Tantang tren PHK perbankan global, BNI justru buka 1.000 loker baru di 2025

- 11 Maret 2025 - 19:11

Di saat banyak bank besar memangkas jumlah karyawan akibat disrupsi teknologi dan ketidakpastian ekonomi global, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) justru membuka 1.000 lowongan kerja baru pada 2025. Langkah ini bertolak belakang dengan tren PHK yang dilakukan bank-bank besar seperti Citigroup dan DBS Group Holdings yang mulai menggantikan tenaga kerja dengan kecerdasan buatan (AI).


Fokus utama:

  1. BNI tidak memangkas jumlah pegawai meskipun layanan perbankan semakin terdigitalisasi. Bank pelat merah ini justru berencana merekrut 1.000 karyawan baru pada 2025, menggantikan pegawai yang pensiun.
  2. Berbeda dengan BNI, bank besar dunia seperti Citigroup dan DBS mulai memangkas ribuan karyawan akibat efisiensi berbasis AI dan reorganisasi internal.
  3. Meskipun jumlah transaksi di kantor cabang menurun hingga 0,19%, BNI menilai masih diperlukan tenaga manusia untuk pelayanan langsung di cabang-cabangnya.

Di saat industri perbankan global tengah diguncang gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat kecerdasan buatan (AI) dan efisiensi operasional, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) justru mengambil langkah berbeda. Bank pelat merah ini memastikan tidak ada pengurangan karyawan dan bahkan membuka 1.000 lowongan kerja baru pada tahun ini.

Direktur Human Capital and Compliance BNI, Mucharom, menegaskan bahwa hingga saat ini jumlah karyawan tetap BNI masih bertahan di angka 27.000 orang, sementara tenaga kontrak sekitar 15.000 orang. “Total pegawai BNI mencapai 42.000 orang, dan meskipun perbankan makin terdigitalisasi, kami tetap membutuhkan tenaga kerja baru,” ujar Mucharom, Senin (11/3).

Menurutnya, setiap tahun ada sekitar 900-1.000 pegawai BNI yang pensiun. Oleh karena itu, manajemen tetap melakukan rekrutmen dalam jumlah yang sama untuk menggantikan mereka. Pada 2025, sekitar 600 karyawan akan direkrut melalui jalur Officer Development Program (ODP), sedangkan 300-400 lainnya melalui jalur reguler.

“Sampai saat ini, 150 calon karyawan sudah direkrut melalui jalur ODP. Perekrutan dilakukan bertahap sesuai kebutuhan,” tambahnya.

Langkah BNI ini bertolak belakang dengan tren yang terjadi di industri perbankan global. Banyak bank besar mulai memangkas ribuan karyawan akibat perkembangan AI dan ketidakpastian ekonomi.

Bloomberg melaporkan bahwa DBS Group Holdings Ltd., bank terbesar di Asia Tenggara, berencana melakukan PHK terhadap 4.000 karyawan kontrak dalam tiga tahun ke depan. Penyebab utama adalah peningkatan penggunaan teknologi AI yang mampu menggantikan sebagian tugas pegawai.

CEO DBS Group, Piyush Gupta, mengonfirmasi bahwa dari total 8.000-9.000 pegawai kontrak yang mereka miliki, sebagian akan terdampak oleh transformasi digital ini.

Sementara itu, Reuters memberitakan bahwa Citigroup juga telah memulai PHK besar-besaran sebagai bagian dari restrukturisasi di bawah CEO Jane Fraser. Bank raksasa asal AS ini memotong sejumlah posisi di unit bisnis pengelolaan dana dan teknologi untuk menekan biaya operasional.

Meskipun layanan digital semakin mendominasi, BNI menegaskan bahwa kehadiran pegawai di kantor cabang masih diperlukan.

“Meskipun jumlah nasabah yang datang ke kantor cabang hanya sekitar 0,19% dari total transaksi, layanan di cabang tetap tidak bisa dihilangkan begitu saja,” kata Mucharom.

Dalam beberapa tahun terakhir, transformasi digital memang mengubah cara bank beroperasi. Data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa transaksi perbankan digital meningkat lebih dari 25% per tahun, seiring dengan semakin banyaknya nasabah yang beralih ke layanan mobile banking dan internet banking.

Namun, di tengah perubahan ini, kebutuhan akan tenaga manusia masih tetap ada. “Teknologi memang mempermudah transaksi, tetapi interaksi langsung dengan pelanggan tetap memiliki nilai penting, terutama dalam layanan konsultasi dan produk keuangan yang lebih kompleks,” ujar Mucharom.

Kebijakan BNI ini sejalan dengan tren yang terjadi di beberapa bank lain di Indonesia. Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Mandiri, misalnya, juga masih mempertahankan jumlah pegawai dan bahkan memperkuat divisi layanan pelanggan untuk memastikan pengalaman nasabah tetap optimal.

Dengan strategi ini, BNI menegaskan bahwa mereka tidak hanya fokus pada efisiensi teknologi, tetapi juga pada keseimbangan antara digitalisasi dan tenaga kerja manusia. ■

Comments are closed.