Alibaba suntikkan US$53 miliar untuk pengembangan cloud dan AI

- 26 Februari 2025 - 08:27

Alibaba Group mengumumkan investasi besar senilai US$53 miliar (sekitar Rp826 triliun) dalam tiga tahun ke depan untuk memperkuat infrastruktur cloud computing dan kecerdasan buatan (AI). Langkah ini tidak hanya menunjukkan ambisi Alibaba dalam industri teknologi, tetapi juga memperlihatkan strategi China untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi Barat dan bersaing dengan raksasa seperti Google, Microsoft, dan OpenAI. Dengan investasi ini, Alibaba akan membangun pusat data canggih, mengembangkan chip AI Hanguang 900, dan mempercepat inovasi AI guna mendominasi pasar teknologi global.


Fokus utama:

  1. Investasi terbesar Alibaba dalam sejarah. Dana sebesar US$53 miliar akan dialokasikan untuk infrastruktur cloud dan AI, lebih besar dibandingkan total belanja mereka di sektor ini dalam satu dekade terakhir.
  2. Strategi China menghadapi dominasi Barat. Dengan semakin ketatnya pembatasan ekspor chip dan teknologi dari AS, Alibaba berupaya menciptakan ekosistem teknologi mandiri.
  3. Dampak global terhadap industri AI. Langkah ini akan mempercepat inovasi AI, menciptakan kompetisi ketat dengan perusahaan teknologi Barat, dan mendorong pertumbuhan AI di Asia dan negara berkembang.

Alibaba Group, raksasa teknologi asal China, resmi mengumumkan investasi US$53 miliar untuk pengembangan infrastruktur cloud computing dan kecerdasan buatan (AI) selama tiga tahun ke depan. Langkah ini bukan sekadar ekspansi bisnis, tetapi juga strategi besar Alibaba dalam menghadapi persaingan global, terutama dari Google, Microsoft, OpenAI, dan Amazon.

Dalam pernyataannya, CEO Alibaba Group, Eddie Wu, menegaskan bahwa perusahaan berkomitmen penuh untuk mempercepat pengembangan AI dan cloud guna mendorong transformasi industri.

“Alibaba akan melakukan segala upaya untuk mempercepat pembangunan infrastruktur perangkat keras cloud dan AI guna mendorong perkembangan seluruh industri,” ujar Wu dalam sebuah pernyataan resmi.

Dengan investasi ini, Alibaba berharap dapat mengokohkan posisi sebagai pemain utama dalam revolusi AI global dan menjadikan China sebagai pusat inovasi teknologi terkemuka.

Keputusan Alibaba untuk menggelontorkan investasi sebesar ini bukan tanpa alasan. Ada beberapa faktor utama yang mendorong strategi agresif ini:

  1. Lonjakan permintaan AI dan cloud computing
    Layanan cloud Alibaba mengalami peningkatan pendapatan 13% secara tahunan, didorong oleh kebutuhan perusahaan-perusahaan besar akan solusi berbasis AI dan machine learning. Perusahaan di berbagai sektor kini semakin bergantung pada AI untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas mereka.
  2. Persaingan ketat dengan raksasa teknologi global
    Di tengah dominasi Microsoft Azure, Google Cloud, dan Amazon Web Services (AWS), Alibaba harus berinovasi agar tidak tertinggal. Investasi besar ini bertujuan untuk mengejar ketertinggalan sekaligus memperluas pangsa pasar di luar China.
  3. Tekanan geopolitik dan ketergantungan pada teknologi Barat. Pemerintah AS semakin ketat dalam membatasi ekspor teknologi canggih ke China, termasuk chip AI kelas atas seperti yang dikembangkan oleh NVIDIA. Dengan demikian, Alibaba harus membangun ekosistem teknologi yang lebih mandiri, termasuk mengembangkan chip AI Hanguang 900 untuk mempercepat pemrosesan data dalam model kecerdasan buatan.

Sebagai bagian dari investasi besar ini, Alibaba akan membangun pusat data generasi terbaru yang lebih canggih dan hemat energi. Pusat data ini akan digunakan untuk mempercepat pemrosesan AI skala besar dan mengembangkan komputasi awan berbasis AI.

Selain itu, Alibaba juga fokus mengembangkan chip Hanguang 900, yang didesain khusus untuk mempercepat pemrosesan data dalam deep learning dan machine learning. Chip ini menjadi kunci bagi Alibaba dalam menghadapi persaingan dengan teknologi serupa yang dikembangkan oleh Google (TPU), NVIDIA (A100), dan AMD (MI300).

Selain itu, Alibaba juga akan berinvestasi dalam teknologi green AI computing, yaitu sistem komputasi yang lebih efisien dalam penggunaan energi untuk mengurangi dampak lingkungan dari operasional pusat data yang besar.

Alibaba bukan satu-satunya pemain dalam ambisi China untuk menguasai AI. Negara ini juga telah mengembangkan model AI DeepSeek, yang disebut-sebut mampu menyaingi ChatGPT (OpenAI) dan Gemini (Google) dalam hal efisiensi dan skalabilitas.

Langkah ini semakin memperkuat dominasi China di bidang AI, terutama setelah pemerintahnya menargetkan investasi besar untuk menjadikan negara tersebut sebagai pemimpin global dalam AI pada 2030.

Di sisi lain, negara-negara lain juga tidak tinggal diam. Prancis, misalnya, telah mengalokasikan US$112,5 miliar untuk pengembangan AI, sementara SoftBank dari Jepang berencana menggelontorkan US$100 miliar dalam proyek chip AI di AS. Ini menunjukkan bahwa persaingan dalam AI akan semakin ketat dalam beberapa tahun mendatang.

Investasi Alibaba di bidang AI dan cloud computing tidak hanya berdampak bagi China, tetapi juga bagi pasar global. Beberapa prediksi dampak jangka panjang dari langkah ini antara lain:

  1. Harga layanan cloud dan AI menjadi lebih kompetitif. Dengan semakin banyaknya pemain di industri ini, harga layanan cloud computing dan AI kemungkinan akan turun, menguntungkan perusahaan yang ingin beralih ke sistem berbasis AI.
  2. Pergeseran dominasi teknologi. Amerika Serikat dan Eropa kini harus menghadapi persaingan ketat dari China, yang semakin agresif dalam mengembangkan ekosistem AI yang lebih mandiri.
  3. Peluang besar bagi startup AI dan pengembang aplikasi. Alibaba berencana menyediakan lebih banyak infrastruktur bagi pengembang teknologi AI, yang bisa membuka peluang besar bagi startup dan inovator di berbagai negara, khususnya di Asia.

Alibaba Group tengah melakukan langkah strategis dengan investasi US$53 miliar untuk memperkuat AI dan cloud computing, sebuah langkah berani yang bisa mengubah peta persaingan global di sektor teknologi. Dengan investasi ini, Alibaba tidak hanya mengukuhkan posisinya di industri, tetapi juga turut membantu China mengurangi ketergantungan terhadap teknologi Barat.

Dalam beberapa tahun ke depan, dunia akan melihat bagaimana investasi besar ini akan berdampak terhadap industri AI global, sekaligus apakah Alibaba mampu menyaingi dominasi Google, Microsoft, dan OpenAI dalam perlombaan AI. ■

Comments are closed.