digitalbank.id – ANTUSIASME perbankan nasional masuk ke metaverse belakangan ini sangat besar. Dua bank plat merah, BRI dan BNI yang punya aset jumbo, sudah menyatakan keseriusannya memanfaatkan teknologi metaverse untuk layanan perbankan masa depannya. Beberapa bank lain, seperti tak mau ‘ketinggalan zaman’, sudah antre di depan pintu metaverse. Boleh dibilang, ekspektasi perbankan nasional terhadap metaverse amat tinggi.
Perkembangan itu disambut baik oleh Antovany Reza Pahlevi, Chief Investment Officer (CIO) Shinta VR, satu dari sedikit perusahaan metaverse di Indonesia yang telah menggarap 100 proyek virtual reality (VR) di dari 10 negara. Namun, kata dia, bank sebaiknya tidak buru-buru atau tergesa masuk ke metaverse. Apalagi kalau cuma asal memanfaatkan momentum dan demi gengsi perusahaan tanpa persiapan yang matang.
Baca juga: Shinta VR siapkan ekosistem metaverse terlengkap untuk perbankan nasional
“Jangan lantaran hanya sekadar memanfaatkan momentum, lalu bank seperti tergesa-gesa masuk ke metaverse. Momentum metaverse ini masih sangat panjang, jadi bank jangan takut kehilangan momentum,” ujar Reza kepada digitalbank.id di kantornya yang asri di kawasan Kemang, Jaksel, Rabu (2/3).
Menurut Reza, sebelum masuk ke metaverse, bank wajib punya roadmap atau peta jalan hingga sampai ke metaverse banking.
“Roadmap masing-masing bank tentu berbeda. Tidak sama, disesuaikan dengan kebutuhan dan goal tiap-tiap bank. Kalau bank memang sudah punya roadmap yang jelas mengenai metaversenya, sekaranglah saat yang tepat untuk bank masuk ke metaverse. Tidak perlu menunggu lagi, sebab perkembangan teknologi ini sangat cepat,” katanya.
Baca juga: OJK sebut ada empat tahapan yang harus dilalui bank untuk masuk ke metaverse
Secara umum, roadmap bisa diartikan sebagai peta untuk menunjukkan arah jalan. Namun, dalam dunia bisnis, roadmap diartikan sebagai dokumen yang menjelaskan rencana atau strategi bisnis secara rinci untuk dijadikan acuan dalam menjalankan program.
Di dunia metaverse dikenal dengan metaverse roadmap atau biasa disingkat MVR. Ini semacam panduan yang membantu menjalankan rencana atau strategi masuk ke metaverse sesuai dengan goal yang diharapkan.
Nah, di Shinta VR, demikian Reza, sebelum membawa satu perusahaan masuk ke metaverse, hal pertama yang dilakukan adalah merancang roadmap.
Baca juga: Metaverse bukan bisnis spekulatif, tapi investasi masa depan
Ada beberapa poin menurut Reza yang mesti diperhatikan dalam menyusun metaverse roadmap untuk industri perbankan.
Pertama, bank harus melakukan riset internal untuk melihat organisasi bank itu sendiri, konsumen/nasabah, dan tujuan perusahaan yang ingin dicapai melalui pemanfaatan teknologi, dalam hal ini metaverse.
Kedua, bank perlu melakukan riset eksternal secara kontinyu agar kebutuhan internal bisa selaras dengan perkembangan teknologi metaverse itu sendiri, inovasi terbarukan, dan terobosan-terobosan yang dilakukan perbankan nasional dan global.
Ketiga, melibatkan konsumen/nasabah, dalam hal uji coba implementasi kecil (pilot project) untuk menganalisa asas manfaat dan mitigasi risiko terkait implementasi teknologi.
Keempat, menggandeng partner teknologi yang valid dan terpercaya dengan rekam jejak yang baik untuk membangun roadmap teknologi metaverse.
Baca juga: OJK ingatkan perbankan untuk berhati-hati masuk metaverse
Kelima, merencanakan, membangun, menguji, dan mengimplementasikan roadmap secara bertahap dan berkelanjutan.
“Biasanya Shinta VR bersama-sama dengan perusahaan yang akan masuk ke metaverse duduk bersama menyusun metaverse roadmap-nya. Tanpa roadmap, metaverse itu nonsense. Kami menyebut perusahaan yang memilih Shinta VR sebagai partner teknologi bukan klien, melainkan strategic partner,” tutur Reza.
Sebelumnya, Managing Director Shinta VR Andes Rizky mengajak perbankan nasional berkolaborasi dalam ekosistem metaverse yang tengah dirancang dan dibangun bersama satu konsorsium global.
Menurut dia, Shinta VR saat ini tengah membangun kolaborasi global untuk metaverse bersama perwakilan dari University of Florida, Kalbis Intitute, TM Asia, Swara Gembira, Insan, RANS Entertainment dan digitalbank.id. Perusahaan yang akan bergabung dalam kolaborasi ini akan terus bertambah sesuai dengan perkembangan yang terjadi di dunia metaverse.
Baca juga: OJK siapkan senjata atasi potensi kejahatan cryptocurrency, robot trading hingga metaverse
“Shinta VR dan konsorsium global ini tengah merancang dan membangun satu ekosistem metaverse Indonesia di mana metaverse banking akan ada di dalamnya. Rencananya proyek metaverse ini akan kami launch April 2022 dan kami mengundang perbankan nasional untuk sama-sama berkolaborasi di ekosistem metaverse ini,” ujarnya.
Metaverse roadmap Korsel
Dalam skala yang lebih besar, pemerintah Korea Selatan juga sudah memperkenalkan metaverse roadmap untuk mendorong industri metaverse di negaranya sekaligus menjadi pasar terbesar kelima di dunia dalam lima tahun ke depan.
Rencananya, Korea Selatan mendorong 220 perusahaan metaverse dengan volume penjualan lebih dari 5 miliar won atau setara dengan US$4,2 juta.
Korsel juga akan membuat akademi metaverse tahun ini untuk membina 40.000 ahli lokal pada tahun 2026. “Metaverse adalah ‘Dunia Baru’ digital dengan kemungkinan tak terbatas,” kata Menteri Sains dan TIK Lim Hye-sook seperti dikutip Yon Hap belum lama ini.
Baca juga: Metaverse bank: spirit desentralisasi dalam sistem sentralisasi
Pemerintah Korsel akan bekerja sama dengan industri dan kementerian terkait untuk membangun semesta digital ini. Korsel juga akan membangun lembaga bahasa Korea online di platform metaverse untuk orang asing dan memulai beberapa proyek untuk menerapkan teknologi metaverse dalam pariwisata, kedokteran dan seni, termasuk di K-pop.
Untuk mendorong pertumbuhan lebih lanjut, negara itu juga akan menjalankan “K-Metaverse Academy” untuk membantu startup metaverse global memasuki pasar dalam negeri dan menghubungkan mereka dengan perusahaan konten lokal.
Korea Selatan saat ini berada di peringkat ke-12 dunia dalam hal pangsa pasar di industri metaverse.
Jadi, untuk memulai metaverse, kata kuncinya ada pada metaverse roadmap. Sebab, metaverse bukan bagaimana kita mengejar supaya tak kehilangan momentum. Metaverse punya momentum yang sangat panjang dengan perkembangan yang sangat cepat. Inilah teknologi masa depan yang sudah ada di depan mata kita dan harus dijelajahi sesegera mungkin agar kita tak tertinggal. (HAN)