Kinerja saham-saham emiten perusahaan pembiayaan atau multifinance cenderung positif sepanjang tahun 2023. Isu aksi merger dan akuisisi di beberapa perusahaan multifinance, boleh jadi salah satu pemicunya.
Seperti diketahui PT Mandala Multifinance (MFIN) tengah dalam proses akuisisi oleh perusahaan finansial raksasa asal Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) dengan PT Adira Dinamika Multi Finance (ADMF).
Nantinya, ADMF akan menggenggam 10%, sementara MUFG akan mengantongi 70,6% saham MFIN. Saat ini prosesnya masih berlangsung di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Jika ditelaah, pergerakan harga saham ADMF meningkat 22,35% secara year on year (YoY) menjadi Rp 10.950 per saham di 3 Januari 2024 per pukul 14.15 WIB. Sementara itu, MFIN juga mengalami penghijauan sebesar 70,93% YoY menjadi Rp2.940 per saham.
Baca Juga: BNI Multifinance dapat suntikan modal Rp400 miliar, ini alokasinya…
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan aksi merger ADMF dan MFIN menarik untuk ditunggu. Harga saham kedua emiten ini sebelumnya memang sudah mengalami lonjakan, namun saat ini relatif flat.
“Saat ini pergerakan harga sahamnya (ADMF dan MFIN) relatif flat, relatif sideways, relatif random jadi wajar saja rekomendasi masih rata-rata hold,” ujarnya, Rabu (3/1).
Nafan menilai, aksi merger akan mempengaruhi kinerja fundamental perusahaan multifinance di mana jumlah aset dan saham akan meningkat, Sumber Daya Manusia (SDM) serta tingkat penetrasi pasar pun semakin kuat dan diharapkan likuiditasnya semakin bertambah.
“Prospek multifinance di tahun 2024 sejatinya masih optimis. Misalnya melihat ADMF dan MFIN secara kuartal per kuartal (QoQ) kinerjanya bagus, kalau secara YoY ADMF lebih baik dari MFIN terlihat dari sisi bottom line (laba),” terangnya.
Menilik laporan keuangan, ADMF tercatat memiliki aset sebesar Rp 29,64 triliun per September 2023, naik 19,08% YtD dari Desember 2022 yang senilai Rp 24,89 triliun. Adapun laba ADMF juga tampak meningkat 17,54% YoY menjadi Rp 1,34 triliun dibandingkan September 2022 sebesar Rp 1,14 triliun.
Sementara itu, MFIN tercatat memiliki total aset sebesar Rp 3,43 triliun per September 2023, naik 3% YtD dari posisi Desember 2022 yang sebesar Rp 3,33 triliun. Namun, laba MFIN tampak mengalami penurunan sebesar 30,70% YoY menjadi Rp 364,5 miliar di September 2023 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 526 miliar.
Nafan menuturkan, di tahun 2024 terdapat potensi potensi pivot policy yang bakal diterapkan oleh Bank Indonesia (BI), di mana BI bisa saja menerapkan perspektif maupun kebijakan forward looking dalam menurunkan tingkat suku bunga acuan.
Baca Juga: OJK: Piutang pembiayaan perusahaan multifinance capai Rp447,03 triliun!
“Ini bisa memberikan benefit untuk emiten multifinance dan bisa memperkuat likuiditas, meningkatkan permintaan kredit bila kebijakan moneternya diterapkan dengan baik,” pungkasnya.
Sementara itu, Research Analyst Invofesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menyampaikan di tahun ini saham-saham multifinance memiliki potensi yang bagus.
“Potensinya bagus karena ekspektasi pertumbuhan kredit lebih tinggi tahun ini 10% sampai 12%,” tandasnya. ■