BANK-bank besar tetap menjadikan perusahaan fintech peer to peer lending (P2P lending) sebagai salah satu channel untuk menyalurkan kredit.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) umpamanya, saat masih terus menjaga pertumbuhan penyalurkan kredit melalui fintech P2P lending. Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi merinci hingga akhir September 2023, bank telah menyalurkan pembiayaan ke fintech P2P lending senilai Rp 2,5 triliun atau tumbuh 58% yoy.
Sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit tersebut, BRI berhasil menjaga kualitas kredit (NPL) yang disalurkan kepada fintech P2P lending, hal tersebut tercermin dari rasio NPL yang terjaga di level 1,47% per September 2023.
Hendy menyebut strategi untuk menjaga kualitas NPL untuk segmen ini yakni, BRI selektif dalam pemilihan partner dan debitur.
“Serta secara preventif, dimana penyaluran pinjaman yang dilakukan oleh BRI melalui fintech wajib di-cover oleh asuransi kredit sesuai dengan kesepakatan dengan fintech,” kata Hendy, Kamis (2/10).
Adapun PT Bank Mandiri Tbk, yang konsisten menjalin kolaborasi dengan skema channeling dengan perusahaan fintech P2P untuk menghadirkan solusi finansial lewat serangkaian inovasi layanan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan nasabah.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan menggandeng fintech P2P lending menjadi salah satu strategi untuk dapat memperluas pasar keuangan digital.
“Ini searah dengan pengembangan Bank Mandiri untuk menjadi urban locomotive dengan masuk ke sirkel ekosistem masyarakat perkotaan,” kata Rudi, Kamis (2/10).
Baca Juga: Bank Mandiri jadi bank pertama di Indonesia yang asetnya di atas Rp2.000 triliun
Rudi juga menyebut, penyaluran kredit melalui fintech dapat melahirkan ekonomi yang inklusif, lantaran fintech memiliki kemampuan untuk menjangkau masyarakat khususnya pelaku UMKM yang unbankable namun memiliki potensi menjadi bankable.
Rudi merinci sampai dengan September 2023, total penyaluran kredit Bank Mandiri melalui skema channeling dengan fintech lending telah mencapai Rp 3,22 triliun, dan menjangkau lebih dari 238.538 ribu debitur dengan kualitas kredit (NPL) yang masih terjaga dengan baik.
“Kami melihat porsi kredit yang disalurkan melalui P2P Lending apabila dibandingkan dengan total kredit SME masih terdapat room of improvement, dengan tetap mempertimbangkan kondisi industri, fokus ekosistem, risiko dan mitigasi,” jelasnya.
Baca Juga: BRI optimistis laba 2023 capai Rp58 triliun, bahkan kalau meleset bisa Rp60 triliunan
Adapun PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang mengaku senantiasa mengutamakan prinsip kehati-hatian dan selaras dengan risk appetite di setiap pengambilan keputusan.
EVP Secretariat and Corporate Communication BCA Hera F Haryn mengatakan saat ini, BCA tengah meninjau kembali kerja sama penyaluran kredit lewat peer to peer (P2P) lending atau fintech.
“Hingga akhir September 2023, belum ada portofolio aktif P2P lending atau fintech yang tercatat,” kata Hera, Kamis (2/11).
Hera menjelaskan hal ini mengingat BCA senantiasa mencermati dan mengukur risiko kredit secara berkala untuk memastikan tidak adanya kenaikan risiko yang signifikan.
Untuk diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding pembiayaan fintech P2P lending pada September 2023 mencapai Rp 55,70 triliun. ■
OJK targetkan 70% perusahaan fintech P2P lending salurkan pembiayaan ke sektor produktif pada 2028 - digitalbank.id