Dalam era revolusi teknologi, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mengambil langkah inovatif dengan mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) ke dalam operasionalnya. Namun, yang membuat langkah ini unik adalah pendekatan BRI yang menegaskan bahwa teknologi bukanlah pengganti manusia, melainkan alat untuk memberdayakan produktivitas manusia.
Dengan strategi ini, BRI berupaya menyeimbangkan transformasi digital dengan nilai-nilai humanis, memberikan layanan yang lebih baik kepada nasabah sekaligus memperkuat peran pekerjanya.
“AI memberikan boost pada produktivitas tanpa menggantikan peran kita,” ujar Arga M. Nugraha, Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI, Selasa (10/12).
Penerapan AI di BRI tak hanya fokus pada efisiensi kerja, tetapi juga transformasi proses bisnis. Salah satu implementasi signifikan adalah penggunaan AI untuk credit scoring, sebuah metode analisis yang membantu bank menilai kelayakan kredit nasabah secara lebih akurat. Dengan teknologi ini, BRI dapat menyaring data nasabah secara lebih efisien dan meningkatkan kecepatan pengambilan keputusan.
Namun, Arga menekankan bahwa kesuksesan adopsi AI bergantung pada dua faktor utama: kompleksitas pekerjaan dan kapabilitas individu. “Semakin kompleks pekerjaan, semakin besar dampaknya terhadap produktivitas. Tetapi itu juga bergantung pada seberapa dalam pengalaman individu tersebut,” jelasnya.
Teknologi Anti-Fraud dan Analisis Risiko
BRI juga memanfaatkan AI untuk memperkuat sistem anti-fraud dan analisis risiko berbasis big data. Teknologi ini dirancang untuk mendeteksi pola-pola penipuan secara real-time dengan memanfaatkan data terstruktur maupun tidak terstruktur. Hasilnya, sistem ini tidak hanya membantu BRI mengurangi risiko operasional tetapi juga menciptakan produk dan layanan yang lebih aman bagi nasabah.
Arga menambahkan, “AI memberikan benefit yang luar biasa, tetapi kita harus tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian dan governance. Teknologi ini harus digunakan untuk menghasilkan value, bukan sekadar inovasi tanpa arah.”
AI telah diintegrasikan ke dalam berbagai aspek operasional BRI, mulai dari back office hingga front office. Dengan pendekatan ini, BRI berhasil meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan efektivitas kerja di seluruh lini. Layanan berbasis AI juga mempermudah interaksi dengan nasabah, memungkinkan personalisasi layanan yang lebih baik.
Langkah BRI ini mencerminkan tren global dalam industri perbankan, di mana teknologi AI menjadi katalis transformasi besar-besaran. Menurut laporan McKinsey, bank yang sukses mengadopsi AI bisa meningkatkan efisiensi operasional hingga 30% dan mempercepat pengambilan keputusan strategis.
Dengan komitmen yang kuat terhadap keseimbangan antara teknologi dan humanisasi layanan, BRI menunjukkan bagaimana transformasi digital dapat dilakukan tanpa mengorbankan nilai-nilai inti perusahaan. ■