Lanskap baru mobile banking 2025, pergeseran dari aplikasi menjadi infrastruktur cerdas

- 15 April 2025 - 16:26

Transformasi mobile banking semakin dalam dan sistemik. Tahun 2025 menandai pergeseran besar dari sekadar aplikasi keuangan menjadi infrastruktur cerdas yang tertanam dalam kehidupan digital masyarakat. Teknologi modular, AI, biometrik, hingga pendekatan embedded finance menjadikan layanan perbankan makin personal, aman, dan tak terpisahkan dari platform digital lain seperti e-commerce, transportasi daring, hingga aplikasi penggajian.


Fokus utama:

  1. Perbankan seluler berubah dari aplikasi menjadi infrastruktur digital modular dan fleksibel
  2. Artificial Intelligence mengubah peran chatbot menjadi asisten keuangan pribadi canggih
  3. Embedded finance dan super-app memperluas layanan bank di luar platform tradisional

Perbankan digital tak lagi sekadar soal kemudahan mengakses rekening melalui layar ponsel. Memasuki 2025, transformasi mobile banking menembus jauh lebih dalam—menjadi tulang punggung keuangan digital yang fleksibel, tertanam di banyak aplikasi, dan semakin digerakkan oleh kecerdasan buatan (AI).

Moderndiplomacy.eu mengungkapkan ada beberapa tren besar yang muncul tahun ini tak hanya menunjukkan arah inovasi, tetapi juga menggarisbawahi bagaimana konsumen, teknologi, dan regulasi saling membentuk ulang lanskap layanan keuangan global. Beberapa tren besar itu adalah:

  1. Embedded finance jadi standar baru

Konsep embedded finance—di mana layanan keuangan hadir langsung dalam aplikasi non-keuangan seperti e-commerce, transportasi online, hingga sistem penggajian—bukan lagi diferensiasi, melainkan ekspektasi konsumen. McKinsey memperkirakan embedded finance akan menghasilkan pendapatan global sebesar US$230 miliar pada 2025. Pengguna kini ingin bisa membayar, mengajukan pinjaman, hingga mengecek saldo tanpa harus membuka aplikasi bank. Pergeseran ini memaksa institusi keuangan beralih dari model aplikasi monolitik ke arsitektur modular berbasis API yang memungkinkan integrasi dengan platform pihak ketiga secara mulus.

  1. AI bertransformasi menjadi asisten finansial pribadi

Kehadiran chatbot di perbankan kini telah berevolusi menjadi agen AI yang lebih pintar dan responsif. Dengan dukungan model bahasa besar (Large Language Models/LLMs), teknologi ini mampu memberikan rekomendasi pengelolaan keuangan, mendeteksi transaksi mencurigakan secara real-time, hingga menyarankan strategi tabungan berbasis data pasar.

“Pengguna akan lebih sering kembali ke aplikasi bukan karena harus, tapi karena mendapatkan nilai tambah dari asisten AI yang relevan,” tulis laporan SDK.finance. Menurut Accenture, institusi yang memanfaatkan AI secara strategis dapat meningkatkan efisiensi operasional hingga 40%, sembari menghadirkan layanan yang lebih personal.

  1. Modularisasi sistem: Lebih cepat, lebih fleksibel

Bank-bank besar dan fintech kini ramai-ramai meninggalkan sistem lama yang kaku. Mereka berinvestasi pada platform mobile banking modular, yang memisahkan fungsi onboarding, KYC, dompet digital, pembayaran, dan analitik menjadi komponen yang berdiri sendiri. Keunggulannya jelas: iterasi produk lebih cepat dan pembaruan regulasi bisa dilakukan secara selektif pada modul terkait. Model white-label seperti yang ditawarkan SDK.finance memungkinkan peluncuran platform dengan identitas merek sendiri tanpa harus membangun dari nol. Tren ini memikat baik bank digital baru maupun bank konvensional yang ingin melakukan modernisasi tanpa kehilangan kendali penuh atas pengalaman pengguna.

  1. Keamanan tanpa sandi: Biometrik dan perilaku jadi standar

Keamanan menjadi isu krusial. Tahun 2025, autentikasi berbasis biometrik seperti sidik jari dan pengenalan wajah telah menjadi fitur default. Namun yang lebih canggih, teknologi behavioral biometrics—seperti pola ketikan, tekanan layar, hingga gaya geser—juga mulai diterapkan. Pendekatan ini penting di tengah meningkatnya kekhawatiran atas kejahatan siber, termasuk penyalahgunaan deepfake dan pencurian identitas sintetis. Regulasi baru seperti PSD3 di Eropa turut mendorong penerapan keamanan berlapis ini.

  1. Super app menyatukan, tapi niche banking justru tumbuh

Sementara super app seperti Revolut, Nubank, atau Paytm mengonsolidasikan berbagai layanan dalam satu atap, fenomena lain turut berkembang: aplikasi perbankan khusus yang menyasar segmen tertentu seperti freelancer, pengguna kripto, atau generasi Z. Intinya tetap sama: fleksibilitas. Baik melalui aplikasi serba ada maupun platform spesifik, institusi perlu sistem yang memungkinkan eksperimen cepat dan penskalaan dinamis.

Mobile banking tahun ini tak lagi berpusat pada aplikasi, melainkan menjadi infrastruktur. Bank dan fintech yang ingin bertahan dalam persaingan wajib membangun ulang fondasi teknologinya, berpindah ke sistem modular yang terbuka terhadap integrasi dan adaptif terhadap inovasi.

Solusi white-label dan platform modular seperti SDK.finance kini menjadi pilihan utama karena menawarkan kendali penuh, kecepatan peluncuran, serta kemampuan personalisasi yang tinggi. Boston Consulting Group mengungkapkan institusi yang menerapkan digital core architecture dapat memangkas biaya pengembangan produk hingga 60% dan mempercepat time-to-market lebih dari dua kali lipat.■

Comments are closed.