Program 3 juta rumah jadi angin segar industri multifinance di tengah perlambatan pertumbuhan

- 9 Januari 2025 - 18:13

Program ambisius Presiden Prabowo Subianto yang menargetkan pembangunan 3 juta rumah diprediksi dapat menjadi katalisator bagi industri multifinance. Program ini diharapkan mampu mendongkrak pertumbuhan sektor yang selama lima bulan terakhir mengalami perlambatan.

Menurut data terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga November 2024, piutang pembiayaan multifinance tumbuh sebesar 7,27% year-on-year (yoy) menjadi Rp501,37 triliun. Meski demikian, angka ini masih jauh dari target pertumbuhan 10–12% yang sempat dicanangkan.

“Pembiayaan sektor perumahan menjadi salah satu segmen pembiayaan yang potensial dengan adanya program 3 juta rumah oleh pemerintah,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan OJK, Agusman, Kamis (9/1).

Perlambatan multifinance

Piutang pembiayaan multifinance yang selama ini didominasi oleh jenis pembiayaan multiguna (50,42%), investasi (34,11%), dan modal kerja (9,79%) telah menunjukkan tren melambat sejak pertengahan 2024. OJK mencatat bahwa pertumbuhan 7,27% pada November merupakan yang terendah sepanjang tahun lalu.

Meski begitu, Agusman optimistis bahwa industri multifinance akan tetap tumbuh pada 2025, terutama dengan adanya program pembangunan perumahan yang diprioritaskan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Pasar perumahan bersubsidi menjadi peluang emas yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan pembiayaan.

“Diharapkan program ini tidak hanya memberikan dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, tetapi juga memperluas akses pembiayaan ke masyarakat,” tambah Agusman.

BNPL dan pembiayaan syariah

Selain sektor perumahan, inovasi lain yang menjadi harapan adalah ekspansi layanan Buy Now Pay Later (BNPL). Hingga November 2024, pembiayaan BNPL mencatatkan pertumbuhan fantastis sebesar 61,9% yoy dengan total nilai Rp8,59 triliun. Namun, tantangan yang dihadapi adalah menjaga kualitas pembiayaan, mengingat rasio non-performing financing (NPF) BNPL sudah mencapai 2,92%.

Di sisi lain, pembiayaan syariah juga menunjukkan potensi yang menjanjikan. Piutang pembiayaan syariah naik 11,97% yoy menjadi Rp26,52 triliun, didorong oleh peningkatan pembiayaan investasi dan jasa. “Diversifikasi produk pembiayaan syariah dapat menjadi kunci pertumbuhan pada 2025,” ungkap Agusman.

Meski terdapat peluang besar, sektor multifinance tetap harus menghadapi tantangan signifikan, seperti perlambatan ekonomi global dan kebijakan domestik, termasuk PPN 12% yang diterapkan pada transaksi properti. Efisiensi operasional dan inovasi teknologi menjadi strategi utama yang harus diterapkan perusahaan multifinance untuk tetap kompetitif.

Program pembangunan 3 juta rumah ini juga membutuhkan kolaborasi erat antara pemerintah, multifinance, dan sektor swasta. Selain itu, kepastian hukum dan regulasi yang mendukung akan menjadi faktor penting untuk memastikan keberhasilan program tersebut.

Dengan berbagai peluang ini, 2025 diharapkan menjadi tahun kebangkitan industri multifinance, didorong oleh program-program strategis pemerintah dan inovasi sektor keuangan. ■

Foto: Antara

Comments are closed.