Nilai ekonomi digital capai US$146 miliar, Visa prediksi 4 tren pembayaran digital di 2025

- 26 Februari 2025 - 14:30

Visa Indonesia memproyeksikan empat tren utama dalam pembayaran digital pada 2025, mulai dari pertumbuhan e-commerce yang melonjak, peningkatan transaksi lintas batas, hingga tantangan keamanan siber. Dengan nilai ekonomi digital Indonesia yang diprediksi mencapai US$146 miliar, Visa menyiapkan berbagai solusi untuk mendukung transaksi yang lebih mudah, cepat, dan aman.


Fokus utama:

  1. E-commerce dan transaksi digital akan melonjak seiring dengan penetrasi internet mobile yang diprediksi mencapai 70% populasi Indonesia pada 2025.
  2. Wisatawan Asia Tenggara membuka peluang bagi sektor pariwisata Indonesia untuk meningkatkan jumlah turis dengan ekosistem pembayaran digital yang lebih luas.
  3. Keamanan transaksi digital semakin diperketat, dengan solusi berbasis kecerdasan buatan dan autentikasi biometrik untuk mencegah kejahatan siber.

Transformasi digital di sektor keuangan terus berkembang pesat, dan Visa Indonesia telah mengidentifikasi empat tren utama yang akan membentuk lanskap pembayaran digital pada 2025.

Vira Widiyasari, Country Manager Visa Indonesia, menyatakan bahwa perubahan ini didorong oleh meningkatnya penetrasi mobile internet, ekspansi e-commerce, serta pertumbuhan kebutuhan pembayaran lintas batas dan keamanan transaksi digital.

“Seperti pertumbuhan penetrasi mobile internet yang mendorong ekonomi digital, mencapai GMV US$360 miliar pada 2030, hingga meningkatnya pelaku bisnis lokal yang semakin bersaing di pasar global,” ujar Vira dalam Media Gathering di Jakarta, Selasa (25/2).

Empat tren pembayaran digital di 2025:

Pertama, e-commerce melonjak seiring penetrasi internet mobile. Visa mencatat bahwa peningkatan penetrasi internet mobile akan mendorong lonjakan transaksi digital. Berdasarkan laporan Economy SEA 2024 dari Google, Temasek & Bain, proyeksi pengguna internet melalui perangkat mobile di Indonesia diperkirakan mencapai 70% dari total populasi pada 2025.

    Sektor e-commerce diprediksi menjadi pendorong utama, dengan pertumbuhan transaksi online yang diharapkan melonjak hingga 130% pada 2030. Sementara itu, sektor non-travel akan mengalami pertumbuhan sebesar 35%, dengan total GMV mencapai US$360 miliar.

    Untuk mendukung kenyamanan bertransaksi, Visa menghadirkan fitur seperti Click to Pay dan Visa Subscription Management guna mempermudah pembayaran online secara aman dan praktis.

    Kedua, wisatawan Asia Tenggara jadi peluang baru. Tren kedua berkaitan dengan pola perjalanan wisatawan Asia Tenggara. Menurut Visa, wisatawan dari negara seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina lebih memilih destinasi terdekat, termasuk Indonesia.

      Hal ini menjadi peluang besar bagi industri pariwisata nasional untuk menarik lebih banyak turis dengan meningkatkan ekosistem pembayaran digital. Visa berkolaborasi dengan pemerintah dan sektor pariwisata untuk memperkuat solusi pembayaran lintas negara (cross-border payments), serta memperluas akseptasi pembayaran contactless bagi wisatawan.

      Ketiga, adopsi pembayaran B2B dan transaksi lintas batas. Visa juga melihat lonjakan kebutuhan pembayaran dalam transaksi bisnis (business-to-business/B2B) dan cross-border. Perusahaan kini semakin mengandalkan pembayaran digital untuk meningkatkan efisiensi dan otomatisasi proses keuangan mereka.

        “Selain itu, tren cross-border dalam bisnis meningkat akibat semakin banyaknya kebutuhan transaksi lintas batas untuk keperluan ekspor-impor serta minat perorangan terhadap pengiriman dana dari dan ke luar negeri,” jelas Vira.

        Untuk memenuhi kebutuhan ini, Visa menyediakan solusi Visa Commercial Solutions dan Visa Direct guna membantu transaksi perusahaan dan individu dalam melakukan transfer dana lintas negara dengan cepat dan aman.

        Keempat, perlindungan dari kejahatan siber kian diperkuat. Keamanan menjadi perhatian utama dalam dunia transaksi digital. Menurut Visa, transaksi online memiliki risiko penipuan 7,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan transaksi offline.

          Untuk mengatasi tantangan ini, Visa menghadirkan Visa Consumer Authentication Service, yang memanfaatkan analisis berbasis kecerdasan buatan (Gen AI) dalam risk scoring, serta sistem autentikasi biometrik guna mengurangi ketergantungan pada kata sandi dan PIN.

          “Kami yakin solusi ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang diproyeksikan mencapai US$146 miliar pada 2025,” tutup Vira. ■

          Comments are closed.