Pada tahun 2023, beberapa bank digital di Indonesia membukukan kinerja keuangan yang progresif dibanding tahun sebelumnya. Namun demikian, beleid Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan di level 6% dinilai akan menekan kinerja perbankan termasuk emiten bank digital.
Menurut Pengamat ekonomi Budi Frensidy menyatakan emiten bank digital tidak menarik karena harganya yang masih terlalu mahal. Ditambah, bank digital belum memiliki nasabah yang loyal untuk diberikan bunga rendah untuk mendorong pertumbuhan CASA.
Lebih lanjut Budi menjelaskan bisnis bank digital masih sama seperti bank konvensional yakni masih mengandalkan spread atawa selisih bunga simpanan dan pinjaman. Sebagian besar bank digital belum memiliki ekosistem eksklusif yang tidak dimiliki oleh bank-bank lainnya. Selain itu, laba dari bank digital masih belum konsisten.
Baca Juga: Superbank siap ramaikan industri bank digital di Indonesia
Budi mengingatkan agar para investor memperhatikan price to book value (PBV) bank digital sebelum berinvestasi. Selain itu, hal yang patut dicermati adalah pertumbuhan laba yang stabil serta rencana untuk membagikan dividen.
“Saya tidak tertarik saham-saham bank digital tetapi jika ada PBV di kisaran 1 dan maximal 1,5 kemudian pertumbuhan labanya konsisten serta berencana membagikan dividen, silakan saja dilirik,” kata Budi, Kamis (28/12).
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin justru menilai investasi di bank digital masih menarik karena digitalisasi yang kian berkembang di Indonesia. Amin melihat bank digital akan melakukan ekspansi secara signifikan demi mempertahankan dana pihak ketiga dengan suku bunga yang cukup kompetitif. Melalui hal tersebut bank digital masih bisa bertahan dan mengendalikan konsumen untuk secara berani melempar kredit.
Baca Juga: Meski sudah membukukan laba, kinerja saham-saham bank digital masih di bawah harapan
“Meskipun tahun depan berat karena bersamaan dengan tahun politik tapi buat saya biasanya di antara setiap celah dari tantangan pasti akan ada peluang sehingga buat saya masih menarik untuk investasi saham bank digital 2024,” kata Amin.
Untuk rekomendasi saham, Amin menyebutkan tiga bank digital yang bisa dicermati tahun depan. Bank-bank ini adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), Bank Neo Commerce Tbk (BBYB).
Secara khusus Amin merekomendasikan Bank Jago (ARTO) di posisi pertama karena secara pertumbuhan terlihat cukup baik. Hampir semua rasio keuangan ARTO juga konsisten bertahan di angka yang signifikan.
Baca Juga: Bank-bank terus jaga kinerja keuangan dengan menggali sumber dana murah
“Bank Jago juga melakukan ekspansi, kemudian pemilik sahamnya merupakan gabungan dari beberapa e-commerce besar seperti Goto Financial dan melakukan banyak kolaborasi dengan grup usaha GoTo. Ini merupakan strategi yg menarik dan belum banyak dilakukan oleh pesaing. Buat saya masih memungkinkan harga tembus di atas Rp3.000 per saham,” kata Amin.
SVP Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan yang setuju dengan pendapat pengamat Amin.
Trioksa menilai saham bank digital yang menarik dan masih bisa dicermati adalah saham Bank Jago (ARTO) karena kinerjanya diproyeksi akan meningkat pada tahun depan. Menurut Trioksa, target harga saham Bank Jago (ARTO) bisa menyentuh Rp3.250 per saham. ■