiran terkait ketahanan infrastruktur digital perbankan syariah terbesar di Indonesia ini.
Poin utama:
- Gangguan pada layanan Byond by BSI terjadi akibat proses pembaruan sistem yang berdampak pada transaksi digital nasabah.
- Manajemen BSI menjamin keamanan data dan dana nasabah, serta mengimbau kewaspadaan terhadap potensi penipuan.
- Keluhan nasabah di media sosial mencerminkan urgensi peningkatan keandalan layanan digital perbankan syariah.
Sejumlah nasabah Bank Syariah Indonesia (BSI) mengeluhkan gangguan akses pada layanan digital Byond by BSI dalam beberapa hari terakhir. Keluhan ini ramai diperbincangkan di media sosial, mencerminkan keresahan pengguna yang mengalami kesulitan dalam bertransaksi.
Menanggapi hal ini, Corporate Secretary BSI Wisnu Sunandar menjelaskan bahwa gangguan terjadi akibat proses pembaruan sistem guna meningkatkan kualitas layanan. “Selama proses tersebut, layanan transaksi nasabah melalui e-channel mengalami kendala, namun transaksi tetap bisa dilakukan di cabang-cabang,” ujar Wisnu saat dikonfirmasi, Senin (10/2).
Ia menegaskan bahwa selama proses pemeliharaan sistem ini, data dan dana nasabah tetap dalam kondisi aman. “Kami juga mengimbau nasabah untuk selalu menjaga kerahasiaan data pribadi, termasuk password, PIN, dan OTP, serta tidak membagikannya kepada siapapun, termasuk pegawai BSI,” tambahnya.
BSI sebelumnya telah mengumumkan adanya pemeliharaan sistem melalui akun media sosialnya pada Sabtu (8/2). Pemeliharaan berlangsung pada Minggu (9/2) pukul 01.00 hingga 05.00 WIB. Dalam pengumuman tersebut, BSI menyatakan bahwa layanan transaksi akan terdampak sementara, namun memastikan dana nasabah tetap aman.
Meski demikian, keluhan tetap bermunculan. Sejumlah nasabah mengaku kesulitan mengakses layanan hingga berjam-jam setelah periode pemeliharaan berakhir. “Aplikasi masih tidak bisa digunakan, padahal sudah lewat dari jam pemeliharaan,” ujar seorang pengguna di platform X (Twitter).
Gangguan layanan perbankan digital seperti ini bukan kali pertama terjadi di Indonesia. Pada Mei 2023, BSI juga mengalami downtime yang cukup lama akibat dugaan serangan siber ransomware. Insiden tersebut menyoroti pentingnya ketahanan infrastruktur digital di sektor perbankan.
Gangguan pada layanan digital perbankan, terutama dalam sistem berbasis syariah yang tengah berkembang, menjadi tantangan tersendiri bagi BSI. Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia dengan total aset mencapai Rp400 triliun pada 2024, BSI perlu memastikan bahwa transformasi digitalnya berjalan dengan stabil. ■