Memasuki 2022 multifinance yang lirik ekosistem digital mulai bermunculan

- 5 Januari 2022 - 08:45

OJK juga selama ini terus mengingatkan agar teknologi bisa dimanfaatkan para pemain industri pembiayaan untuk menekan berbagai risiko bisnis. Selain itu, OJK juga mengingatkan para pemain yang mulai masuk ke skema-skema pembiayaan di ranah digital atau online, agar tetap menjalankan perannya di bidang edukasi dan peningkatan literasi keuangan para pengguna.

digitalbank.id – Awal Desember tahun lalu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa di tahun 2022 akan marak perusahaan multifinance yang akan melakukan transformasi digital sesuai dengan perkembangan kemajuan teknologi digital yang makin masif.

OJK sebenarnya berharap industri pembiayaan alias multifinance masuk ke level bisnis yang hanya bisa diraih lewat pendekatan teknologi atau transformasi digital.

Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 1A OJK Dewi Astuti melihat tren itu dengan adanya fenomena beberapa perusahaan fintech di bidang pembiayaan yang akhirnya memilih mengambil lisensi multifinance.

“Kalau dulu yang terbayang oleh masyarakat kalau bicara industri pembiayaan atau multifinance hanya leasing. Untuk kredit kendaraan atau barang-barang rumah tangga. Tapi sekarang lanskap para pemain sudah berubah akibat teknologi, dan ini justru bagus buat industri pembiayaan di Indonesia,” katanya.

Baca juga: Total pendanaan investor ke bisnis fintech di Indonesia selama 2021 mencapai US$974 juta

Menurut dia, OJK melihat, semakin beragamnya fokus layanan dari para pemain industri pembiayaan, terutama yang berkaitan dengan ekosistem digital, terbilang baik buat masyarakat dan industri, karena menandakan industri ini fleksibel untuk melihat peluang-peluang kebutuhan masyarakat.

Dewi mencontohkan beberapa multifinance yang kini bermain di skema pembiayaan bayar tunda alias paylater merupakan buah dari tren belanja online di platform dagang-el. Ke depan, boleh jadi beragam layanan online lain yang terbilang baru digunakan masyarakat buntut dari pandemi Covid-19, juga bisa menjadi lahan pembiayaan yang bisa disasar para pemain multifinance.

“Data OJK memperlihatkan dari 162 pemain, yang sudah mulai bekerja sama dengan marketplace itu baru 6, sementara yang fully menyediakan pembiayaan hanya ke marketplace atau 100 persen buat kredit di aktivitas jual-beli online hanya ada 2 pemain. Jadi peluangnya masih besar,” kata Dewi.

Baca juga: Aktif dalam ekonomi digital belum tentu melek digital, begini penjelasannya

Melihat industri ini merupakan salah satu lembaga jasa keuangan yang sangat rentan terhadap penurunan daya beli masyarakat seperti pandemi lalu, OJK justru mendorong pemain multifinance semakin kreatif memasuki berbagai ekosistem digital. “Diharapkan pula semakin banyak pemain industri multifinance yang sebelumnya tergolong struggling, mulai masuk ke kriteria kuat dari sisi permodalan dan kinerja keuangan.”

OJK juga selama ini terus mengingatkan agar teknologi bisa dimanfaatkan para pemain industri pembiayaan untuk menekan berbagai risiko bisnis. Selain itu, OJK juga mengingatkan para pemain yang mulai masuk ke skema-skema pembiayaan di ranah digital atau online, agar tetap menjalankan perannya di bidang edukasi dan peningkatan literasi keuangan para pengguna.

Satu perusahaan pembiayaan yang di awal taun ini menyatakan akan masuk pada layanan digital adalah PT CIMB Niaga Auto Finance (CIMB Niaga Finance/CNAF). CNAF akan meluncurkan dua platform pembiayaan yaitu platform pameran virtual 3D yang mengakomodasi teknologi ala semesta meta atau metaverse, serta platform layanan pembiayaan syariah murni atau wakalah bertajuk MobilAku iB yang menyediakan produk otomotif milik CNAF sendiri.

Baca juga: Potensi pasar capai ratusan triliun per tahun, banyak perusahaan pinjol masih antre di OJK

Dalam keterangannya, Presiden Direktur CIMB Niaga Finance Ristiawan Suherman mengatakan, sebenarnya CNAF sudah mempersiapkan berbagai inovasi digital sejak 2019 untuk mewujudkan ambisi tersebut.

“Berbagai inovasi digital baru bertujuan untuk memastikan agar ke depan, saat market sudah siap, CNAF tidak kalah bersaing, bahkan jadi yang terdepan. Lagipula, inisiatif digital bukan untuk menggantikan pembiayaan konvensional CNAF, tapi justru memperkuat jenis pembiayaan yang sudah ada,” katanya akhir pekan lalu.

Langkah serupa juga dilakukan PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFI Finance) yang semakin gencar mematangkan strategi transformasi digitalnya di 2022 ini.

Baca juga: Masyarakat tergiur tawaran fintech bodong akibat literasi keuangan digital rendah

Direktur Bisnis BFI Finance Sutadi, seperti dikutip laman Bisnis.com (4/2) menjelaskan bahwa tujuan akhir setiap inisiatif digital tentu untuk membawa dampak pada pola komunikasi dengan konsumen, yang akhirnya membawa perusahaan mampu melakukan perluasan jangkauan dan regenerasi debitur.

“Jangkauan kami menjadi lebih luas, termasuk ke generasi millenial dan zillenial. Alias generasi yang sangat aktif, dengan pilihan aktivitas beragam, serta selalu mengandalkan internet dan gadget sebagai saluran interaksi dan aktualisasi diri,” ujarnya. (HAN)

 

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.