Bisnis PayLater melesat, tumbuh tiga kali lipat dibandingkan kartu kredit

- 16 Januari 2025 - 21:24

Sistem pembayaran Buy Now Pay Later (BNPL) mencatat pertumbuhan luar biasa hingga tiga kali lipat dibandingkan kartu kredit di Indonesia. Kemudahan, fleksibilitas, dan daya tarik BNPL di kalangan muda menjadi faktor pendorong utama. Dengan total kredit Rp35,14 triliun hingga November 2024, BNPL kini menjadi primadona di pasar layanan keuangan, meninggalkan kartu kredit yang tumbuh jauh lebih lambat.


● Kredit BNPL mencapai 48,4 juta fasilitas, tumbuh 28,64% YoY, dibandingkan kartu kredit yang hanya tumbuh 3,22%.

● Bank digital menjadi pemain besar dalam menyalurkan kredit BNPL dengan total portofolio Rp11,66 triliun.

● Fleksibilitas, integrasi dengan e-commerce, dan promosi menarik membuat BNPL menjadi pilihan utama, terutama bagi generasi muda.


Di tengah era digitalisasi yang terus berkembang, layanan Buy Now Pay Later (BNPL) menjadi pilihan utama konsumen di Indonesia, terutama generasi muda. Data terbaru dari Pefindo Biro Kredit (IdScore) menunjukkan bahwa hingga Oktober 2024, fasilitas BNPL mencapai 48,4 juta, sementara kartu kredit tertinggal jauh di angka 13,9 juta. Pertumbuhan tahunan BNPL tercatat sebesar 28,64%, jauh melampaui kartu kredit yang hanya tumbuh 3,22%.

Direktur Utama IdScore, Tan Glant Saputrahadi, menegaskan bahwa popularitas BNPL telah melampaui kartu kredit, baik dari sisi angka maupun preferensi konsumen. “Angka BNPL sudah tiga kali lipat lebih besar dibandingkan kartu kredit. Ini menunjukkan pergeseran pola konsumsi masyarakat yang lebih mengutamakan kemudahan dan fleksibilitas,” ujar Tan dalam acara Media Gathering bertajuk “Tren dan Pertumbuhan Bisnis Buy Now Pay Later di Indonesia” di Jakarta, Kamis (16/1).

Menurut Tan, ada sejumlah alasan di balik popularitas BNPL. Selain kemudahan penggunaannya, integrasi BNPL dengan platform e-commerce serta promosi menarik menjadi daya tarik utama. Generasi muda, yang mendominasi pengguna BNPL, mengapresiasi kemudahan bertransaksi tanpa perlu proses rumit seperti kartu kredit.

“Yang paling penting bagi kalangan muda adalah integrasi langsung dengan transaksi di e-commerce. Ini membuat pengalaman belanja menjadi lebih mulus,” tambah Tan.

Hingga November 2024, portofolio kredit BNPL tercatat mencapai Rp35,14 triliun, naik 24,53% dibandingkan tahun sebelumnya. Bank digital menjadi salah satu penyalur terbesar, menyumbang Rp11,66 triliun dengan pertumbuhan 8,24% YoY.

Kompetisi keuangan digital

Bank umum juga mulai mengejar ketertinggalan, mencatatkan pertumbuhan 67,24% YoY dengan portofolio Rp8,48 triliun. Sementara itu, perusahaan berbasis teknologi seperti penyelenggara Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) mencatat pertumbuhan 13,78% YoY dengan total Rp7,35 triliun.

Namun, tak semua pihak menikmati pertumbuhan ini. Kartu kredit, meski tetap relevan, menghadapi tantangan dalam menjaga daya tarik di tengah persaingan ketat. Perbankan kini fokus menjaga efisiensi operasional agar tetap kompetitif.

“Rasio BOPO [Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional] harus tetap terjaga untuk mendukung keberlanjutan bisnis, terutama di segmen menengah,” ujar Tan.

Tren positif BNPL ini mencerminkan perubahan preferensi masyarakat dalam mengakses kredit. Dengan kemajuan teknologi finansial dan meningkatnya penetrasi digital di Indonesia, BNPL diprediksi akan terus tumbuh dalam beberapa tahun ke depan. Integrasi dengan berbagai layanan keuangan, kolaborasi dengan e-commerce, serta inovasi teknologi menjadi kunci pertumbuhan berkelanjutan sektor ini. ■

Comments are closed.