Survei BI ungkap kebutuhan pembiayaan korporasi meningkat selama September 2022

- 18 Oktober 2022 - 17:06

Bank Indonesia (BI) dalam Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan September 2022 melaporkan kebutuhan pembiayaan korporasi terindikasi meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.

digitalbank.id – Bank Indonesia (BI) dalam Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan September 2022 melaporkan kebutuhan pembiayaan korporasi terindikasi meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Hal itu tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) permintaan pembiayaan korporasi September 2022 sebesar 18,4 persen, lebih tinggi dari SBT 17,9 persen pada Agustus 2022.

“Sejumlah sektor yang tercatat mengalami peningkatan kebutuhan pembiayaan antara lain transportasi dan pergudangan, pertanian, dan infokom. Terutama untuk mendukung aktivitas operasi dan membayar kewajiban yang jatuh tempo,” demikian hasil survei yang dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, Selasa (18/10).

Kebutuhan pembiayaan pada periode laporan mayoritas masih dipenuhi dari dana sendiri sebesar 62,2 persen, yang tercatat meningkat dibandingkan Agustus 2022 sebesar 57,6 persen. Selain itu, pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik pada September 2022 sebesar 9,6 persen, juga tercatat meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 8,8 persen.

Sementara itu, sumber pembiayaan berupa penambahan kredit baru dari perbankan dalam negeri dan pinjaman atau utang dari perusahaan induk terindikasi melambat, tercatat masing-masing sebesar 6,7 persen dan 3,7 persen dari keduanya 7,2 persen di bulan sebelumnya.

Pemilihan sumber pembiayaan terutama dipengaruhi oleh aspek kemudahan dan kecepatan perolehan dana (81,5 persen), biaya suku bunga yang lebih murah (12,6 persen), dan optimalisasi fasilitas existing (11,9 persen).

Untuk kebutuhan pembiayaan tiga bulan yang akan datang atau pada Desember 2022, Bank Indonesia memprakirakan kebutuhan pembiayaan korporasi akan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini terindikasi dari SBT sebesar 28,3 persen atau lebih tinggi dari SBT 23,6 persen pada bulan sebelumnya (November 2022). “Perlambatan kebutuhan pembiayaan antara lain terjadi pada sektor konstruksi, perdagangan, dan pertanian,” demikian Bank Indonesia.

Peningkatan kebutuhan pembiayaan terutama untuk mendukung aktivitas operasional (79,6 persen) dan membayar kewajiban jatuh tempo yang tidak bisa di-rollover (24,6 persen). Di sisi lain, terdapat beberapa sektor yang masih mengalami perlambatan kebutuhan pembiayaan, antara lain sektor industri pengolahan dan jasa lainnya sebagai dampak dari masih lemahnya permintaan mitra dagang dan masyarakat.

Pemenuhan kebutuhan dana tiga bulan mendatang masih dipenuhi dari dana sendiri (68,9 persen) meskipun lebih rendah dari bulan sebelumnya (69,8 persen). Diikuti oleh sumber pembiayaan melalui penambahan kredit baru ke perbankan dalam negeri dan pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik yang terindikasi meningkat masing-masing 21,6 persen dan 14,4 persen dari bulan sebelumnya sebesar 15,7 persen dan 12,6 persen.

Sementara itu, pembiayaan yang bersumber dari pinjaman atau utang dari perusahaan induk pada tiga bulan mendatang 12,0 persen diprakirakan melambat dibandingkan bulan sebelumnya 12,6 persen. (HAN)

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.