Ekonomi digital Indonesia terus melesat, menyumbang 35% dari total ekonomi internet ASEAN. Namun, di balik angka tersebut, terdapat tantangan besar yang harus dihadapi, mulai dari kesenjangan dengan negara tetangga hingga ancaman keamanan siber.
Dalam acara Wholesale Digital Workshop 2024, BNI mengungkapkan strategi keamanan berlapisnya untuk mendukung ekosistem digital yang aman, seiring proyeksi nilai ekonomi digital Indonesia yang akan mencapai US$360 miliar pada 2030.
Indonesia kini menjadi pemain utama dalam ekonomi digital ASEAN, dengan pangsa 35% dari total ekonomi internet kawasan, berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain Company tahun 2024. Namun, kontribusi ekonomi digital terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih tertinggal di angka 12%, dibandingkan Singapura (37%) dan Malaysia (25%). Disparitas ini menyoroti perlunya percepatan dalam penguatan infrastruktur, literasi digital, dan keamanan siber.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) hadir sebagai salah satu penggerak utama dalam mengatasi tantangan ini. “Keamanan data dan transaksi digital adalah prioritas utama kami,” ungkap Victor Korompis, SEVP Technology and Operations BNI, dalam Wholesale Digital Workshop 2024 bertajuk “Digital Ekonomi di Indonesia: Tren, Regulasi, dan Tantangan Keamanan Siber,” yang digelar di Jakarta, pekan ini.
Acara ini menghadirkan para pakar, termasuk Bayu Anggara Silvatika, Analis Kebijakan dari Kemenko Perekonomian, dan Nerijus Zemgulys, Managing Director Boston Consulting Group. Diskusi menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan ekosistem digital yang inklusif dan aman menjelang implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025-2030.
Komitmen Strategis BNI
BNI memperkenalkan platform BNIdirect sebagai solusi digital terpadu untuk mendukung pertumbuhan bisnis. “Platform ini dirancang untuk membantu pelaku usaha Indonesia beradaptasi dan berkembang di pasar digital yang semakin dinamis,” ujar Toto Prasetio, Direktur Teknologi dan Operasi BNI.
Dengan 75% masyarakat Indonesia kini memanfaatkan teknologi digital untuk kebutuhan finansial, keamanan siber menjadi elemen kunci. BNI mengimplementasikan teknologi berlapis guna memastikan kenyamanan dan keamanan nasabah dalam setiap transaksi.
Meskipun pertumbuhan ekonomi digital Indonesia signifikan, data Bank Dunia 2022 menunjukkan kesenjangan yang nyata dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Faktor literasi digital dan infrastruktur menjadi tantangan utama. “Tanpa pemahaman yang memadai dari konsumen dan pelaku usaha, teknologi digital tidak akan memberikan dampak maksimal bagi pertumbuhan ekonomi,” kata Bayu Anggara Silvatika.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah menyusun digital economy framework yang mencakup lima pilar: infrastruktur, sumber daya manusia, iklim bisnis dan keamanan siber, riset dan inovasi, serta pendanaan dan investasi. “Peningkatan infrastruktur dan literasi digital menjadi prioritas utama kami,” tegas Bayu.
Teknologi Sebagai Kunci Transformasi
Nerijus Zemgulys dari Boston Consulting Group menambahkan, transformasi digital harus menjadi prioritas perusahaan untuk tetap kompetitif. “Adopsi teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), dan Augmented Reality (AR) akan menjadi pendorong utama pertumbuhan perusahaan,” katanya.
Menurutnya, sektor perbankan memainkan peran vital dalam membantu UMKM melakukan digitalisasi layanan, sehingga pelaku usaha dapat lebih efisien dan konsumen dapat mengakses kebutuhan mereka dengan lebih mudah. ■