Mengungkap kekayaan dana pensiun global, AS memimpin dengan US$11.760 miliar

- 21 Januari 2025 - 10:58

Amerika Serikat memimpin dengan kekayaan dana pensiun publik terbesar di dunia pada tahun 2025, namun tantangan seperti cakupan rendah dan pendanaan yang tidak memadai mengancam stabilitas sistem pensiun secara global.


Fokus utama:

  1. Pemetaan kekayaan dana pensiun global pada 2025.
  2. Tantangan yang dihadapi sistem dana pensiun di berbagai negara.
  3. Strategi dan peluang untuk memperkuat sistem dana pensiun di masa depan.

Dana pensiun merupakan pilar utama dalam menjamin keamanan finansial para pensiunan, dengan mengelola triliunan dolar aset secara global untuk mendukung populasi yang menua. Data dari Global SWF per Januari 2025 menunjukkan bahwa Amerika Serikat memimpin dengan aset dana pensiun publik sebesar US$11.760 miliar. Posisi berikutnya ditempati oleh Jepang dengan US$2.066 miliar, Kanada US$1.804 miliar, Belanda US$1.131 miliar, dan Australia US$1.121 miliar. Negara-negara seperti Korea Selatan, Inggris, China, Denmark, dan Swedia juga masuk dalam sepuluh besar dengan aset signifikan.

Menariknya, meskipun Amerika Serikat memiliki total kekayaan dana pensiun terbesar, dana pensiun individu terbesar di dunia adalah Government Pension Investment Fund (GPIF) milik Jepang. Didirikan pada tahun 2006 sebagai hasil reformasi sistem pensiun Jepang, GPIF mengadopsi strategi investasi yang seimbang dengan membagi portofolionya secara merata antara saham dan obligasi, baik domestik maupun internasional.

Meskipun angka-angka tersebut mencerminkan besarnya aset yang dikelola, sistem dana pensiun di berbagai negara menghadapi sejumlah tantangan signifikan. Salah satu isu utama adalah rendahnya cakupan partisipasi dalam program dana pensiun.

Di Indonesia, misalnya, hanya sekitar 16% pekerja yang terdaftar dalam program dana pensiun, dengan manfaat pensiun yang hanya mencakup 10% dari tingkat penghasilan pensiun atau replacement ratio. Wakil Menteri Keuangan RI, Suahasil Nazara, menekankan perlunya peningkatan partisipasi dan manfaat pensiun minimal 40% dari penghasilan terakhir sesuai rekomendasi Organisasi Ketenagakerjaan Internasional (ILO).

Selain itu, tren penuaan populasi global meningkatkan persentase pensiunan, sehingga dana pensiun harus mengelola asetnya dengan bijak untuk memastikan ketersediaan dana yang cukup untuk membayar manfaat anggota. Laporan dari Equable Institute mengungkapkan bahwa pada tahun 2023, dana pensiun publik di Amerika Serikat mengalami kekurangan pendanaan sebesar US$1,6 triliun. Situasi ini mendorong rencana investasi yang lebih berisiko, yang dapat menimbulkan masalah di masa depan.

Strategi memperkuat sistem dana pensiun

Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan strategi komprehensif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat harus bekerja sama untuk meningkatkan literasi keuangan, memperluas cakupan program pensiun, dan memastikan tata kelola yang baik dalam pengelolaan dana pensiun. Penerapan teknologi finansial (fintech) juga dapat menjadi alat efektif dalam meningkatkan partisipasi dan efisiensi pengelolaan dana pensiun.

Selain itu, diversifikasi portofolio investasi dan penerapan kebijakan investasi yang berkelanjutan dapat membantu dana pensiun mencapai pertumbuhan yang stabil dan mengurangi risiko. Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana pensiun juga harus ditingkatkan untuk membangun kepercayaan publik dan memastikan keberlanjutan sistem pensiun di masa depan.

Kekayaan dana pensiun global pada tahun 2025 menunjukkan potensi besar dalam mendukung kesejahteraan para pensiunan. Namun, tantangan seperti rendahnya cakupan partisipasi dan kekurangan pendanaan harus segera diatasi melalui kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat. Dengan strategi yang tepat, sistem dana pensiun dapat diperkuat untuk menghadapi dinamika demografis dan ekonomi di masa depan. ■

Sumber: Visual Capitalist.

Comments are closed.