INSURTECH atau Industri asuransi yang memanfaatkan teknologi digital memiliki potensi yang menarik saat ini dan ke depan. Salah satu pertimbangannya adalah karena industri asuransi Indonesia tengah mengalami kemajuan digitalisasi yang signifikan.
Demikian prediksi pengamat Investasi Keuangan dan Asuransi, Wahju Rohmanti seraya menyatakan bahwa insurtech merupakan cara atau konsep distribusi produk asuransi, dari konvensional menjadi digital.
“Saya kira insurtech ini pangsa pasarnya belum besar, karena baru tumbuh dan perkembangannya mengikuti pertumbuhan industri keuangan digital,” ujarnya Senin (16/10).
Baca Juga: AAUI prediksi ukuran premi bruto insurtech di Indonesia bakal tembus miliaran dolar
Wahju menyebutkan bahwa, insurtech terdiri dari tiga jenis yaitu insurtech aggregator, intermediaries dan full stack insurtech. Menurutnya, dari ketiga jenis itu yang berperan dalam tumbuhnya industri asuransi adalah full stack insurtech.
“Karena merupakan jenis insurtech yang berbentuk atau berizin sebagai perusahaan asuransi yang mengintegrasikan seluruh proses bisnisnya dengan teknologi secara menyeluruh,” terangnya.
Dia melanjutkan, sedangkan insurtech aggregator dan insurtech intermediaries hanya lembaga penunjang dari beberapa bagian proses bisnis.
“Sehingga kalau bicara keuntungan dibanding konvensional, asumsi insurtech full stack tadi tentu diefisiensi dan praktis, terutama bagi kalangan konsumen muda,” imbuhnya.
Wahju mengungkapkan, keuntungan lain dari full stack insurtech dibandingkan asuransi konvensional terletak pada penetapan premi yang dirancang lebih kecil.
Baca Juga: Kantongi lisensi OJK, Rey ingin jadi insurtech yang bisa menyederhanakan konsep proteksi kesehatan
“Semacam asuransi mikro, sehingga ini akan mendongkrak jangkauan masyarakat yg bisa mengakses produk asuransi,” ungkapnya.
Sementara keuntungan dari insurtech aggregator dan intermediary, lanjut Wahju, juga bisa meningkatkan pangsa pasar perusahaan asuransi yang menggunakan jasa keduanya secara tidak langsung.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Budi Herawan menyampaikan bahwa digitalisasi menyediakan produk asuransi yang terjangkau dan mudah diakses bagi pelanggan di seluruh Indonesia. Dengan begitu, kehadiran insurtech bisa menjangkau potensi ini.
“Insurtech di Indonesia diperkirakan akan tumbuh empat kali lipat selama 2021-2026 dan mencapai ukuran premi bruto yang bernilai miliaran dolar,” ujarnya di acara Indonesia Rendezvous 2023, di Nusa Dua, Bali, Kamis (12/10).
Baca Juga: Pengguna e-commerce makin dimanjakan dengan layanan insurtech yang terintegrasi
Budi menjelaskan, pasar insurtech di Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan didorong peningkatan kesadaran akan meningkatnya digitalisasi, penawaran harga yang kompetitif dan saluran distribusi yang efisien.
“Sektor ini diproyeksikan mengikuti tren pertumbuhan yang kuat dari tingkat penetrasi yang relatif rendah sekitar 3% dari populasi akibat perubahan demografis di Indonesia,” jelasnya.
Budi mengungkapkan, perusahaan insurtech juga menyediakan solusi yang inovatif bagi konsumen dengan kemudahan akses polis untuk produk asuransi tradisional. Menurutnya, ini juga meningkatkan minat investor dalam sektor asuransi kesehatan digital.
“Selain kesehatan, kategori asuransi mikro dan asuransi perjalanan juga diharapkan akan tumbuh dalam lima tahun mendatang. Munculnya produk asuransi dengan premi kecil dan kemitraan dengan aplikasi super populer memberikan dukungan yang sesuai untuk sektor ini,” ungkapnya.
Budi menuturkan, masyarakat yang menggunakan layanan insurtech disebut-sebut sangat puas dengan kenyamanan yang ditawarkan insurtech dengan kemudahan dalam menyelesaikan pembayaran yang cepat.
Baca Juga: Kasus gagal bayar asuransi, menjadi celah bagi insurtech untuk ekspansi
“Selain itu, opsi pembayaran premi yang kompetitif harganya dan proses klaim yang lebih mudah muncul menjadi faktor utama pertumbuhan,” tandasnya.
Sementara itu, salah satu pemain insurtech yang dimiliki perusahaan asuransi PT Asuransi Simas Insurtech bahwa perusahaan memiliki peluang untuk mengembangkan bisnisnya seiring berkembangnya digitalisasi.
Direktur Utama Simas Insurtech, Teguh Aria Djana mengatakan, peluang yang bisa digarap dengan berkembangnya digitalisasi antara lain memperluas akses pasar asuransi, memperluas distribution channel, mempermudah pemasaran dan branding melalu digitalisasi, serta inovasi dalam produk dan layanan.
Meski begitu, ia tak menampik bahwa masih ada tantangan yang perlu dihadapi di era digitalisasi yang berkembang pesat ini, di antaranya terkait keamanan dan privasi data.
“Perusahaan perlu mengadopsi langkah-langkah keamanan yang kuat, seperti enkripsi data, perlindungan jaringan, dan pelatihan keamanan bagi karyawan, guna melindungi data pelanggan dan informasi bisnis yang sensitif,” katanya. ■
Moncer, pertumbuhan premi bruto Igloo meningkat 20 kali lipat sejak 2019 - digitalbank.id
Insurtech, inovasi teknologi yang dorong tingkat penetrasi asuransi di Indonesia - digitalbank.id
Hampir final dibahas OJK, premi asuransi kredit nantinya didasarkan pada rasio NPL - digitalbank.id