Tahun Ular Kayu 2025: Multifinance hadapi tantangan berat di tengah tekanan regulasi pajak

- 27 Januari 2025 - 07:54

Tahun Ular Kayu 2025 menjadi momen penuh tantangan bagi industri multifinance di Indonesia, dengan pertumbuhan yang jauh dari target di tengah tekanan regulasi pajak dan dinamika ekonomi global. Industri multifinance di 2025 berada di persimpangan jalan: menghadapi tekanan pajak, perubahan kebijakan, dan tantangan daya beli. Namun, dengan strategi yang tepat dan fokus pada pembiayaan hijau, sektor ini dapat menjadi pilar penting dalam ekosistem ekonomi Indonesia.


Fokus utama:

  1. Analisis Kinerja Multifinance 2024: Mengapa Pertumbuhan Melambat? Mengupas data dan faktor yang membuat pertumbuhan multifinance hanya mencapai 6,82% dibandingkan target 10–12%.
  2. Dampak Pajak Baru 2025: Apa yang Dirasakan Konsumen dan Industri? Memahami pengaruh kenaikan PPN 12% dan opsen pajak daerah terhadap pasar kendaraan bermotor dan multifinance.
  3. Prediksi 2025: Membangun Ekosistem Pembiayaan Hijau di Tahun Ular Kayu. Menilik peluang dan ancaman bagi multifinance, termasuk pembiayaan kendaraan listrik dan investasi hijau.

Tahun 2025 dalam kalender Tiongkok adalah Tahun Ular Kayu, yang melambangkan transformasi dan adaptasi. Namun, di industri multifinance Indonesia, transformasi itu tampaknya lebih seperti pendakian terjal. Pada 2024, pertumbuhan piutang pembiayaan multifinance hanya mencapai 6,82% year-on-year (yoy), jauh di bawah target optimis 10–12%. Apa yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana kita memandang masa depan industri ini di tahun yang penuh tantangan ini?

Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat total piutang pembiayaan multifinance mencapai Rp530,46 triliun pada Desember 2024. Namun, pertumbuhan ini menandai perlambatan selama enam bulan berturut-turut sejak Juli 2024. Lini pembiayaan investasi yang mencatat kenaikan 9,66% memang memberikan sedikit harapan, tetapi secara keseluruhan, angka ini adalah yang terendah dalam lima tahun terakhir.

Beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap perlambatan ini a.l. pertama, krisis daya beli konsumen akibat inflasi tinggi. Kedua, kenaikan suku bunga kredit yang membuat pembiayaan menjadi kurang menarik. Ketiga, persaingan ketat dari platform pinjaman online berbasis teknologi (fintech).

Pajak yang makin membebani

Mulai Januari 2025, pemerintah menerapkan PPN 12% untuk kendaraan bermotor tertentu dan opsen pajak daerah untuk kendaraan baru. Langkah ini secara langsung meningkatkan harga kendaraan bermotor yang merupakan tulang punggung multifinance. Berdasarkan data OJK, 68,28% dari total piutang pembiayaan multifinance pada November 2024 berasal dari kendaraan bermotor baru. Kenaikan harga otomatis berdampak pada daya beli konsumen.

Selain itu, peningkatan PPN juga berdampak pada kategori kendaraan mewah, yang sebelumnya telah dikenakan PPnBM. Kombinasi ini mengurangi minat konsumen, terutama di segmen menengah ke bawah. Bagaimana multifinance dapat bertahan?

Di tengah tantangan tersebut, kendaraan listrik (electric vehicle/EV) menjadi titik terang. Pada November 2024, piutang pembiayaan kendaraan listrik mencapai Rp16,69 triliun atau sekitar 1,81% dari total pembiayaan. Angka ini memang kecil, tetapi dengan dukungan pemerintah, potensi pasar ini dapat tumbuh signifikan.

Pembiayaan hijau seperti EV dan energi terbarukan dapat menjadi solusi untuk membangun ekosistem yang lebih berkelanjutan. Selain itu, multifinance juga bisa mengeksplorasi pembiayaan berbasis digital untuk meningkatkan efisiensi operasional.

Adaptasi atau mati?

Tahun Ular Kayu dikenal sebagai tahun penuh tantangan, tetapi juga peluang bagi yang mampu beradaptasi. Industri multifinance dapat mengambil pelajaran dari tahun sebelumnya untuk memperkuat strategi:

Pertama, mengoptimalkan teknologi digital untuk memperluas jangkauan pembiayaan.

Kedua, mengembangkan kemitraan strategis dengan produsen kendaraan listrik.

Ketiga, menciptakan skema pembiayaan inovatif, seperti kredit mikro untuk segmen konsumen baru.

Meski tahun 2024 menjadi periode yang sulit, tahun Ular 2025 memberikan peluang besar bagi industri multifinance untuk bangkit. Dengan memanfaatkan tren teknologi, diversifikasi produk, dan dukungan kebijakan pemerintah, sektor ini dapat kembali mencapai pertumbuhan double digit.

Namun, keberhasilan ini tidak akan datang dengan sendirinya. Perusahaan pembiayaan perlu mengambil langkah strategis untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan kebutuhan konsumen. Sebagaimana filosofi tahun Ular, hanya mereka yang bijak dan fleksibel yang akan bertahan dan berkembang. ■

Foto: AAP Images

Comments are closed.