digitalbank.id – KEBANGKITAN sektor otomotif akan berpengaruh ke para emiten sektor keuangan. “Setiap kebijakan yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi, serta peningkatan daya beli dan minat belanja masyarakat, termasuk diskon PPnBM, ini akan menguntungkan untuk emiten sektor keuangan,” ujar Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana.
Namun, Wawan mengingatkan bahwa kebijakan insentif ini hanyalah pendongkrak kinerja para emiten tersebut, di mana mereka bisa ikut meraup berkah pulihnya kredit sektor otomotif. Oleh sebab itu, peluang saham para emiten untuk melejit tetap akan tertahan apabila pandemi kembali memasuki masa darurat, terutama akibat terdorong lonjakan kasus Covid-19 varian baru.
“Perlu diingat, diskon PPnBM merupakan salah satu upaya pemerintah menaikan belanja masyarakat. Namun, driver utamanya sendiri itu penurunan level [PPKM] pembatasan sosial dan pulihnya aktivitas masyarakat,” tambahnya.
Sebagai gambaran, emiten multifinance yang bermain di sektor pembiayaan otomotif paling dominan, antara lain PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) dan PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFIN) yang harga sahamnya sama-sama belum membaik sejak tahun baru. Berdasarkan data RTI, ADMF ditutup pada level 7.600 per saham pada perdagangan Senin (17/1/2022) atau tidak bergerak dari posisi perdagangan sebelumnya. Secara tahunan, ADMF terkoreksi sebesar 12,89 persen.
Sementara, CFIN pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,80 persen ke level 248 per saham, sedangkan dalam satu tahun terakhir menguat 5,98 persen. APM yang memiliki anak usaha di bidang pembiayaan otomotif, contohnya PT Astra International Tbk. (ASII), PT Tunas Ridean Tbk. (TURI), dan PT Indomobil Multi Jasa Tbk. (IMJS).
Sementara perbankan yang memiliki anak usaha multifinance yang terbilang mampu menjadi penguasa pangsa pasar kredit kendaraan roda empat, antara lain PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA).
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta mengungkap hal serupa, di mana lonjakan harga saham para emiten bukan hanya diakibatkan diskon PPnBM semata, tetapi juga didorong oleh pulihnya fundamental bisnis masing-masing emiten. “Investor perlu mencermati tingkat likuiditas daripada pergerakan harga saham emiten, terutama multifinance. Carilah yang likuid. Selain itu, cari juga yang kinerja fundamentalnya solid,” jelasnya.
Adapun, Nafan mengingatkan bahwa investor juga harus mencermati isu-isu lain yang berpotensi menekan kinerja para emiten di sektor keuangan. “Misalnya, cermati pula adanya kebijakan Bank Indonesia dalam penyesuaian tingkat suku bunga acuan. Jangan lupa, tahun ini akan dimulai normalisasi kebijakan moneter global,” tambah Nafan. (SAF)