BERDIRI pada 2010, Amartha sebagai perusahaan microfinance untuk pengembangan usaha mikro pedesaan turut berpartisipasi pada acara Money 20/20 yang dilaksanakan di Bangkok, Thailand.
Pada event itu, Amartha menekankan peran penting teknologi inovatif dan pendidikan literasi keuangan yang inklusif guna meningkatkan daya saing usaha mikro serta memimpin bisnis di era profitabilitas yang berkelanjutan.
Founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra mengungkapkan, inovasi teknologi dan literasi keuangan yang inklusif merupakan kunci dalam meningkatkan daya saing usaha mikro Indonesia di Asia Tenggara.
“Terlebih, Asia Tenggara adalah rumah bagi jutaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang menyumbang hingga 40% dari ekonomi wilayah tersebut,” ujarnyacdalam keterangan pers, Minggu (5/5).
Dia mengatakan hal itu terkait keikutsertaan Amartha pada acara Money 20/20 yang dihelat di Bangkok, Thailand.
Menueut dia, bisnis mikro mewakili hingga 94% dari total UMKM, memainkan peran penting sebagai mesin pertumbuhan ekonomi, terutama di negara-negara seperti Indonesia dan Thailand.
Namun, meskipun kontribusi mereka yang signifikan, 90% pedagang mikro di Asia Tenggara mengalami hambatan seperti akses kredit yang terbatas, tantangan dalam mendapatkan pinjaman karena jaminan yang tidak memadai dan minim riwayat kredit, serta rendahnya literasi keuangan digital, terutama di daerah pedesaan.
“Pelaku industri teknologi finansial seperti Amartha, memainkan peran kunci dalam menyediakan layanan yang mudah diakses kepada segmen yang tidak terlayani, dimana proporsi pinjaman usaha mikro terhadap layanan pinjaman teknologi finansial lebih besar dibandingkan usaha menengah,” katanya.
Perjalanan menuju inklusi akses permodalan bagi usaha mikro turut diiringi dengan meningkatnya tren impact investing.
“Di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, saat ini menjadi tempat tujuan impact investing yang memungkinkan para investor dan institusi global untuk diversifikasi portofolio mereka di pasar yang berkembang serta turut serta memberikan dampak sosial bagi masyarakat,” tambah Andi.
Di periode 2020-2022, impact investor telah berkomitmen lebih dari 67% dari total modal yang diinvestasikan dalam periode 10 tahun sebelumnya dari 2007-2016 di Asia Tenggara, menunjukkan percepatan tren aktivitas impact investing di wilayah tersebut.
Kondisi geografis yang luas selalu menjadi fokus utama dalam menyediakan akses permodalan yang merata bagi usaha mikro di Indonesia. Salah satu tantangannya adalah penyaluran modal yang belum merata di luar pulau Jawa.
“Sebagai penyedia layanan keuangan digital inklusif, Amartha terus berkomitmen menghadirkan teknologi terbaik yang relevan dan ramah pengguna bagi usaha pedagang mikro tradisional, memungkinkan mereka untuk mencapai potensi terbaik mereka,” jelas Andi.
Dalam memastikan inklusivitas, Andi menyebut, Amartha telah membangun infrastruktur keuangan digital yang menghubungkan bisnis mikro di kota-kota Tier 2 dan 3 di luar Jawa, dengan menawarkan model pendanaan dan pemberian pinjaman yang terintegrasi baik dari sektor institusi maupun ritel.
Hal ini memungkinkan para peminjam untuk mengakses modal kerja dengan efisien. Selain itu, infrastruktur mereka menyediakan layanan pembayaran dan sistem skor kredit internal, menjadikannya platform keuangan mikro yang paling terintegrasi untuk segmen akar rumput Indonesia.
Lebih lanjut, guna menyediakan ketersediaan akses permodalan yang lebih luas, Amartha menggunakan local branchless agents, yang memberdayakan mitra bisnis local lokal di daerah pedesaan dengan menawarkan layanan keuangan digital seperti transfer peer-to-peer, tabungan mikro, dan pembayaran tagihan.
Produk-produk strategis ini memperluas layanan keuangan esensial kepada para pelaku usaha mikro. Melalui pendekatan tersebut, Amartha secara aktif mempromosikan literasi digital dan keuangan dengan menempatkan local branchless agents ke area pedesaan.
Selain mendiskusikan tantangan dan upaya memaksimalkan potensi ekonomi mikro di Asia Tenggara, salah satu topik diskusi pada acara Money 20/20 adalah bagaimana perjalanan menuju inklusi akses permodalan bagi usaha mikro turut diiringi dengan meningkatnya tren impact investing.
Di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, saat ini menjadi tempat tujuan impact investing yang memungkinkan para investor dan institusi global untuk mendiversifikasi portofolio mereka di pasar yang berkembang serta turut serta memberikan dampak sosial bagi masyarakat.
Pada 2023, Amartha telah mendapatkan institutions facility commitment untuk pembiayaan usaha mikro dari tiga organisasi terkemuka, yang mencapai total kontribusi sebesar US$285 juta dari Community Investment Management, International Finance Corporation, dan Credit Saison.
Besarnya tren impact investing serta konsisten menghadirkan inovasi teknologi yang relevan, menjadikan Amartha memiliki catatan profitabilitas yang baik selama tiga tahun terakhir.
Amartha, lanjut aandi, akan semakin memperkuat komitmen untuk mempromosikan popularitas impact investing di Indonesia. ■