Nvidia kehilangan market cap Rp9.733 triliun, penurunan terbesar dalam sejarah Wall Street

- 28 Januari 2025 - 13:40

Dalam penurunan yang mengejutkan dunia teknologi, kapitalisasi pasar Nvidia anjlok hampir US$600 miliar (sekitar Rp 9.733 triliun), menjadikannya penurunan terbesar dalam sejarah pasar saham Amerika Serikat. Saham perusahaan ini jatuh 17% dalam satu hari, dipicu oleh kekhawatiran atas persaingan teknologi AI dari DeepSeek, yang mengancam dominasi Nvidia di sektor chip pusat data.


Poin utama:

  1. Nvidia kehilangan kapitalisasi pasar hampir US$600 miliar (Rp 9.733 triliun) dalam satu hari, menjadi penurunan terbesar dalam sejarah Wall Street.
  2. Kekhawatiran muncul akibat peluncuran teknologi AI sumber terbuka oleh DeepSeek, yang dianggap mengancam dominasi Nvidia.
  3. Penurunan Nvidia turut menyeret perusahaan teknologi lain seperti Broadcom, Dell, dan Oracle, menunjukkan dampak sistemik pada sektor teknologi.

Ketika Wall Street menghadapi hari tergelapnya, Nvidia, raksasa chip dunia, kehilangan hampir US$600 miliar dalam kapitalisasi pasar hanya dalam hitungan jam. Penurunan ini tidak hanya mencatat rekor sejarah bursa saham AS, tetapi juga menyoroti ketatnya persaingan di era kecerdasan buatan yang kian mendominasi lanskap teknologi global.

Penurunan ini terjadi pada Senin waktu AS (Selasa pagi WIB), dengan saham Nvidia terperosok 17% dan ditutup di level US$118,58 per saham, setara Rp 11,9 juta. Angka ini menjadi penurunan harian terbesar Nvidia sejak Maret 2020, saat pandemi COVID-19 mengguncang pasar global. Kejatuhan ini turut menyeret indeks Nasdaq yang didominasi saham teknologi, dengan penurunan 3,1%.

Sumber kepanikan pasar adalah peluncuran model bahasa besar (large language model/LLM) oleh DeepSeek, perusahaan AI yang menggunakan chip Nvidia H800 berkinerja rendah untuk menciptakan teknologi open source dengan biaya kurang dari US$6 juta (sekitar Rp97,3 miliar). Langkah DeepSeek ini dianggap mengancam dominasi Nvidia di pasar chip pusat data, yang selama ini menjadi tulang punggung pengembangan kecerdasan buatan.

Analis di Cantor menilai kekhawatiran ini mungkin berlebihan. Dalam laporan mereka, disebutkan bahwa perkembangan AI kemungkinan besar akan meningkatkan, bukan menurunkan, permintaan komputasi. “Kemajuan AI seharusnya menciptakan kebutuhan lebih besar akan GPU Nvidia, bukan sebaliknya,” tulis laporan tersebut. Namun demikian, aksi jual saham sudah terjadi, menunjukkan pasar masih sangat sensitif terhadap isu persaingan.

Efek domino

Penurunan Nvidia juga berdampak pada perusahaan lain yang bergantung pada teknologi mereka. Saham Broadcom, produsen chip besar lainnya, turun 17%, menghapus valuasi pasar senilai US$200 miliar. Perusahaan pusat data seperti Dell, Hewlett Packard Enterprise, dan Super Micro Computer juga mengalami tekanan, dengan penurunan saham setidaknya 5,8%. Bahkan Oracle, yang mendukung inisiatif AI terbaru dari Presiden Donald Trump, merosot 14%.

Sementara itu, Nvidia sendiri sebelumnya mencetak rekor pertumbuhan saham fantastis, naik 239% sepanjang 2023 dan 171% pada 2024. Lonjakan ini membuatnya melampaui Apple sebagai perusahaan publik paling bernilai di dunia pekan lalu, sebelum akhirnya kehilangan gelar tersebut akibat penurunan tajam ini.

Peluncuran teknologi DeepSeek yang berbiaya rendah menggarisbawahi potensi pergeseran dalam lanskap AI. Dengan model sumber terbuka yang dapat diakses secara gratis, biaya pengembangan teknologi AI menjadi jauh lebih murah. Hal ini memberikan peluang bagi perusahaan kecil untuk bersaing dengan raksasa teknologi seperti Nvidia, Alphabet, Meta, dan Amazon, yang telah menghabiskan miliaran dolar untuk mengembangkan model AI mereka.

DeepSeek mengklaim modelnya dapat dikembangkan hanya dalam dua bulan. Ini memicu ketakutan bahwa perusahaan besar akan menahan pengeluaran mereka untuk GPU Nvidia, yang dikenal mahal tetapi sangat mendominasi pasar chip AI.

Dampak jangka panjang

Meskipun penurunan ini menciptakan gelombang di pasar saham, para analis tetap optimis terhadap prospek jangka panjang Nvidia. GPU mereka masih menjadi tulang punggung dalam pengembangan AI, dan kebutuhan komputasi diperkirakan terus meningkat.

Analis menyarankan investor untuk mempertimbangkan pembelian saham Nvidia di tengah koreksi harga ini, mengingat fundamental perusahaan tetap kuat.

Namun, kasus ini menunjukkan betapa rapuhnya dominasi perusahaan teknologi di tengah perubahan cepat dalam industri. Persaingan ketat dari pemain baru seperti DeepSeek membuktikan bahwa inovasi yang lebih murah dan efisien dapat menggoyang bahkan pemimpin pasar yang paling mapan sekalipun.

Comments are closed.