
Korea Selatan akan menjadi rumah bagi pusat data kecerdasan buatan (AI) terbesar di dunia, dengan investasi yang diperkirakan mencapai US$35 miliar. Proyek ini akan berlokasi di Provinsi Jeolla Selatan dan memiliki kapasitas daya hingga 3 gigawatt, tiga kali lipat lebih besar dari proyek Stargate di Amerika Serikat. Pembangunan akan dimulai tahun ini dan ditargetkan selesai pada 2028.
Poin utama:
- Proyek ini diperkirakan bernilai awal US$10 miliar dan dapat berkembang hingga US$35 miliar, menjadikannya pusat data AI terbesar berdasarkan kapasitas daya.
- Inisiatif ini dipimpin oleh Brian Koo, cucu pendiri LG, melalui perusahaannya, Stock Farm Road, yang telah menandatangani nota kesepahaman dengan pemerintah Provinsi Jeolla Selatan.
- Dengan kapasitas daya hingga 3 gigawatt, pusat data ini akan menjadi tulang punggung ekosistem AI global, berpotensi mengungguli proyek-proyek serupa di AS dan Eropa.
Pemerintah Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, mengonfirmasi rencana pembangunan pusat data kecerdasan buatan (AI) terbesar di dunia. Proyek ambisius ini pertama kali diberitakan oleh The Wall Street Journal dan diperkirakan akan melibatkan investasi hingga US$35 miliar, dengan kapasitas daya mencapai 3 gigawatt.
Seorang pejabat provinsi menyebutkan bahwa pengumuman resmi terkait proyek ini akan dilakukan pekan depan. Sementara itu, Stock Farm Road, perusahaan modal ventura yang dipimpin oleh Brian Koo—cucu pendiri LG—telah menandatangani nota kesepahaman dengan pemerintah setempat untuk memulai konstruksi tahun ini. Proyek ini ditargetkan selesai pada 2028 dan diperkirakan akan menghasilkan pendapatan tahunan sebesar US$3,5 miliar.
“Awalnya, proyek ini diperkirakan bernilai lebih dari US$10 miliar, dengan potensi ekspansi hingga US$35 miliar,” ujar perwakilan Stock Farm Road dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Korea JoongAng Daily.
Proyek ini jauh melampaui inisiatif serupa di negara lain. Dengan kapasitas 3 gigawatt, pusat data ini tiga kali lebih besar dari proyek Stargate di Amerika Serikat, yang diumumkan oleh mantan Presiden Donald Trump dan didukung oleh OpenAI, SoftBank, serta Oracle. Skalanya yang masif menegaskan ambisi Korea Selatan dalam membangun ekosistem AI yang kompetitif di tingkat global.
Selain meningkatkan daya saing industri AI Korea, proyek ini juga diharapkan menarik minat perusahaan teknologi global untuk berinvestasi di negara tersebut. Pemerintah Korea Selatan sendiri telah menargetkan desentralisasi pusat data dari Seoul ke wilayah lain guna mengurangi ketergantungan pada ibu kota dan mempercepat pemerataan infrastruktur digital.
Brian Koo bukanlah nama baru dalam dunia investasi teknologi. Meskipun berasal dari keluarga konglomerat LG, ia lebih memilih jalur sendiri di sektor investasi. Sebelumnya, ia mendirikan Formation 8 bersama Joe Lonsdale dan Jim Kim, yang sukses menginvestasikan dana awal di Oculus—produsen perangkat realitas virtual yang kini dimiliki Meta.
Namun, perjalanan Koo tidak selalu mulus. Maum Capital Group, firma investasi yang ia dirikan, sempat gagal merealisasikan investasi 140 miliar won (sekitar US$97,3 juta) dalam distributor film Korea, Showbox. Selain itu, Fir Hills, perusahaan investasi Silicon Valley miliknya, mengalami masalah keuangan hingga menyebabkan pembatalan turnamen LPGA Fir Hills Seri Pak Championship bulan lalu.
Meskipun memiliki rekam jejak yang bervariasi, langkah Koo dalam proyek pusat data AI ini menjadi salah satu taruhannya yang paling ambisius. Jika sukses, proyek ini tidak hanya akan mengubah lanskap industri AI di Korea, tetapi juga memperkuat posisinya di peta teknologi global. ■