Work Trend Index 2024 ungkap 92% pekerja di Indonesia sudah pakai GenAI

- 17 Juni 2024 - 05:30

Microsoft dan LinkedIn baru-baru ini merilis laporan Work Trend Index 2024 yang mengungkapkan data menarik dimana 92% pekerja di Indonesia (knowledge workers) telah menggunakan GenAI (generative artificial intelligence) di tempat kerja.

Dalam laporan tahunan “AI at Work is Here. Now Comes the Hard Part”, Work Trend Index 2024 menggarisbawahi bahwa saat ini adalah saat dimana banyak tools AI digunakan oleh para pekerja dan memberikan dampak yang besar atas pekerjaan mereka.

Temuan tersebut, menurut Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir, membuktikan minat pemanfaatan teknologi AI yang kuat untuk memberikan dampak positif bagi bisnis, serta menandakan potensi munculnya budaya baru dalam sektor ketenagakerjaan Indonesia yang didorong oleh AI.

“Era AI memungkinkan masyarakat untuk berinovasi dan berkreasi dengan lebih cepat. Saat ini, kita sedang berada di era transformasi AI yang memungkinkan kita untuk berkreasi dan berinovasi jauh lebih cepat. Melihat cepatnya adaptasi Indonesia untuk penerapan AI menunjukkan peluang positif untuk merealisasikan peluang ekonomi digital Indonesia,” ujarnya pekan lalu.

Berdasarkan laporan Work Trend Index 2024, terdapat tiga poin utama yang perlu diketahui oleh setiap pemimpin dan profesional di Indonesia mengenai dampak AI terhadap pekerjaan dan pasar tenaga kerja di tahun mendatang:

  1. Karyawan tertarik untuk mengadopsi AI di tempat kerja. Menurut laporan tersebut, sebanyak 92% pekerja di Indonesia sudah menggunakan generative AI di tempat kerja. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan angka global (75%) dan Asia Pasifik (83%).

Namun, tren ini berpotensi mengurangi manfaat yang bisa diraih ketika AI digunakan secara strategis dalam skala besar, serta membawa risiko tertentu terhadap data perusahaan. Alhasil, tugas pemimpin perusahaan dalam waktu dekat adalah mempertimbangkan bagaimana menerapkan AI dalam skala besar di perusahaan, sembari menghasilkan return on investment (ROI) yang maksimal.

  1. Bagi Karyawan, AI Meningkatkan Standar dan Membuka Peluang Karier. Laporan tersebut juga mengungkapkan, sebanyak 69% pemimpin di Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak akan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI. Tak hanya itu, sebanyak 76% pemimpin cenderung merekrut kandidat dengan pengalaman kerja yang lebih sedikit namun handal menggunakan AI, dibandingkan kandidat berpengalaman tanpa kemampuan AI.

Tidak sedikit tenaga profesional yang berinisiatif meningkatkan keterampilan mereka sendiri. Terdapat peningkatan sebesar 142x dalam keanggotaan LinkedIn yang menambahkan keterampilan AI seperti Copilot dan ChatGPT ke profil mereka, dan peningkatan 160% dalam tenaga profesional non-teknis yang menggunakan kursus LinkedIn Learning untuk membangun kecakapan AI mereka.
Penyebutan AI dalam unggahan peluang kerja di LinkedIn mendorong peningkatan lamaran kerja sebanyak 17%.

Melihat fenomena ini, dampak AI sudah tidak dapat dipungkiri perusahaan yang memberdayakan karyawan dengan alat dan pelatihan AI akan menarik talenta terbaik, sementara profesional yang meningkatkan keterampilan mereka akan lebih unggul dibanding mereka yang masih belum melakukannya.

  1. Munculnya Fenomena AI Power Users, dan Ungkapan Masa Depan Dunia Kerja. Munculnya fenomena AI Power Users — dan apa yang mereka ungkapkan tentang masa depan dunia kerja.

Penelitian ini memetakan empat tipe pengguna AI — dari pengguna skeptis yang jarang menggunakan AI, pengguna novice dan explorer yang sedikit lebih familiar dengan dan sering menggunakan AI, hingga power user yang menggunakannya secara ekstensif.

AI sudah menjadi bagian integral dari rutinitas kerja power users: 93% power users di Indonesia menggunakannya untuk memulai hari kerja mereka dan 94% menggunakannya untuk mempersiapkan esok hari (lebih tinggi dibandingkan global yang masing-masing di angka 85% dan Asia Pasifik di 88%).

Sebanyak 73% power users di Indonesia juga cenderung lebih tertarik untuk bereksperimen dengan AI, lebih tinggi dibandingkan global (68%) dan Asia Pasifik (51%).

Dalam menghadapi perkembangan AI, Dharma Simorangkir mengatakan kuncinya sekarang ada pada bagaimana kita mampu menyalurkan antusiasme tersebut menjadi transformasi AI bisnis yang nyata, dengan melakukan tiga hal.

“Pertama, identifikasi masalah bisnis dan integrasikan AI ke dalam solusinya. Kedua, ambil pendekatan top-down dan bottom-up. Ketiga, prioritaskan pelatihan keterampilan AI bagi setiap individu,” tandasnya. ■

Comments are closed.