
Dubai resmi menempatkan dirinya di jajaran lima besar pusat fintech dunia dalam Global Financial Centre Index (GFCI) terbaru. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran Dubai International Financial Centre (DIFC), yang dalam dua dekade terakhir menjadi katalis utama pertumbuhan sektor keuangan dan investasi di kawasan Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan (MEASA). DIFC kini menaungi sejumlah hedge fund global, kantor keluarga (family offices), serta berbagai perusahaan keuangan yang mengelola aset lebih dari US$1,2 triliun. Reformasi ekonomi terbaru Dubai, yang memungkinkan perusahaan zona bebas beroperasi di daratan utama, juga diperkirakan akan semakin mendorong ekspansi sektor keuangan di kota ini.
Fokus utama:
- Dubai melesat dalam peringkat GFCI, mencerminkan pertumbuhan pesat sektor fintech di kota ini.
- DIFC sebagai zona ekonomi khusus telah menjadi pusat keuangan utama bagi perusahaan global.
- Kebijakan baru memungkinkan perusahaan zona bebas berkembang lebih cepat dan menjangkau pasar lebih luas.
Dubai semakin mengukuhkan posisinya sebagai kekuatan baru di sektor keuangan global. Dalam laporan terbaru Global Financial Centre Index (GFCI), kota ini berhasil menembus lima besar pusat fintech dunia, berdampingan dengan New York, London, Singapura, dan Frankfurt. Keberhasilan ini tak lepas dari peran Dubai International Financial Centre (DIFC), zona ekonomi khusus yang selama 20 tahun terakhir menjadi pusat pertumbuhan sektor keuangan, fintech, dan investasi di kawasan Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan (MEASA).
Laporan ini diterbitkan oleh Z/Yen Group, sebuah think-tank berbasis di London, yang menilai 119 pusat keuangan global berdasarkan data kuantitatif dan survei dari para profesional industri keuangan. Dalam peringkat fintech, New York masih menduduki posisi teratas, disusul London, Singapura, Frankfurt, dan Dubai. Sementara itu, dalam peringkat utama pusat keuangan global, Dubai naik empat peringkat ke posisi 12, mempersempit jarak dengan pusat-pusat keuangan mapan seperti Hong Kong dan Shanghai.
“Dubai menjadi salah satu dari hanya delapan kota di dunia yang diakui sebagai pemimpin industri keuangan global. Kami bangga membentuk masa depan keuangan global dan berkontribusi pada Dubai Economic Agenda,” ujar Essa Kazim, Gubernur DIFC, seperti dikutip dari Arabian Business.
DIFC didirikan pada 2004 sebagai zona ekonomi khusus yang memberikan insentif bagi perusahaan keuangan global. Kini, kawasan ini telah berkembang menjadi rumah bagi 13 dari 100 hedge fund terbesar dunia, berbagai kantor keluarga yang mengelola lebih dari US$1,2 triliun dalam bentuk aset, serta sederet institusi keuangan terkemuka. Selain itu, DIFC juga menjadi ekosistem bagi ratusan startup fintech, perusahaan asuransi, dan bank investasi yang menjadikan Dubai sebagai basis operasional mereka untuk kawasan MEASA.
Selain peran ekonominya, DIFC juga menjadi pusat gaya hidup elite dengan keberadaan restoran mewah, hotel bintang lima, galeri seni, dan berbagai fasilitas kelas dunia yang menarik para profesional dan investor global.
Salah satu faktor kunci yang akan mendorong pertumbuhan lebih lanjut adalah kebijakan baru yang memperbolehkan perusahaan di zona bebas untuk beroperasi di daratan utama Dubai. Sebelumnya, perusahaan yang berbasis di zona ekonomi khusus seperti DIFC memiliki keterbatasan dalam berinteraksi langsung dengan pasar domestik. Namun, dengan regulasi baru ini, mereka dapat memperluas jangkauan bisnisnya tanpa harus membuka entitas baru di luar zona bebas.
Langkah ini diperkirakan akan mengurangi biaya operasional, meningkatkan efisiensi, serta membuka akses ke basis pelanggan yang lebih luas. Kebijakan ini juga sejalan dengan visi Dubai untuk menjadi pusat keuangan global yang semakin terbuka dan kompetitif.
“Dubai semakin sering disebut sebagai kota keuangan yang akan semakin signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Kami menegaskan kembali posisi kami sebagai pusat keuangan global utama di kawasan ini,” tambah Essa Kazim.
Dalam peringkat utama Global Financial Centre Index, posisi teratas masih diduduki oleh New York, diikuti oleh London, Hong Kong, dan Singapura. San Francisco, Chicago, Los Angeles, Shanghai, Shenzhen, dan Seoul melengkapi 10 besar pusat keuangan dunia.
Sementara itu, kota-kota besar di India, seperti Mumbai dan New Delhi, masing-masing berada di peringkat 52 dan 60, menunjukkan bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi mereka pesat, mereka masih tertinggal dalam daya saing global sebagai pusat keuangan.
Dubai, dengan posisinya yang terus naik, semakin menarik perhatian investor internasional. Dengan kombinasi regulasi yang progresif, ekosistem keuangan yang matang, serta kebijakan ramah bisnis, kota ini berpotensi menjadi pesaing serius bagi pusat-pusat keuangan global yang sudah lebih dulu mapan. ■