Layanan m-banking BCA dan Livin by Mandiri ambruk, belajar dari kasus DBS Bank

- 3 Maret 2022 - 07:44

Layanan digital bank bahkan di aplikasi super apps sekalipun, bisa saja ambruk. Teknologi harus terus update dan investasinya mahal.

digitalbank.id – “Untuk meningkatkan layanan, sedang dilakukan pemeliharaan sistem di BCA mobile sehingga tidak dapat diakses sementara waktu.” Demikian bunyi pengumuman yang muncul di layar smartphone para pengguna BCA mobile ketika mereka mencoba bertransaksi di layanan digital BCA itu pada Rabu (2/3).

Beberapa pengguna m-banking BCA mengeluh tak bisa menggunakan layanan m-banking. Banyak pelanggan yang tak bisa masuk ke dalam akunnya saat melakukan login m-banking BCA. Disebutkan transaksi tak dapat diproses. Lalu muncuĺ lagi notifikasi: “Sementara transaksi tak dapat diproses, silakan ulangi beberapa saat lagi.”

Diulang beberapa kali, bahkan seharian juga tidak bakal diproses, karena memang sistemnya sedang down. Karuan saya nasabah BCA yang juga netizen membanjiri medsos dengan komentar-komentar bernada kesal.

Baca juga: Belajar dari DBS Bank Singapura: Karena aplikasi malfungsi, reputasi bank digital jadi taruhan

Beberapa hari sebelum kejadian itu, ĺayanan digital Livin’ by Mandiri juga mengalami hal yang sama. Down! Ya, ambruk. Pihak Bank Mandiri menyatakan peningkatan transaksi yang sangat tinggi pada Jumat (25/2) menyebabkan adanya lonjakan antrian yang membuat sebagian nasabah kesulitan mengakses layanan Mandiri Online atau Livin’ by Mandiri (Livin’ Mandiri error).

Bank Mandiri telah memberlakukan buka tutup kapasitas akses untuk mempercepat antrian pasca-kejadian Livin’ by Mandiri error.

Livin’ by Mandiri adalah aplikasi yang elah menjadi super apps yang memungkinkan bank tidak hanya untuk melayani produk keuangan, tetapi juga dalam investasi ke depannya dan mungkin produk non keuangan lainnya. Saat ini aplikasi tersebut telah digunakan oleh lebih dari 10 juta pengguna dan diunduh sebanyak 400.000 per bulannya.

Per 31 Desember 2021 nilai transaksi yang terjadi melalui aplikasi ini mencapai Rp 1.630 triliun dari 1,5 miliar transaksi. Wow, dasyat!

Baca juga: Setelah sempat bermasalah, Livin by Mandiri kini sudah bisa diakses kembali

Apa yang dihadapi BCA dan Mandiri di penghujung Februari dan awal Maret ini bukan tak dialami bank-bank lain yang selalu mengedepankan teknologi digitalnya. DBS Bank, satu bank yang sangat masyur dalam mengedepankan teknologi digitalnya, juga pernah mengalami hal yang sama.

Bank DBS Singapura sempat mengalami gangguan pada layanan digitalnya selama dua hari berturut-turut pada akhir November 2021 lalu. Gangguan tersebut jelas mengganggu banyak pihak termasuk Bank Sentral Singapura, Otoritas Moneter Singapura (MAS) dan para nasabah.

Nasabah dibuat berang. Pasalnya, mereka tak bisa menggunakan aplikasi layanan digital dari bank terbesar di Asia Tenggara itu selama dua hari berturut-turut. Seorang nasabah mempertanyakan, apakah aplikasi layanan digital DBS sedang down? Karena ketika dia membuka gawainya untuk mentransfer dana, yang muncul adalah tulisan: “There is an error processing your request. Please ensure you have a stable network connection before trying again.”

Baca juga: Livin by Mandiri tembus 9,8 juta pengguna dengan transaksi senilai Rp1.680 triliun

Berkali-kali dicoba, tetap saja pesan singkat itu yang muncul. Padahal, tahu sendiri, jaringan internet di Singapura amat moncer. Berjam-jam dicoba, seharian malah, tetap saja tak bisa. Bahkan esok harinya aplikasi DBS Singapura masih belum pulih.

Inilah yang memicu kemarahan nasabah hanya beberapa jam setelah DBS mengumumkan perbaikan setelah hari pertama gangguan pada 23 November 2021.

“Kemarin, kami mengidentifikasi ada masalah dengan server kontrol akses kami dan inilah mengapa banyak dari Anda tidak dapat masuk,” ujar Shee Tse Koon, Kepala DBS Singapura dalam pesan videonya di Facebook.

DBS dan penyedia teknik pihak ketiganya telah memperbaiki masalah tersebut dan layanan dipulihkan tepat setelah tengah malam. Namun masalah itu muncul kembali pada Rabu (24/11) pagi.

Baca juga: Soal transformasi digital di lingkungan BUMN, perbankan catat paling maju

“Saya ingin meyakinkan Anda bahwa simpanan dan uang Anda aman,” kata Shee.

Mau tak mau, akhirnya nasabah harus pergi ke kantor cabang DBS untuk bertransaksi atau menggunakan telepon.

Terbesar dan serius

Gangguan yang terjadi pada DBS Singapura ini adalah yang terbesar yang dialami DBS. Sebelumnya, pada 2010, pelanggan malah tidak dapat menarik uang tunai dari ATM selama berjam-jam yang mengakibatkan Otoritas Moneter Singapura atau Monetary Authority of Singapore (MAS) melakukan tindakan pengawasan.

Asisten Direktur Pelaksana Tim Perbankan dan Asuransi MAS Marcus Lim dalam keterangannya menyatakan bahwa regulator akan mengambil langkah supervisi pada DBS Group Holdings Ltd. terkait kasus ini.

Bank sentral melihat bahwa ini persoalan serius dan akan melakukan penyelidikan menyeluruh terkait penyebab gangguan layanan digital DBS Bank.

“Ini adalah gangguan serius dan Otoritas Moneter Singapura (MAS) mengharapkan DBS untuk melakukan penyelidikan menyeluruh untuk mengidentifikasi akar penyebab dan menerapkan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan,” kata Marcus seperti dikutip laman ChannelAsia.

Baca juga: Lengkapi ekosistem perumahan digitalnya, BTN luncurkan aplikasi BTN Properti for Developer

DBS beroperasi di seluruh dunia termasuk Indonesia, India dan Hong Kong. Namun pasar ritel dan wealth management terbesarnya ada di Singapura. DBS adalah pemimpin pasar dalam perbankan ritel.

Selama dekade terakhir, Group CEO Piyush Gupta telah mengarahkan bank untuk menginvestasikan miliaran dolar untuk meningkatkan infrastruktur teknologinya saat merangkul cloud computing dan mendigitalkan layanannya.

Soal reputasi

Kasus aplikasi layanan digital yang down ini tentunya akan membuat DBS akan terus melakukan improvement pada teknologi yang men-support layanan digitalnya. Kejadian seperti ini mungkin saja menimpa semua bank.

Artinya apa? Teknologi itu harus terus-menerus diperbarui. Dan tentu DBS tak ingin meruntuhkan reputasinya yang luar biasa dengan mengabaikan persoalan teknologi. Dalam perbankan digital, teknologi adalah sebuah pertaruhan.

Pasca ambruknya layanan digital DBS, bank tersebut tahun ini dikabarkan akan menginvestasikan sedikitnya S$300 juta tahun depan untuk meningkatkan kemampuan perbankan digitalnya, terutama untuk wealth and retail customer. Tentu, investasi yang tak sedikit untuk IT juga sudah dan akan terus digelontorkan BCA dan Mandiri serta bank-bank lain untuk menngkatkan layanan digitalnya.

Baca juga: DBS investasikan S$300 juta pada 2022 untuk intelligent banking

Investasi tersebut akan digunakan untuk memperkuat infrastruktur teknologi, menggunakan teknologi prediktif yang mampu memberikan solusi keuangan, dan meningkatkan kemampuan online dan offline bank di seluruh wilayah.

DBS Bank Ltd, (DBS) bukan bank sembarang bank. Bank ini September lalu kembali diakui sebagai Bank Terbaik di Dunia (World’s Best Bank’) dari publikasi keuangan terkemuka yang berbasis di Inggris, Euromoney.

Euromoney memberikan penghargaan kepada DBS dengan gelar ‘Bank Terbaik di Dunia’ untuk kedua kalinya dalam tiga tahun, dalam ajang Awards for Excellence 2021. Euromoney juga mengakui DBS sebagai Bank Digital Terbaik di Dunia (‘World’s Best Digital Bank’), menjadikannya bank pertama di dunia yang memegang kedua gelar tersebut secara bersamaan.

Penghargaan bank terbaik global pertama DBS dianugerahkan Global Finance pada 2018, ketika publikasi yang berbasis di New York ini mengakui DBS sebagai ‘Best Bank in the World’.

Baca juga: Masuki tahap beta test, super apps besutan bank bjb dijadwalkan dirilis Mei 2022

Kemudian di tahun yang sama, DBS menjadi pilihan The Banker, publikasi yang dimiliki oleh Financial Times, pada ajang penganugerahan ‘Global Bank of the Year’.

Euromoney dan Global Finance memberikan penghargaan bergengsi kepada DBS sebagai bank terbaik paling pada tahun 2019 dan 2020, di mana penghargaan diberikan sebagai pengakuan atas dukungan luas DBS untuk pelanggan, karyawan, dan masyarakat selama pandemi Covid-19.

Gelar dari Euromoney 2021 menjadikan tahun keempat berturut-turut DBS meraih penghargaan Bank Terbaik global. Awal tahun ini, DBS juga meraih penghargaan perbankan digital paling bergengsi dari The Banker, dan dinobatkan sebagai pemenang global dalam The Banker’s Innovation in Digital Banking Awards 2021.

Apalagi kalau kita lihat slogan DBS: Live more, Bank less; di mana bank ini percaya semakin baik teknologi yang diterapkan maka segala proses menjadi tanpa hambatan.

DBS percaya bahwa hidup perlu kemudahan dan tidak dirumitkan dengan urusan perbankan. Sebaliknya, pengalaman perbankan bisa dijadikan sebagai bagian dari kemudahan hidup. (HAN)

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.