digitalbank.id — HMETD DALAM PASAR modal Indonesia adalah hak yang diperoleh para pemegang saham yang namanya telah terdaftar dalam daftar pemegang saham suatu perseroan terbatas untuk menerima penawaran terlebih dahulu apabila perusahaan sedang menjalani proses emisi atau pengeluaran saham-saham dari saham simpanan. HMETD ditandai dengan akhiran “-R” pada perdagangan bursa saham. Sebagai contoh, saham telkom memiliki kode TLKM, dan HMETD-nya adalah TLKM-R.
HMETD dapat diperdagangkan di bursa layaknya sebuah saham pada kurun waktu tertentu. HMETD juga memiliki batas waktu penebusan sebelum masa berlakunya habis dan hangus. Tidak menebus HMETD bisa menyebabkan efek dilusi pada portofolio. Inilah yang direncanakan oleh PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI). Emiten ini berencana menerbitkan HMETD sebanyak 10,05 miliar saham biasa dengan nominal Rp 100 per saham dengan harga pelaksanaan Rp 478 per saham. Dalam prospektus, jadwal sementara efektif dari OJK adalah 6 Desember 2021. Kemudian, tanggal pencatatan efek di BEI dijadwalkan pada 20 Desember 2021.
Periode pelaksanaan HMETD diperkirakan pada 20-24 Desember 2021. Namun, hingga pelaksanaan paparan publik pada akhir pekan lalu, perseroan belum mengantongi pernyataan efektif dari regulator.
Mengenai hal tersebut, melalui keterbukaan terkait hasil public expose BBHI yang dilaksanakan pada Jumat (10/12/2021), perseroan memberikan keterangan soal pernyataan efektif dari OJK. “Terkait dengan rencana rights issue, sejauh ini kami belum mendapatkan informasi lebih lanjut dari OJK akan adanya perubahan waktu di luar bulan Desember 2021,” tulis manajemen Allo Bank pada keterbukaan yang disampaikan ke BEI.
Selain itu, manajemen juga menyatakan tanggal pasti jadwal rights issue bulan ini belum dapat diinformasikan. “Terkait dengan jadwal rights issue, sepengetahuan kami masih efektif di bulan Desember 2021, mengingat sejauh ini kami belum mendapatkan informasi lebih lanjut adanya perubahan waktu.”
Kendati dalam aksi ini masih belum ada pengumuman pembeli siaga, dalam gelaran public expose BBHI juga optimistis target dana yang mereka pasang akan tercapai. Apalagi, right issue ini juga berpotensi menjadi pintu masuk bagi investor strategis baru, meski perseroan masih irit bicara soal investor baru tersebut. “Saat ini kami masih dalam tahap penjajakan dengan investor strategis. Memang ada investor yang sangat tertarik bergabung. Tetapi mengenai hal ini mungkin akan kami sampaikan pada lain kesempatan,” kata Direktur Operasional dan IT Allo Bank, Arief Tendeas.
Isu segera hadirnya investor strategis belakangan memang berhembus kencang. Apalagi seiring keputusan Chairul Tanjung melalui perusahaan induk PT Mega Corpora, untuk tidak menyerap seluruh hak saham barunya pada rights issue mendatang. Mengacu prospektus sementara pada bulan lalu, Mega Corpora berencana menyerap sekitar 2,71 miliar lembar saham. Jumlah ini setara 30 persen dari keseluruhan hak saham rights issue milik PT Mega Corpora, yang mencapai sekitar 9,04 miliar lembar.
Keputusan tersebut bakal membuat porsi saham PT Mega Corpora di BBHI mengalami dilusi hampir 30 persen pasca-rights issue. Tepatnya dari 90 persen menjadi kisaran 60,87 persen.(SAF).