COD jadi pilihan utama transaksi e-commerce di tengah tren e-wallet yang makin menguat

- 21 Februari 2025 - 14:51

Metode pembayaran Cash on Delivery (COD) masih menjadi pilihan utama dalam transaksi e-commerce di Indonesia, meskipun tren e-wallet semakin menguat. Pada 2022, COD mencakup 84% dari total transaksi e-commerce senilai Rp200 triliun. Namun, survei terbaru menunjukkan e-wallet mulai mendominasi dengan 77% pengguna memilih metode ini pada 2024. Persaingan di sektor logistik pun semakin ketat dengan inovasi layanan pengiriman yang lebih efisien dan terpercaya.


Fokus utama:

  1. COD masih populer karena faktor kepercayaan konsumen, tetapi menghadapi tantangan seperti pembatalan pesanan dan ketidaksesuaian barang.
  2. e-wallet kini menjadi metode pembayaran favorit dengan 77% pengguna, diikuti oleh mobile banking (50%) dan layanan paylater yang terus bertumbuh.
  3. Perusahaan logistik seperti KiriminAja terus berinovasi untuk meningkatkan efisiensi pengiriman dan mempercepat pencairan dana COD bagi penjual.

Metode pembayaran Cash on Delivery (COD) masih menjadi andalan transaksi e-commerce di Indonesia, meskipun e-wallet semakin mengukuhkan posisinya sebagai pilihan utama bagi konsumen digital. Pada 2022, COD menguasai 84% dari total transaksi e-commerce nasional yang mencapai Rp200 triliun. Sementara itu, survei terbaru Jakpat pada 2024 menunjukkan bahwa 77% pengguna kini lebih memilih e-wallet karena kepraktisannya.

“Banyak pelanggan yang ingin memastikan barang sampai sebelum membayar, sehingga COD tetap menjadi metode favorit. Namun, tantangan yang muncul adalah tingginya pembatalan pesanan dan kasus pembeli yang mengaku tidak pernah memesan,” ujar Founder & CEO KiriminAja Fariz GTJ di Jakarta, Kamis (20/2).

Survei Jakpat juga mengungkap bahwa selain e-wallet yang dominan dengan 77%, metode pembayaran lain yang masih banyak digunakan adalah mobile banking dan internet banking (50%), layanan paylater berbasis peer-to-peer lending (27%), serta transfer melalui ATM yang masih bertahan dengan 25% pengguna.

Dominasi COD bukan tanpa risiko. Bagi penyedia jasa logistik, metode ini memunculkan tantangan besar dalam hal efisiensi pengiriman dan kepercayaan pelanggan. Tingginya tingkat pembatalan pesanan membuat banyak perusahaan pengiriman harus menanggung beban biaya logistik yang tidak sedikit.

Selain itu, kondisi ekonomi yang berfluktuasi juga berdampak pada daya beli masyarakat dan secara langsung memengaruhi volume pengiriman barang. “Ketika daya beli menurun, volume pengiriman juga ikut berkurang. Kami berharap pertumbuhan ekonomi ke depan semakin membaik agar bisnis UMKM dan logistik bisa kembali meningkat,” tambah Fariz.

Untuk mengatasi tantangan ini, KiriminAja terus berinovasi dalam menyediakan solusi logistik berbasis teknologi yang lebih efisien. Sejak didirikan hampir lima tahun lalu, perusahaan ini telah memiliki lebih dari 220.000 pelanggan di seluruh Indonesia.

Chief Commercial Officer KiriminAja, Harry Syarif, menegaskan bahwa KiriminAja tidak sekadar bersaing dalam harga, tetapi lebih mengutamakan inovasi dan peningkatan kualitas layanan. “Kami ingin membangun nilai tambah, bukan hanya sekadar menawarkan harga murah. Keberhasilan pengiriman dan kepuasan pelanggan menjadi prioritas utama,” katanya.

Beberapa fitur unggulan yang ditawarkan KiriminAja antara lain integrasi multi-ekspedisi, pencairan dana COD lebih cepat, fitur undelivery untuk mengawasi kendala pengiriman, serta customer support 24 jam. Selain itu, perusahaan juga menyediakan laporan pengiriman yang transparan dan akurat, serta berbagai promo spesial untuk membantu UMKM dan online seller menekan biaya operasional.

Sejumlah brand ternama seperti Aerostreet, Benings, Cover Super, Natasha, Paragon, hingga Plugo telah bergabung dalam ekosistem KiriminAja, menjadikannya salah satu platform agregator logistik terkemuka di Indonesia.

Dengan meningkatnya adopsi e-wallet dan inovasi di industri logistik, persaingan layanan pengiriman di Indonesia diprediksi akan semakin ketat. Pelaku industri harus terus beradaptasi dengan kebutuhan konsumen agar tetap relevan dalam ekosistem digital yang berkembang pesat. ■

Comments are closed.