Super app sebagai pintu terdepan digital bukanlah platform biasa

- 16 Desember 2021 - 14:45

Sebuah platform bisa dikatakan super app bila berbagai pelayanan bisa dilakukan dalam satu aplikasi. Ia juga tidak penyimpanan memori telepon karena hanya perlu satu aplikasi, adanya kapabilitas pasar dan pihak ketiga yang banyak bergabung dalam satu ekosistem dan punya volume data pelanggan yang sangat besar.

digitalbank.id – BANK MANDIRI selalu menggadang-gadang Livin’ by Mandiri sebagai super app. Bahkan, Mandiri masuk kategori agresif dalam mengembangkan super app dalam proses transformasi digitalnya. Bagaimana tidak? Bank beraset lebih Rp1.600 triliun ini cuma perlu waltu 1 tahun untuk membangun super app-nya.

Bank Mandiri meluncurkan Livin’ pada Maret 2020. Oktober 2021 lalu Mandiri meluncurkan pembaruan radikal atas aplikasinya dengan brand New Livin’ by Mandiri, aplikasi terbaru berlogo kuning ini memberikan pengalaman berbeda dari Livin’ versi 1.0 karena menawarkan layanan perbankan digital all in one dan lintas platform, berkonsep ‘cabang dalam genggaman.’

Pada Livin’ versi terbaru, versi 2.0, seluruh layanan keuangan Mandiri Group mulai dari perbankan, asuransi, dan multifinance sudah terintegrasi ke dalam ekosistem digital tersebut.

Baca juga: Sri Mulyani menilai perkembangan teknologi digital adalah ancaman bagi yang tak melek teknologi

Lantas, apa sih sebenarnya super app?

“Super app” adalah istilah yang diciptakan oleh pendiri BlackBerry, Mike Lazaridis. Dia mendefinisikan super app sebagai ekosistem tertutup dari banyak aplikasi yang akan digunakan orang setiap hari karena mereka menawarkan pengalaman yang menarik, terintegrasi, kontekstual, dan efisien.

Dia membayangkan koleksi aplikasi yang melayani kebutuhan multiguna masyarakat, duduk dalam satu mega platform. Super app telah mengambil alih hidup kita. Super app adalah ‘pintu terdepan digital’.

Super app tak lain adalah platform yang dikembangkan oleh suatu perusahaan dengan menawarkan berbagai macam layanan dalam satu aplikasi. Dengan super app, maka pelanggan akan dimudahkan dalam hal layanan dan bisa menghemat ruang ponsel pintar karena tidak perlu mengunduh berbagai macam aplikasi.

Salah satu pemimpin di ranah super app adalah WeChat, yang awalnya merupakan aplikasi instant message yang berubah menjadi ekosistem layanan a.l. pemesanan taksi, dompet virtual, saluran pembayaran, pemesanan hotel, dan tentu saja, game.

Baca juga: Pemerintah RI ajak Huawei kembangkan 5G dan AI dalam transformasi digital di Indonesia

Sebuah mega platform

Super app serupa kemudian bermunculan selama beberapa tahun terakhir, dimulai sebagai aplikasi yang berfokus pada penggunaan tunggal dan akhirnya berubah menjadi mega platform multiguna yang menawarkan berbagai layanan yang memenuhi kebutuhan masyarakat.

Konsep ini kemudian dipopulerkan pertama kalinya oleh aplikasi WeChat dari China. Pada awalnya WeChat merupakan aplikasi chatting yang dibuat oleh perusahaan Tencent Holdings. Pengguna WeChat lebih dari 1 miliar orang.

Kemudian muncul super app Grab, Gcash, Paymaya, Gojek, MPT4U di Asia Pasifik, Tata di India, Yandex Go untuk Eropa dan Careem di Dubai. Ada banyak sekali perusahaan teknologi yang ingin melahorkan super app. Bahkan Facebook, dengan pembelian WhatsApp, menggambarkan ambisinya untuk ikut mengunyah kue pasar super app.

Super app sukses

Salah satu contoh super app yang sukses adalah Gojek. Aplikasi besutan Nadiem Makarim ini menawarkan banyak fitur, mulai dari fitur utama untuk pemesanan ojek online, hingga fitur-fitur pendukungnya seperti pemesanan makanan, belanja, pemesanan tiket, fitur nonton film, berita, investasi, permainan, pengiriman barang, sedekah dan sebagainya. Dari situs resminya dijelaskan bahwa Gojek menangani sekitar 20 layanan dalam satu aplikasi saja.

Kesuksesan aplikasi ini telah membawa Gojek menjadi perusahaan decacorn pertama di Indonesia yang didukung oleh berbagai investor termasuk Tencent Holdings, Facebook, JD.com, Mitsubishi Corporation dan sebagainya.

Baca juga: Indonesia perlu satelit berkapasitas 1 terabyte untuk dukung kelancaran transformasi digital

Ada lagi AliPay. Tak hanya sebagai dompet digital, kini AliPay beroperasi sebagai platform all in one. Beberapa fitur yang ditawarkan oleh Alipay yakni pembayaran produk atau layanan di restoran, toko, fitur kupon diskon elektronik, transfer uang, pemesanan layanan Uber dan sebagainya. Alipay telah memiliki sekitar 230 juta pengguna aktif harian.

Grab menjadi contoh super app yang nenar-benar andal. Platform saingan Gojek yang berasal dari Malaysia ini memiliki beragam layanan dan telah beroperasi d negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Selain sebagai perusahaan pemesanan transportasi, Grab juga melayani pengiriman makanan, barang, pembelian pulsa, pengecekan kesehatan, belanja, pemesanan hotel, asuransi, tagihan, jasa rumah dan sebagainya.

Grab juga merupakan perusahaan decacorn seperti Gojek yang telah didukung oleh para investor Softbank, MUFG, Beacon Capital, Yamaha Motor dan sebagainya. Pengguna aktif Grab sendiri mencapai 18 juta per bulan atau lebih sedikit dibandingkan Gojek yang yang telah memiliki sekitar 22 juta pengguna per bulan.

Bagaimana bisa disebut super app?

Lantas, apa sih yang membuat sebuah aplikasi bisa disebut super app? Tak lain bila elemen di dalamnya memberikan kemampuan all-in-one atau one-stop-shop kepada pengguna akhir, setidaknya begitu seperti dikutip laman techinasia.com. Jadi, semakin banyak layanan atau fungsionalitas yang ditawarkan oleh aplikasi seluler, memberikan kenyamanan kepada pengguna akhir, semakin tinggi tingkat ‘kesuperan’ super app itu.

Baca juga: Usung teknologi blockchain, Bank Permata buat terobosan transaksi trade finance

Sebuah platform bisa dikatakan super app bila berbagai pelayanan bisa dilakukan dalam satu aplikasi. Ia juga tidak penyimpanan memori telepon karena hanya perlu satu aplikasi, adanya kapabilitas pasar dan pihak ketiga yang banyak bergabung dalam satu ekosistem dan punya volume data pelanggan yang sangat besar.

Tapi bukan berarti super app nggak punya kekurangan. Pasalnya, dari riset yang ada, 57% pengguna super app merasa bingung dengan tampilan antar muka (interface) karena terlalu banyak fitur yang disediakan. Super app juga rawan bug karena memiliki lebih banyak kode.

Selain itu, aplikasi berjalan sangat berat di ponsel karena banyaknya fitur-fitur tersebut. Dan, ini yang paling mengkhawatirkan, super app membutuhkan penyimpanan data digital yang besar dan bila aplikasi diretas semua data pengguna menjadi terganggu dan pengguna jelas akan dirugikan. (HAN)

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.