SWISS NATIONAL BANK atau Bank Nasional Swiss tengah mengkaji cara terbaik agar aset keuangan dapat diberi token secara digital sebagai cara untuk membuat pembayaran lebih aman dan efisien, ujar Thomas Jordan, chairman bank sentral itu seperti dikutip Reuters, Senin (7/5).
Menurut dia, bank sentral perlu memutuskan cara terbaik untuk terlibat dalam pembangunan yang menurut para pendukungnya akan mempercepat dan membuat pembayaran lebih murah.
Tokenisasi berarti representasi digital dari klaim atas aset keuangan pada platform yang dapat diprogram dan biasanya bergantung pada teknologi buku besar terdistribusi (blockchain).
“Bank sentral dapat mengambil sikap wait and see dan hanya bertindak jika tokenisasi diadopsi dalam skala besar,” katanya.
Alternatif lain, mereka dapat bergerak maju secara independen dari adopsi pasar. Atau mereka dapat melanjutkan secara bertahap untuk mengidentifikasi solusi optimal untuk menyelesaikan transaksi aset yang diberi token bersama dengan pelaku pasar melalui eksperimen. “Kami lebih memilih opsi ketiga sambil mempertimbangkan risiko dan manfaatnya.”
Lebih lanjut Jordan mengatakan, salah satu proyek, yang disebut Helvetia III, memungkinkan uang bank sentral yang diberi token digunakan untuk menyelesaikan transaksi dan telah digunakan dalam empat penerbitan obligasi oleh pemerintah daerah Swiss.
“Melalui uji coba Helvetia III, kami berkontribusi terhadap eksplorasi sektor swasta tentang bagaimana tokenisasi dapat meningkatkan sistem keuangan saat ini,” kata Jordan.
Lebih lanjut dia mengatakan, penerbitan CBDC (central bank digital currency/mata uang digital bank sentral) grosir pertama di dunia pada platform pihak ketiga yang teregulasi menggarisbawahi komitmen kami untuk memfasilitasi kemajuan teknis sambil bertindak secara hati-hati dan bertanggung jawab,” tandas Jordan.
CBDC adalah uang digital yang diterbitkan dan dikontrol peredarannya oleh bank sentral, dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah. Dalam pelaksanaannya, CBDC ini mengadopsi teknologi dasar dari cryptocurrency, yaitu Distributed Ledger Technology atau blockchain technology.
CBDC memungkinkan pengguna akhir mendapatkan manfaat dari infrastruktur perbankan yang disederhanakan dan memastikan bank sentral mempertahankan peran dalam penyelesaian antar bank di tengah adopsi teknologi stablecoin yang lebih luas.
Bank Indonesia (BI) sebelumnya mengumumkan akan mulai meluncurkan pengembangan Central Bank Digital Currency (CBDC) atau proyek Garuda Digital alias rupiah digital, pada Juli 2023. Namun, seperti diakui Direktur Deputi Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran (DKSP) Elyana K. Widyasari, terkait rupiah digital, saat ini BI tengah mengembangkan Project Garuda dan dalam pembahasan bersama stakeholders.
“Tetapi masih berupa kajian masih di tataran belum sampai ke implementasi,” ujarnya akhir April lalu.
Untuk menerapkan rupiah digital ini Bank Indonesia sangat berhati-hati dengan mencontoh negara-negara lain yang juga mengembangkan digital currency, seperti China dan Eropa. ■