Digitalisasi perbankan, nasabah diprediksi tak lagi bertransaksi di ATM

- 14 Februari 2022 - 14:37

Sistem pembayaran digital juga membuat perbankan harus mengevaluasi keberadaan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) hingga Electronic Data Capture (EDC).

digitalbank.id – Sistem pembayaran di Indonesia telah bergeser ke arah digital yang dipicu oleh pandemi Covid-19. Hal ini, dinilai Perbanas menimbulkan konsekuensi tersendiri bagi perbankan, termasuk konsekuensi akan ditinggalkannya mesin ATM oleh para nasabah.

 

Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, pandemi Covid-19 sebenarnya bisa membawa sudut pandang yang berbeda karena kecepatan adopsi transaksi digital yang meledak dalam dua tahun terakhir.

Dia mengatakan hal itu pada acara bertajuk Casual Talks on Digital Payment Innovation of Banking secara virtual, Senin (14/2).

Baca juga: Konsisten komunikasikan transaksi digital, Bank DKI raih penghargaan IPRA 2022

Menurut dia, sistem pembayaran digital juga membuat perbankan harus mengevaluasi keberadaan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) hingga Electronic Data Capture (EDC). Pasalnya, menurut Tiko, terdapat dua tantangan untuk perbankan.

“Ada dua tantangan yang dihadapi perbankan saat ini. Pertama, bagaimana perbankan bisa meninggalkan model lama. Misalnya, ATM, bagaimana kita melihat ATM ke depan? Apakah ATM masih relevan di masa depan? Ada kemungkinan di masa depan masyarakat tidak lagi melakukan transaksi tunai di area publik,” katanya.

Lalu, lanjut dia, kedua, bagaimana perbankan juga perlu mengevaluasi bisnis acquiring. Pasalnya, hampir semua perbankan menggunakan POS atau EDC di berbagai merchant untuk menerima pembayaran melalui kartu debit atau kartu kredit.

Baca juga: Era bank digital dan ramalan kiamat ATM

Dia menilai bahwa kondisi saat ini sangat berbeda dengan situasi pada lima tahun silam. Saat itu, masyarakat hanya memiliki tiga pilihan pembayaran, yakni melalui transfer langsung, kartu debit, dan kartu kredit. Namun, sejak sistem pembayaran beralih ke digital, kini masyarakat memiliki banyak pilihan, mulai dari e-wallet, aplikasi digital, dan lain sebagainya.

“Customer sekarang sebenarnya yang paling diuntungkan dari perubahan karena customer memiliki banyak cara pembayaran yang berbeda,” terangnya.

Menurutnya, kini perilaku masyarakat mulai berubah. Untuk itu, perbankan memiliki dua tantangan yang ia sebutkan. “Bagi pelanggan, mereka sebenarnya tahu mana yang paling mudah dan paling murah untuk mereka gunakan. Beda segmen, maka beda preferensi,” pungkasnya.

Statement Kartika Wirjoatmodjo itu didukung dengan transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debit, kartu kredit tumbuh jauh lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan uang elektronik maupun Quick Response Code Indonesia Standard atau QRIS. (HAN)

 

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.