digitalbank.id – KETIKA bank-bank BUMN terlibat euforia menciptakan bank digital, BRI dengan Bank Raya [sebelumnya bernama BRI Agro], lalu Bank Mandiri yang membuka wacana spin-off Livin’ by Mandiri untuk disulap jadi bank digital, lantas BNI yang mengakuisisi Bank Mayora untuk dijadikan bank digital khusus UMKM, Bank BTN sebagai bank ‘plat merah’ yang fokus pada pembiayaan perumahan sejak zaman baheula, tampak tenang-tenang saja.
Lantas, awal 2022 lalu, ketika dunia dibuat hype dengan metaverse–sebuah teknologi masa depan yang sangat advance yang menawarkan pengalaman imersif pada penggunanya dan diglorifikasikan Mark Zuckerberg dengan mengubah Facebook-nya menjadi Meta—Bank Mandiri, BNI dan BRI pun seperti terlibat dalam perlombaan adu cepat untuk bisa masuk ke metaverse. Tapi, sekali lagi, Bank BTN juga terlihat adem ayem saja. Seperti tak terjadi apa-apa.
Banyak orang bertanya-tanya, apakah bank yang embrionya sudah ada sejak tahun 1897 dengan nama Postspaarbank di masa penjajahan Belanda ini tidak adaptif atau bahkan ‘alergi’ terhadap perkembangan dan kemajuan teknologi digital atau teknologi yang advance seperti metaverse?
Jawabannya tentu tidak. Meski dalam istilah kekinian, BTN tergolong bank yang ‘old school‘ karena usianya yang memang tak lagi muda, digitalisasi di BTN sebagai konsekuensi logis dari kemajuan dan perkembangan teknologi, sebenarnya sudah dilakoni bank ini jauh-jauh hari. Bahkan jauh sebelum bank-bank digital muncul di Indonesia.
Dalam hal man power misalnya, pada 2018, BTN berbenah mengelola pegawai atau sumber daya manusia (SDM) sebagai aset penting bagi perusahaan. Adapun inovasi yang dilakukan mulai dari proses perekrutan pegawai hingga pengembangan karier untuk menjadi pemimpin, BTN membuat platform digital yang memudahkan dan mempercepat proses rekrutmen pegawai. Digitalisasi pengelolaan SDM ini sangat efisien, dimana BTN dapat menghemat ratusan miliar rupiah. BTN juga mengubah pola pikir karyawan dari bank oriented menjadi customer driven.
Setidaknya 4-5 tahun terakhir, BTN telah memulai transformasi digital, bahkan menetapkan peta jalan (road map), yakni memiliki ekosistem mortgage berbasis digital pada 2025. Visi BTN pun tak tanggung-tanggung, menjadi the best mortgage bank di Asia Tenggara!
Data mengungkapkan transformasi digital di BTN ditopang tiga pilar. Pertama, digitalisasi di semua lini organisasi, terutama pada proses bisnis. Upaya ini berdampak signifikan. Proses pengajuan dan persetujuan kredit menjadi lebih singkat, di sisi lain kanal pemasaran kredit juga menjadi lebih efisien.
Kedua, meningkatkan kualitas aset digital, baik dari sisi produk, layanan maupun aplikasi. BTN telah memperkenalkan desain baru aplikasi BTN Properti. Tampilan antarmuka atau dan user experience (UI/UX) menjadi lebih minimalis, segar, simple, user friendly, dan mudah digunakan.
Kètiga, membangun ekosistem perumahan serta memperluas kolaborasi untuk memperkuat dan memperbesar ekosistem.
Terlihat jelas tahapan transformasi digital di BTN memang dirancang dengan sangat apik. Setelah transformasi internal, dilanjutkan dengan meningkatkan kualitas aset digital, maka langkah selanjutnya yang cukup penting adalah menggalang sinergi dengan para pelaku bisnis properti dalam satu ekosistem perumahan.
Mengacu pada survei McKinsey (2021) yang mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 telah membentuk pola kebiasaan baru masyarakat, dimana masyarakat terbiasa mengoperasikan layanan dalam genggaman, termasuk layanan perbankan, digitalisasi perbankan menjadi satu kemutlakan. Bank yang tidak atau lemot dalam bertransformasi menjadi digital, dipastikan akan tertinggal bahkan ditinggalkan masyarakat. Namun, bagi BTN, era digitalisasi bukan berarti harus membentuk bank digital seperti yang dilakukan banyak bank, termasuk bank-bank BUMN.
Wakil Direktur Utama Bank BTN Nixon L.P. Napitupulu mengatakan BTN belum atau tepatnya tidak memikirkan opsi untuk memiliki bank digital. Tapi yang jelas, kata dia, BTN terus berupaya ‘mendigitalkan’ diri. Bahkan Nixon yakin benar nantinya tidak akan ada pembeda antara bank digital dan bank bukan digital karena semua akan mengarah ke digital.
Menurut dia, bank yang memiliki layanan mobile banking yang kuat juga bisa disebut digital, begitu pula dengan BTN Properti, situs resmi perseroan untuk melayani KPR dan membeli rumah secara online. “BTN Properti bisa 3D, bisa transaksi dan KPR langsung. Apa itu bukan digital? Itu digital,” kata Nixon.
Alasan lain kenapa BTN tak tertarik melahirkan bank digital, karena sebagai bank spesialis KPR, proses offline masih sangat diperlukan. Masyarakat cenderung memilih melihat calon rumah atau properti yang akan dibeli secara langsung ketimbang hanya melihat gambar atau foto.
BTN, ‘jagonya KPR’
Jujur, terlihat jelas kematangan BTN dalam menyikapi perkembangan teknologi digital. Jadi bukan sekadar latah, asal ikut-ikutan melahirkan bank digital. Lagi pula, segmentasi pasar BTN sebagai mortgage bank memang berbeda dengan bank pada umumnya.
Sejak Desember 1976 hingga Desember 2022 lalu, BTN telah mengucurkan pembiayaan mencapai hampir Rp400 triliun dan mewujudkan rumah impian yang dimanfaatkan lebih dari 5.000.000 keluarga di Indonesia.
Dari keseluruhan pembiayaan yang mencapai hampir Rp400 triliun itu, lebih dari 56% atau sekitar Rp219 triliun mengalir ke segmen KPR subsidi, sementara sisanya mengalir ke segmen KPR non-subsidi. Pencapaian tersebut juga diimbangi dengan kemampuan Bank BTN dalam melakukan penetrasi pasar, dimana per Juni 2022 Bank BTN menguasai 39,4% pangsa pasar KPR di Indonesia.
Tidak berlebihan kalau BTN disebut sebagai ‘jagonya KPR’. BTN bahkan menjadi motor penggerak pemulihan ekonomi dari sektor properti dan mengawal Program Sejuta Rumah yang dicanangkan pemerintahan Presiden Jokowi pada 2015 lalu.
Tak hanya itu, selama 46 tahun bergerak di segmen KPR, Bank BTN juga telah banyak merilis berbagai produk maupun program KPR a.l. KPR Gaesss for Millenial, KPR Hits yang dikembangkan Unit Usaha Syariah BTN. Lalu, ada juga KPR Lelang dan KPR Manfaat Layanan Tambahan kerja sama dengan BP Jamsostek, KPR Tapera (konvensional maupun syariah) yang digarap bersama BP Tapera dan tentu saja KPR Subsidi yang merupakan bagian dari program pembiayaan perumahan dari pemerintah.
“Sektor perumahan adalah sektor yang resilient, tahan banting. Oleh sebab itu pada tahun-tahun mendatang Bank BTN akan berfokus untuk bertransformasi dan tetap relevan dengan perkembangan zaman, serta perubahan perilaku konsumen yang mengalami transisi secara drastis sejak terjadinya pandemi Covid-19,” kata Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo saat HUT KPR, Desember 2022 lalu.
Fokus pada pembiayaan perumahan itulah yang membedakan Bank BTN dengan bank BUMN dan bank umum lainnya. Dan apa yang dikatakan Haru Koesmahargyo sebagai nakhoda andal BTN sebenarnya adalah sinyal bahwa BTN sangat fokus pada proses transformasi digitalnya sebagaimana sudah ditetapkan dalam road map dengan goal menjadi the best mortgage bank di Asia Tenggara dua tahun dari sekarang.
Seperti pernah dikemukakan Haru, untuk menjadi the best mortgage bank di Asia Tenggara ada dua metrik yang perlu diperhatikan, yakni metrik keuangan dan metrik non-keuangan. Metrik keuangan bisa ditilik dari return on equity (ROE), dimana BTN menargetkan ROE 18% pada 2025. Sedangkan untuk metrik non-keuangan, sifatnya lebih pada pemenuhan kebutuhan rumah di Indonesia. Target BTN adalah 800.000 unit rumah dalam 5 tahun. Nah, untuk bisa menjadi the best mortgage bank di Asia Tenggara, BTN berharap bisa mencapai target 1,3 juta unit rumah dalam 5 tahun. Secara rinci, BTN menargetkan penyaluran KPR sebanyak 314.000 unit pada 2023, kemudian jadi 352.000 unit pada 2024 dan 375.000 unit pada 2025.
BTN belum lama ini melakukan rights issue dengan perolehan dana Rp4,13 triliun. Pemerintah sebagai pemilik 60% saham bank ini menyetor modal Rp2,48 triliun. Dari dana rights issue itu, rasanya target BTN menyalurkan KPR untuk 1,3 jita unit rumah selama periode 2021-2025 dapat dipenuhi.
Artinya, dari sisi metrik non-keuangan optimistis akan terpenuhi. Sedangkan dari metrik keuangan, untuk mengejar ROE yang tinggi BTN saat ini fokus menurunkan biaya dana atau cost of fund dengan terus meningkatkan dana murah alias Current Account and Saving Account (CASA) hingga dua kali lipat pada 2025 dari posisi 2020.
BTN menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 12,4% per tahun dari tahun 2021-2025. Tahun 2023 kredit diperkiakan tumbuh 10,13% secara tahunan, tahun 2024 meningkat 13,2% secara tahunan, dan tahun 2025 tumbuh 19,2% secara tahunan. Optimalisasi transformasi digital yang dilakukan BTN, termasuk membangun super app BTN Mobile, diharapkan bisa semakin memuluskan target pertumbuhan kredit Bank BTN.
BTN Mobile, super app tangguh
Untuk lebih meningkatkan pelayanan digitalnya, BTN kini tengah mempersiapkan BTN Mobile menjadi super app dasyat dengan backbone ekosistem perumahan yang kuat. Kemungkinan besar super app ini akan diluncurkan bertepatan dengan HUT BTN ke-73, 9 Februari 2023.
Artinya, meski BTN tidak membangun bank digital, digitalisasi BTN sebagai mortgage bank akan menjadi prioritas utama dengan mengedepankan BTN Mobile sebagai super app yang benar-benar tangguh dan tentu menjawab kebutuhan masyarakat.
Lantas apa urgensinya BTN membangun super app? Sangat urgent! Apalagi, hingga Desember 2022 lalu, backlog perumahan di Indonesia tercatat sebesar 12,71 juta. Dari kacamata bisnis, backlog juga bisa dilihat sebagai potensi pasar. Bayangkan, kebutuhan rumah 12,71 juta rumah tentu jumlah yang sangat besar. Dari kacamata idealisme, ini adalah ‘tugas mulia’ BTN untuk memenuhi kebutuhan papan tersebut.
Jadi sebenarnya, sebagai bank perumahan, BTN punya tugas yang amat mulia, yakni memenuhi kebutuhan rumah masyarakat Indonesia. Tugas yang ringan? Tentu tidak! Ini tugas berat yang nota bene diharapkan bisa dibuat menjadi lebih sederhana dan efisien dengan hadirnya super app BTN Mobile.
Istilah super app pertama kali dikenalkan Mike Lazaridis, founder Blackberry pada 2010. Dia mendefinisikan super app sebagai sebuah ekosistem tertutup dari berbagai macam aplikasi yang akan digunakan orang setiap harinya dan menawarkan pengalaman yang lebih efisien.
Direktur IT & Digital Bank BTN Andi Nirwoto mengklaim bahwa kemunculan super apps BTN Mobile nantinya akan membuat Bank BTN memiliki pelayanan yang lebih baik berkat pemanfaatan teknologi digital.
Tanpa bisa dipungkiri, pengembangan super apps merupakan senjata utama bagi bank-bank tradisional besar untuk memenuhi kebutuhan nasabah di era teknologi digital. Kuncinya, kata Andi Nirwoto, kalau bank mau serius menggarap digitalisasi, tidak cukup dari sisi atau faktor solusi teknologinya saja, tapi harus memiliki kekuatan ekosistem.
Ekosistem yang dibangun BTN selama puluhan tahun di-combine dengan teknologi itulah yang akan menjadi kekuatan super app BTN, sekaligus pembeda dengan bank-bank lainnya.
BTN tak mau main tanggung dalam hal membangun ekosistem perumahan berbasis digital. BTN menggarapnya dari hulu ke hilir. Hal itu terlihat dari gencarnya bank ini menyalurkan kreditnya melalui berbagai kanal, salah satunya adalah kanal digital BTN Properti. Aplikasi ini bisa dimanfaatkan masyarakat baik melalui aplikasi ponsel maupun website untuk memberikan kemudahan dalam mencari hunian idamannya.
Peminat KPR online yang masuk dalam aplikasi BTN Properti semakin meningkat dan jumlah developer yang bergabung dalam BTN Properti pun terus bertambah. Dalam catatan Bank BTN, posisi per Oktober 2022, sebanyak lebih dari 6.000 developer telah bergabung dengan BTN Properti for Developer.
Setelah BTN Properti for Developer hadir pada Februari tahun 2022 ini, developer mulai ramai-ramai bergabung dengan BTN Properti for Developer untuk merasakan fitur-fitur menarik yang semakin memudahkan developer dalam berbisnis. Fitur BTN Properti for Developer memiliki beberapa keunggulan, salah satunya adalah developer dapat mengajukan KPR secara online yang dapat dengan mudah diakses kapanpun dan dimanapun. Selain itu, developer juga dapat melakukan monitoring status pengajuan kredit dengan mudah, apakah masih dalam draft, atau sudah in progress, bahkan sudah approved, booking ataupun reject.
Besarnya antusiasme masyarakat yang mengunjungi BTN Properti membuat banyak developer mendaftarkan proyek perumahannya di kanal digital andalan perseroan tersebut. Hal itu dibuktikan dengan peningkatan akuisisi developer tahun 2022 yang melonjak lebih dari 360% (yoy).
Kemudian untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakat, sejumlah fitur-fitur sedang disiapkan untuk menambah kelengkapan BTN Properti. Salah satunya adalah dengan mengintegrasikan BTN Properti dengan SiKasep, yaitu aplikasi milik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan pengaplikasian e-materai, serta digital signature dalam pengajuan KPR di aplikasi BTN Properti. Bahkan BTN tengah mempersiapkan layanan kredit komersial secara online kepada pengembang.
Fitur BTN Properti akan terus ditingkatkan, di antaranya fitur digital verification yang terintegrasi dengan Dukcapil. Dengan fitur ini bisa melakukan verifikasi secara langsung terhadap para pengunjung dan calon debitur Bank BTN.
Dalam fitur digital verification, lanjut Andi, juga tedapat fitur OCR yang mampu mengenali data text pada fisik E-KTP dan secara otomatis akan mengisikan data tersebut pada system. Dengan adanya digital verification maka BTN Properti dapat meningkatkan experience nasabah serta memberikan kemudahan nasabah dalam pengajuan kredit KPR secara online.
Tidak hanya berhenti di BTN Properti, Bank BTN juga terus melakukan pengembangan pada aplikasi BTN Smart Residence. Aplikasi yang dirilis tahun 2021 silam ini terus ditingkatkan fiturnya guna memanjakan dan memenuhi semua kebutuhan nasabah.
Aplikasi BTN Smart Residence mempermudah hubungan antara penghuni, merchant, tenant dan pengelola dalam proses pembayaran berbagai tagihan a.l. iuran, IPL, parkir, pertukaran informasi sampai dengan keluhan atau pengaduan.
BTN juga tengah mengupayakan integrasi BTN Smart Residence dengan sejumlah fitur misalnya layanan untuk rumah tangga seperti daily cleaning, servis AC, servis mesin cuci dan lain sebagainya yang terkoneksi dengan marketplace serta e-wallet.
Super app BTN yang menggabungkan seluruh aplikasi digital akan menawarkan kemudahan dalam melakukan transaksi ritel. BTN terus melakukan pengembangkan fitur-fitur yang akan memenuhi kebutuhan nasabah dalam mobile banking tersebut. Fitur terbaru yang dirilis di antaranya QRIS, cardless withdrawl serta fitur payment dan purchase lainnya.
BTN sadar benar bahwa persaingan industri perbankan nasional sangat ketat. Bahkan bank harus head to head juga dengan perusahaan fintech atau e-commerce yang melayani payment a.l. pembayaran listrik, telepon, air dan juga pembelian, seperti top-up e-money, listrik prabayar, dll.
Nah, BTN Mobile juga akan dibekali fitur payment and purchase. Hebatnya lagi, BTN Mobile juga akan dilengkapi fitur finansial yang terkait dengan life circle ekosistem di sektor perumahan. BTN Mobile akan menjadi super app yang melayani nasabah mulai dari proses kepemilikan rumah sampai ketika nasabah memiliki rumah tersebut.
Konsep utama BTN Mobile menyediakan segala kebutuhan dari ekosistem perumahan para nasabah BTN secara terintegrasi. Ini yang akan menjadi pembeda BTN Mobile dengan super app lainnya. Kegiatan industri properti memiliki multiplier effect atau efek berganda yang cukup besar terhadap kegiatan industri lainnya. Setidaknya ada 175 jenis industri yang terkait dengan industri properti dan bayangkan kalau itu semua dapat diintegrasikan dalam super app BTN Mobile.
Dengan platform yang benar-benar baru dan dikelola langsung oleh SDM-SDM andal yang dipersiapkan, BTN yakin BTN Mobile nantinya akan mampu menjawab segala kebutuhan masyarakat dan nasabah terkait perumahan.
BTN Mobile bisa diakses kapan saja dan di mana saja yang akan memudahkan nasabah mendapatkan solusi digital terkait kebutuhan ekosistem perumahan. Bank BTN menyasar sekitar 5-7 juta nasabahnya untuk bertransformasi menggunakan BTN Mobile nantinya.
Dengan memaksimalkan BTN Mobile, maka Bank BTN bisa memperoleh optimalisasi transaksi. BTN Mobile ini juga didesain akan mampu mengakusisi nasabah-nasabah baru seiring dengan beragam inovasi produk mortgage yang dibuat.
Singkat kata, sebagai super app, BTN Mobile akan menjadi solusi digital perumahan yang tangguh dan tak bakal bisa disaingi bank-bank lain. Jadi yang diharapkan ke depannya, ketika di era digital ini orang berpikir mengenai rumah atau hunian beserta kebutuhannya dari A sampai Z, BTN Mobile harus bisa tampil sebagai solusi.
Layanan end-to-end
Kabarnya konsep platform BTN Mobile juga merujuk pada Zillow di Amerika Serikat. Zillow adalah rujukan yang tepat. Sebagai situs web real estat yang paling banyak dikunjungi di Amerika Serikat, Zillow dan afiliasinya menawarkan pengalaman penjualan, pembelian, penyewaan, dan pembiayaan perumahan sesuai permintaan kepada pelanggan dengan transparansi dan layanan end-to-end. BTN juga menawarkan hal yang sama, segala macam kebutuhan yang menyangkut perumahan dari hulu hingga hilir.
Di penghujung Januari 2023 lalu, Zillow mengumumkan telah membenamkan artificial intelligence (AI) di mesin pencarinya, sehingga pencarian rumah bisa dilakukan dengan menambahkan semua kebutuhan dan gaya hidup calon pembeli rumah.
Zillow terus berinvestasi dalam inovasi teknologi seperti AI sebagai bagian dari visinya untuk menghadirkan “housing super app“. Perusahaan ini sadar bahwa masa depan real estat akan makin diberdayakan melalui AI dan langkah ini harus diantisipasi BTN yang juga bermain di sektor perumahan dan industri properti (real estate).
Bila teknologi AI nantinya bisa dibenamkan di BTN Mobile dengan digital security yang mumpuni–dan itu tampaknya harus segera dilakoni BTN–super app BTN Mobile dengan kekuatan ekosistem perumahan ini akan menjadi semakin dasyat. Tentu ini bisa dipakai sebagai senjata ampuh Bank BTN dalam memenangkan persaingan di era digitalisasi perbankan.
Berbekal super app BTN Mobile dengan kekuatan ekosistem perumahannya, rasanya tak sulit bagi Bank BTN untuk merealisasikan visinya menjadi the best mortgage bank di Asia Tenggara pada 2025.
Bahkan bukan mustahil pula untuk menjadikan BTN Mobile sebagai ‘housing super app‘ terbaik di Asia Tenggara dengan mengembangkan pasar yang sangat potensial di dalam negeri dan kawasan regional ASEAN. Kenapa tidak? • Deddy H. Pakpahan