
eFishery, perusahaan teknologi akuakultur yang sempat terguncang dengan laporan utang besar dan skandal keuangan, kini mengonfirmasi bahwa seluruh kewajiban utangnya kepada bank telah dilunasi. Manajemen baru yang dipimpin oleh CEO baru berkomitmen untuk menjaga integritas perusahaan dan memastikan perusahaan bebas dari risiko kredit macet.
Fokus utama:
- Setelah isu utang yang melibatkan beberapa bank besar, eFishery memastikan bahwa seluruh pinjaman yang diterima, termasuk dari Bank DBS, OCBC NISP, dan HSBC, telah dilunasi.
- Laporan investigasi mengungkapkan adanya manipulasi laporan keuangan oleh manajemen lama, termasuk penggelembungan data dan perbedaan signifikan antara laporan internal dan eksternal.
- Setelah pergantian CEO, eFishery berusaha membersihkan citra dan mengembalikan kepercayaan investor dengan memfokuskan diri pada transparansi dan keberlanjutan.
Startup akuakultur terbesar di Indonesia, eFishery, akhirnya memberi penjelasan atas tudingan terkait utang besar yang pernah melilit mereka. Dalam sebuah keterangan resmi yang dirilis pada 27 Januari 2025, manajemen baru mengonfirmasi bahwa semua kewajiban perusahaan terhadap bank-bank besar seperti PT Bank DBS Indonesia, PT Bank OCBC NISP Tbk, dan PT Bank HSBC Indonesia telah selesai dilunasi.
“Kami ingin menegaskan bahwa eFishery tidak memiliki utang kepada bank manapun. Semua kewajiban kami telah diselesaikan,” tegas manajemen dalam pernyataan resminya, menanggapi spekulasi mengenai potensi gagal bayar dan ketidakberesan keuangan.
Sebelumnya, perusahaan yang berfokus pada teknologi akuakultur ini memang sempat mendapat perhatian besar setelah terungkapnya laporan audit yang menunjukkan adanya manipulasi dalam laporan keuangan.
Temuan investigasi mengungkapkan adanya dua laporan keuangan yang berbeda—satu untuk konsumsi internal dan satu lagi untuk pihak eksternal. Laporan eksternal menunjukkan keuntungan yang stabil sejak 2021, sementara laporan internal mencatatkan kerugian yang terus menggunung, termasuk kerugian besar pada 2022 dan 2023.
Klaim terkait fasilitas pakan yang dimiliki eFishery juga terungkap sebagai manipulasi. CEO dan pendiri sebelumnya, Gibran Huzaifah, sempat menginformasikan kepada investor bahwa perusahaan memiliki lebih dari 400.000 fasilitas pakan. Namun, kenyataannya hanya sekitar 24.000 fasilitas yang beroperasi.
Kasus ini menjadi sorotan besar setelah pengunduran diri Gibran sebagai CEO pada Desember 2024, dan digantikannya oleh seorang pemimpin baru. Pergantian pucuk pimpinan ini dipandang sebagai langkah strategis eFishery untuk memperbaiki citra dan mengembalikan kepercayaan publik.
Mona Monica, Head of GSMC PT Bank DBS Indonesia, seperti dikutip KONTAN juga mengonfirmasi bahwa pinjaman yang diberikan kepada eFishery telah dilunasi. Bank DBS, yang merupakan salah satu kreditur utama dengan pinjaman sebesar US$ 32 juta pada 2022, tidak lagi memiliki eksposur terhadap perusahaan ini. “Kami sudah tidak memiliki eksposur apapun terhadap eFishery,” ujar Mona.
Langkah pelunasan utang ini dilakukan sebagian besar menggunakan dana investor, yang juga berperan penting dalam menstabilkan posisi perusahaan pasca skandal internal. Ini merupakan bagian dari upaya untuk menyelesaikan masalah internal yang mengarah pada penurunan citra eFishery di mata investor.
Meskipun langkah-langkah pemulihan telah dilakukan, tantangan terbesar bagi eFishery adalah untuk memastikan transparansi dan integritas keuangan mereka ke depan. Manajemen baru menekankan komitmen untuk menghindari potensi kredit macet dan memastikan bahwa masa depan perusahaan tidak lagi dibayangi oleh manipulasi yang sama. ■