Digiasia Bios dedikasikan diri sebagai perusahaan FaaS pertama di Indonesia

- 13 April 2022 - 09:52

Digiasia Bios, mengklaim sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang memfokuskan layanan fintech as a service (FaaS) yang mencakup layanan lebih luas dan tak sekadar fintech peer to peer (P2P) lending.

digitalbank.id – Digiasia Bios, mengklaim sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang memfokuskan layanan fintech as a service (FaaS) yang mencakup layanan lebih luas dan tak sekadar fintech peer to peer (P2P) lending.

Rully Hariwinata, chief marketing officer Digiasia Bios mengatakan selain sebagai platform yang bisa digunakan masyarakat secara umum, Digiasia Bios mendedikasikan diri sebagai perusahaan FaaS pertama di Indonesia.

“Kami memahami bahwa setiap bisnis dan lapisan masyarakat memiliki kebutuhan yang berbeda. Melalui produk dan layanan fintech yang kami sediakan, kami hadir untuk membantu dan mendukung transformasi keuangan perusahaan mitra dan pelanggan kami,” katanya awal pekan ini.

Menurut dia, melalui integrasi yang dilakukan, dia menyatakan, mitra dan pelanggan Digiasia Bios akan semakin mudah beradaptasi dengan kemajuan era digital serta memperluas layanan digital dan cashless di pasar. Digiasia Bios didirikan pengusaha Alexander Rusli dan Prashant Gokarn dan beroperasi sejak 2017.

Baca juga: Koinworks NEO mendorong pelaku bisnis UMKM miliki jejak digital yang baik

Digiasia Bios serta seluruh produk dan layanannya beroperasi dengan memegang izin, lisensi serta bersertifikasi penuh dari Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), termasuk sertifikasi ISO27001, QRC Solution, sertifikasi PCI DSS, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Asosiasi Penyelenggara Pengiriman Uang Indonesia (APPUI), dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).

Melalui empat produk dan layanan fintech yang dimiliki saat ini, yakni KasPro (digital payment), KreditPro (P2P lending), RemitPro (remittances/pengiriman uang) dan DigiBos (layanan keuangan digital/LKD), perusahaan terus berfokus dalam mengintegrasikan teknologi guna mendorong peningkatan daya saing pasar dan masyarakat Indonesia serta kemudahan beradaptasi dengan era digital.

Rully mengatakan Digiasia Bios mendedikasikan diri sebagai perusahaan FaaS pertama di Indonesia.

 

Dalam Laporan Annual Member Survey 2021 Aftech, tahun ini, sebanyak 25% lebih platform rintisan teknologi finansial (startup fintech) di Asia Tenggara berasal dari Indonesia. Ini membuktikan bahwa proyeksi Digiasia Bios tepat dan semakin mendorong semangat Digiasia Bios untuk dapat terus mengakomodasikan kebutuhan masyarakat Indonesia dengan menghadirkan akses layanan fintech yang beragam dalam satu integrasi.

Baca juga: Rambah bisnis fintech, INTI luncurkan layanan PPOB INTIPay

“Selain penggunaan langsung, produk layanan fintech dari Digiasia Bios dapat disematkan dengan aplikasi dan ekosistem apapun, sehingga memungkinkan perusahaan mitra kami dapat dengan mudah memanfaatkan solusi fintech untuk mengoptimalkan proses pengelolaan keuangan, memberikan pengalaman terbaik kepada pelanggan mereka dan menyediakan layanan komersial dengan standar yang jauh lebih tinggi daripada sebelumnya,” jelas Rully.

Misi pemerataan digitalisasi keuangan di seluruh lapisan masyarakat, kata dia, telah menjadi salah satu perhatian utama pemerintah guna membawa Indonesia memimpin ekonomi digital di Asia Tenggara. Digiasia Bios berkomitmen untuk terus menghadirkan pembaruan teknologi pada layanan produk fintech yang dimiliki dan mendukung realisasi dari misi tersebut.

Baca juga: Perluas jaringan kartu kreditnya di Indonesia, JCB kolaborasi dengan fintech

Laporan Annual Member Survey 2021 Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) mencatat, pertumbuhan produk teknologi finansial (fintech) di Indonesia menunjukkan tren positif hingga kuartal I-2022.

Hal ini tentunya tidak lepas dari dukungan pemerintah dan berbagai pihak yang terus gencar melakukan pemerataan literasi tentang digitalisasi keuangan. Imbasnya, pemahaman kebutuhan serta minat masyarakat di seluruh lapisan juga semakin berkembang. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal 2021, akumulasi investasi di industri fintech nasional mencapai US$904 juta atau 23% dari total Asia Tenggara. (HAN)

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.