Kantongi laba Rp2 triliun, Bank Permata pertahankan posisi jadi 10 bank komersial terbesar

- 24 Februari 2023 - 09:59

Selama 2022 lalu PT Bank Permata Tbk (BNLI) berhasil mencatatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp2 triliun. Pencapaian ini merupakan lonjakan 64% secara year on year (yoy).

digitalbank.id – Selama 2022 lalu PT Bank Permata Tbk (BNLI) berhasil mencatatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp2 triliun. Pencapaian ini merupakan lonjakan 64% secara year on year (yoy).

Direktur Utama Bank Permata Meliza M Rusli mengatakan, sinergi dan dukungan berkesinambungan dari pemegang saham pengendali, yakni Bangkok Bank PCL, mamou mempertahankan posisi Bank Permata dalam jajaran 10 bank komersial terbesar di Indonesia.

Rasio permodalan Bank Permata adalah salah satu yang terkuat di antara 10 besar bank komersial, dengan rasio CAR dan CET-1 masing-masing sebesar 34,2% dan 25,7%, di mana hal ini menjadi modal untuk mempercepat pertumbuhan bisnis baik secara organik maupun anorganik.

“Pertumbuhan laba bersih ini dikontribusi dari pendapatan operasional sebesar Rp11,5 triliun atau tumbuh sebesar 13,2% (yoy) didukung pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 14,4% (yoy),” ujarnya di Jakarta pekan ini.

Menurut dia, laba yang dikantongi Bank Permata, merupakan hasil perseroan yang mampu memanfaatkan momentum yang memperkuat posisi Bank Permata sebagai salah satu bank terdepan di Indonesia.

Manurut dia, pencapaian dalam ranah digital, penerapan teknologi blockchain, dukungan terhadap presidensi G20 melalui aktivitas B20, dan produk serta layanan yang terintegrasi memberikan dorongan bagi Bank Permata untuk terus memberikan yang terbaik bagi pemangku kepentingan.

“Dalam 20 tahun perjalanan di kancah perbankan Indonesia, kami akan terus berkomitmen melayani nasabah dan menjadi universal bank dalam menyediakan produk dan layanan bagi berbagai segmen lintas generasi,” kata Meliza.

Emiten berkode saham BNLI tersebut mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 8,8% (yoy) menjadi sebesar Rp 255,1 triliun. Seiring dengan pemulihan ekonomi nasional, dukungan bank dalam penyaluran kredit kepada masyarakat tumbuh 8,7% (yoy) menjadi sebesar Rp 136,3 triliun, terutama didorong oleh pertumbuhan kredit korporasi dan KPR masing-masing sebesar 10,3% dan 12,6%.

Dari sisi pendanaan, simpanan nasabah meningkat 8,8% (yoy) menjadi Rp 195,6 triliun, terutama dikontribusi dari pertumbuhan giro dan tabungan sebesar 16,8% (yoy) sejalan dengan strategi bank untuk memfokuskan pertumbuhan simpanan nasabah dengan biaya dana yang lebih murah untuk mendukung penyaluran kredit dengan suku bunga yang lebih bersaing dalam jangka panjang di tengah-tengah tren kenaikan suku bunga pasar.

Biaya dana BNLI yang efisien akan memperkuat posisi bank dalam menyalurkan kredit perbankan dengan suku bunga yang bersaing. Sejalan dengan hal ini, rasio dana murah meningkat menjadi 58%, lebih tinggi dibandingkan posisi akhir Desember 2021 sebesar 54%.

Lebih lanjut Meliza mengatakan, perseroan tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit yang diberikan mengingat perlambatan ekonomi global yang disertai dengan peningkatan suku bunga global dan secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap risiko kredit inheren.

Rasio NPL gross di akhir bulan Desember 2022 terjaga pada level 3,1% membaik dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2021 sebesar 3,2%.

Rasio NPL net yang mencerminkan prudensi dalam pembentukan cadangan kerugian kredit juga mengalami perbaikan menjadi 0,4% dibandingkan dengan 0,7% di akhir Desember 2021 lalu, dimana rasio NPL coverage terjaga baik di kisaran 240%. Bank terus mengupayakan penyelesaian kredit bermasalah melalui upaya restrukturisasi, litigasi, dan penjualan aset.

Sejalan dengan penurunan rasio NPL, rasio loan at risk (LAR) BNLI juga mengalami perbaikan yang cukup signifikan dari 14,6% di tahun 2021 menjadi 10,9% per akhir tahun 2022.

BNLI senantiasa menjaga dan melanjutkan perbaikan kualitas aset, meskipun bank telah menambahkan pencadangan kerugian kredit (bersih) sebesar Rp 2,4 triliun selama tahun 2022 untuk memastikan kecukupan pencadangan terkait kondisi perekonomian domestik dan global yang diperkirakan masih mengalami tantangan yang cukup signifikan di tahun ini.

Di tengah kenaikan inflasi akibat kenaikan harga pangan dan bahan bakar, BNLI berhasil mempertahankan rasio CIR stabil pada level sekitar 55%. (HAN)

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.