
Kecerdasan buatan (AI) tengah mengubah wajah industri global, menawarkan potensi peningkatan produktivitas hingga US$4,4 triliun. Namun, meski 92% perusahaan berencana meningkatkan investasi AI dalam tiga tahun ke depan, hanya 1% yang mengklaim telah sepenuhnya mengintegrasikannya ke dalam operasional mereka. Tantangan utama bagi para pemimpin bisnis adalah bagaimana memanfaatkan AI untuk mendorong kreativitas dan produktivitas manusia, serta mencapai kematangan AI dalam organisasi mereka.
Fokus utama:
- AI memiliki kemampuan untuk meningkatkan produktivitas global secara signifikan, dengan estimasi kontribusi sebesar US$4,4 triliun dalam jangka panjang.
- Meskipun mayoritas perusahaan berencana meningkatkan investasi AI, hanya sedikit yang telah mencapai integrasi penuh dalam proses bisnis mereka.
- Generasi milenial menunjukkan tingkat adopsi AI tertinggi di tempat kerja, berpotensi menjadi pendorong utama transformasi digital.
Kehadiran AI di dunia kerja saat ini dapat disamakan dengan revolusi mesin uap pada abad ke-19. Perusahaan-perusahaan teknologi terkemuka seperti Anthropic, Cohere, Google, Meta, Mistral, dan OpenAI telah mengembangkan model bahasa besar (LLM) yang menandai era baru dalam teknologi informasi.
Penelitian McKinsey memperkirakan bahwa AI memiliki potensi untuk menambah pertumbuhan produktivitas global hingga US$4,4 triliun melalui berbagai kasus penggunaan korporat.
Meskipun potensi jangka panjang AI sangat besar, manfaat jangka pendeknya masih belum jelas. Dalam tiga tahun ke depan, 92% perusahaan berencana meningkatkan investasi mereka dalam AI. Namun, hanya 1% pemimpin yang menyatakan bahwa perusahaan mereka telah mencapai “kematangan” dalam penerapan AI, yaitu ketika AI sepenuhnya terintegrasi ke dalam alur kerja dan menghasilkan dampak bisnis yang signifikan.
Pertanyaan besarnya adalah bagaimana para pemimpin bisnis dapat mengalokasikan modal dan mengarahkan organisasi mereka menuju kematangan AI.
Laporan penelitian terbaru, yang terinspirasi dari buku Reid Hoffman berjudul Superagency: What Could Possibly Go Right with Our AI Future, mengeksplorasi bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan AI untuk memperkuat kemampuan manusia dan membuka tingkat kreativitas serta produktivitas baru di tempat kerja. AI memiliki potensi untuk mendorong perubahan positif dan disruptif yang luar biasa.
Meskipun transformasi ini akan memerlukan waktu, para pemimpin harus bergerak maju dengan berani hari ini untuk menghindari ketertinggalan di masa depan. Sejarah pergeseran ekonomi dan teknologi besar menunjukkan bahwa momen-momen seperti ini dapat menentukan naik turunnya perusahaan.
Lebih dari 40 tahun yang lalu, internet lahir. Sejak itu, perusahaan seperti Alphabet, Amazon, Apple, Meta, dan Microsoft telah mencapai kapitalisasi pasar triliunan dolar. Bahkan lebih mendalam, internet mengubah anatomi kerja dan akses ke informasi. AI saat ini seperti internet bertahun-tahun yang lalu: risiko bagi para pemimpin bisnis bukanlah berpikir terlalu besar, tetapi terlalu kecil.
Generasi milenial, pelopor adopsi AI
Sebuah survei McKinsey menemukan bahwa generasi milenial adalah pengguna AI generatif paling aktif. Sekitar 62% karyawan berusia 35 hingga 44 tahun melaporkan tingkat keahlian tinggi, dibandingkan dengan 50% dari Gen Z (usia 18 hingga 24 tahun) dan 22% baby boomer di atas 65 tahun.
Banyak milenial dalam kelompok usia ini adalah manajer dan dapat membantu tim mereka menjadi pengguna AI yang lebih terampil, seperti yang ditunjukkan oleh Senior Partner Lareina Yee dan rekan penulisnya.
Beberapa perusahaan telah berhasil mengintegrasikan AI untuk meningkatkan efisiensi operasional mereka. Misalnya, Alibaba menggunakan AI untuk mengelola rantai pasokan dan memprediksi perilaku konsumen, sementara Siemens memanfaatkan platform berbasis AI untuk menghubungkan mesin-mesin dalam ekosistem terintegrasi. Spotify juga menggunakan AI untuk menganalisis kebiasaan mendengarkan pengguna dan merekomendasikan lagu yang sesuai dengan preferensi mereka.
Penggunaan teknologi AI dalam menggantikan pekerja manusia menimbulkan berbagai pertanyaan etis, sosial, dan ekonomi. Diperlukan pembahasan lebih lanjut untuk mengatasi tantangan yang muncul seiring dengan kemajuan teknologi ini, termasuk upaya untuk memastikan bahwa dampaknya tidak merugikan masyarakat luas dan mengakomodasi perubahan yang terjadi dalam dunia kerja. ■