Investasi teknologi tak murah, OJK minta bank bikin perencanaan yang tepat

- 21 Agustus 2024 - 09:18

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta perbankan untuk membuat perencanaan secara tepat, termasuk harus bisa dan mampu menyisihkan keuntungan dari bisnis mereka untuk diinvestaaikan pada peningkatan teknologi informasi (TI) dari waktu ke waktu.

Kepala Eksekutif Pengawas OJK Dian Ediana Rae bilang, investasi di bidang teknologi informasi (TI), khususnya teknologi digital, bukanlah murah.

“Maknya bank mesti betul-betul bisa melakukan perencanaan secara tepat. Begitulah semestinya bank melangkah. Karena kalau langkah tersebut tidak dilakukan maka persaingan di sektor perbankan menjadi tidak sempurna,” katanya pekan ini.

Dia memberi ilustrasi, satu bank yang punya teknologi tinggi akan menguasai segmen pasar tertentu, sedangkan bank lain dengan teknologi ala kadarnya akan terpuruk begitu saja.

Maka dari itu, kata dia, OJK berupaya untuk mendorong setiap bank berbondong-bondong meningkatkan perhatiannya untuk aspek teknologi digital.

“Kalau tidak, tentu persaingan menjadi tidak sempurna. Karena satu bank misalnya dengan teknologi tinggi, sementara bank lain dengan teknologi yang ala kadarnya itu sudah tahu akibatnya seperti apa. Oleh karena itu, memang perhatian kita terhadap teknologi ini khususnya semua perbankan itu memang harus terus ditingkatkan,” katanya.

Dian juga tak memungkiri bahwa persaingan pengembangan TI di sektor perbankan akan selalu ada. Meski begitu, dia mengingatkan bahwa setiap bank pada dasarnya memiliki pasarnya masing-masing sehingga persaingan dari sisi TI di industri tersebut tidak perlu dikhawatirkan.

“Indonesia itu kan negaranya luas, jumlah penduduknya banyak mungkin sekarang sudah lebih dari 280 juta orang, sehingga pangsa pasar itu masih demikian luas. Persaingan itu tidak terlalu tight, tidak terlalu menakutkan juga. Jadi dalam pengertian bahwa bisnis ini masih berjalan normal,” katanya.

Di sisi lain, Dian juga menyorot transformasi digital di sektor perbankan membutuhkan sumber daya manusia (SDM) terampil dalam jumlah banyak. Sehingga transformasi yang dimaksud tidak serta-merta mengurangi jumlah tenaga kerja.

“Kalau kita menggunakan teknologi, ternyata tidak seperti itu logikanya (transformasi digital mengurangi jumlah tenaga kerja). Contohnya, suatu bank yang mengembangkan super apps, tenaga kerja yang diperlukan itu mungkin hampir 300-400 saja untuk menangani masalah itu,” tandasnya.

Dia menambahkan, penggunaan teknologi juga tentunya dapat meningkatkan efisiensi operasional perbankan sehingga bisnis semakin bertumbuh. Berdasarkan survei McKinsey & Company pada 2023, pemanfaatan generative artificial intelligent (AI) pada industri perbankan diproyeksikan memberi kenaikan pendapatan sekitar 2,8% hingga 4,7%. ■

Comments are closed.