Kantongi laba Rp1,64 triliun di 2023, tahun ini BFI Finance akan perluas jaringan berbasis digital
Laba PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) atau BFI Finance selama 2023 mengalami penurunan 9,01% atau sebesar Rp1,64 triliun dibandingkan perolehan tahun 2022 yang sebesar Rp1,81 triliun.
Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono mengatakan, dengan segala dinamika yang terjadi di tahun 2023, BFI Finance berkomitmen untuk tetap tumbuh secara sehat ke depannya.
“Kami merespons tantangan sebagai peluang untuk bertumbuh dan semakin adaptif di segala kondisi. Kami fokus pada target konsumen yang tepat, proses pembiayaan yang efektif dengan menyesuaikan kepada risk appetite dan policy perusahaan, serta posisi kapasitas penagihan (collection) yang seimbang,” ujarnya, Senin (26/2).
Sudjono mengatakan, untuk tahun 2024, BFI Finance fokus pada perluasan jaringan berbasis digital. Kebijakan ini akan berimplikasi pada tidak adanya pembukaan jaringan fisik kantor cabang di area baru.
Selain itu, terdapat pengembangan produk keuangan baru serta optimalisasi produk yang sudah berjalan saat ini. Sehingga diharapkan mampu mendukung target pertumbuhan bisnis BFIN seiring dengan upaya mengembangkan teknologi terkini guna mendukung pengembangan bisnis perusahaan berbasis teknologi secara end-to-end.
“BFI Finance telah mengambil langkah inovatif sejak tahun 2020 dengan menyempurnakan cara kerja dan model operasional kami. Langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Perusahaan untuk meningkatkan daya saing dan pertumbuhan bisnis,” kata Sudjono.
Mengacu laporan keuangan perusahaan, sebenarnya BFI Finance mengantongi total pendapatan mencapai Rp 6,35 triliun pada akhir 2023, tumbuh 18,02% secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan pendapatan dari piutang pembiayaan, pendapatan keuangan, dan syariah.
Namun demikian, total beban perseroan tercatat melonjak 37,64% (yoy) menjadi Rp 4,33 triliun pada 2023. Tiga pos yang mencatatkan penambahan beban utamanya yaitu menyangkut bunga dan keuangan; pencadangan untuk piutang pembiayaan; dan beban lain-lain.
Kendati laba menurun, BFI Finance membukukan imbal hasil rata-rata atas aset (RoAA) dan imbal hasil rata-rata atas ekuitas (RoAE) masing-masing menempati level 8,4% dan 17,7% per Desember 2023. Rasio tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri pembiayaan, yang masing-masing berada di level 5,6% dan 15,0%.
Sudjono menjelaskan, pencapaian dari sisi keuangan ini tidak bisa lepas dari sejumlah kejadian penting yang mewarnai perjalanan BFI Finance pada tahun 2023. Catatan yang dimaksud diantaranya risiko ketidakpastian pasar keuangan global, tantangan perekonomian dalam negeri, serta sisi negatif era digital lewat ancaman serangan siber yang marak terjadi di tahun tersebut.
Aset baru yang dilaporkan oleh BFI Finance senilai Rp 24,0 triliun pada Desember 2023, atau naik 9,4% (yoy) dari tahun sebelumnya Rp 21,9 triliun. Besarnya kelolaan aset yang dimiliki oleh perusahaan saat ini berkontribusi untuk bertumbuhnya total piutang pembiayaan yang dikelola (managed receivables) sebesar 7,4% dari Rp 20,5 triliun menjadi Rp 22,0 triliun.
Adapun nilai pembiayaan baru (new booking) tercatat sebesar Rp 19,1 triliun atau menurun 5% (yoy). Sudjono menjelaskan bahwa kontraksi ini dipengaruhi menghentikan sementara sistem operasionalnya guna peningkatan keamanan digital, segera setelah terdeteksi adanya serangan siber jelang akhir semester I-2023.
Merespons kondisi itu, perusahaan segera melakukan pemulihan (recovery) dan penyesuaian di berbagai lini. Oleh karena itu, pada kuartal IV-2023 seluruh proses recovery telah tuntas dan perusahaan kembali berfokus untuk peningkatan kinerja yang ditargetkan. Alhasil, BFI Finance kembali membukukan pertumbuhan pembiayaan baru yang meningkat 11,3% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-on-quarter/qoq).
Di sisi risiko kredit, rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) dapat ditekan hingga berada di level bruto 1,36% dan level neto 0,15% per 31 Desember 2023. Rasio NPF yang diraih BFI Finance ini juga masih jauh lebih rendah dibandingkan peer-nya yang rata-rata berada di level bruto 2,44%.
Berdasarkan piutang pembiayaan yang dikelola, bisnis BFI Finance masih didominasi oleh pembiayaan beragun kendaraan roda empat dan roda dua (62,7%), diikuti dengan pembiayaan alat berat dan mesin (14,9%), pembiayaan untuk pembelian unit kendaraan roda empat bekas dan baru (14,0%), pembiayaan beragun sertifikat properti (4,4%), serta pembiayaan berbasis syariah (4,0%).
Dalam hal pendanaan, selain pinjaman bank, BFI Finance juga memperoleh pendanaan dari pasar surat utang dalam bentuk Obligasi Rupiah. Selama tahun 2023, BFI Finance telah tiga kali menerbitkan obligasi baru yakni Obligasi Berkelanjutan V BFI Finance Indonesia Tahap III, IV, dan V Tahun 2023, dengan nilai perolehan seluruhnya mencapai Rp 3,8 triliun.
Emiten multifinance ini turut merambah sektor pembiayaan kendaraan roda dua berbasis energi listrik (electric vehicle/EV) dengan skala terbatas pada tahun 2023. Pembiayaan untuk pembelian kendaraan roda dua listrik ini mulai diluncurkan pada semester II-2023 dengan menggandeng lima merek kendaraan roda dua listrik lokal di wilayah Jabodetabek. ■