Bank Saqu, layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta kembali memperkenalkan Tabungmatic, sebuah fitur menabung otomatis saat nasabah melakukan transaksi menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Head of Go To Market PT Bank Jasa Jakarta Marcella Pravinata mengatakan, kebiasaan masyarakat bertransaksi menggunakan QRIS dilihat sebagai peluang baru bagi Bank Saqu untuk berinovasi dan mendorong kebiasaan menabung masyarakat.
“Lewat fitur Tabungmatic, fitur menabung otomatis pertama di Indonesia, nasabah dapat mengelola keuangan menjadi lebih mudah, menyenangkan dan menguntungkan,” ujarnya di Jakarta, Kamis (30/5).
Dia menjelaskan, di Tabungmatic, uang kembalian dari setiap transaksi nasabah menggunakan QRIS di aplikasi Bank Saqu akan diubah menjadi tabungan. Uang tersebut akan disimpan di Saku Booster dengan insentif menabung sebesar 10% setiap tahun, namun ada syarat dan ketentuan yang berlaku.
“Sejak kami mulai launching sekitar enam bulan lalu sampai sekarang, peningkatan pengguna Tabungmatic ini sudah menarik nasabah hampir tiga kali lipat,” katanya.
Dia menyatakan, saat ini jumlah nasabah Bank Saqu sudah sekitar 500.000 orang, sejak diluncurkan pada November 2023 lalu. Untuk menggunakan fitur Tabungmatic, nasabah hanya perlu mengaktifkannya di aplikasi Bank Saqu. Kemudian, menentukan nilai pembulatan yang diinginkan, bervariasi mulai dari Rp5 ribu, Rp10 ribu dan Rp50 ribu.
“Dengan adanya fitur ini, semakin banyak bertransaksi menggunakan QRIS Bank Saqu, secara tidak langsung nasabah juga akan semakin sering menabung,” katanya.
Bank Saqu menyadari fenomena masyarakat Indonesia yang kesulitan untuk menabung, namun tetap mengeluarkan uang. Hal ini disebut fenomena dissaving, yang merupakan kondisi di mana seseorang membelanjakan uang melebihi pendapatan, sehingga mereka memanfaatkan sumber lain, seperti tabungan atau utang.
Fenomena tersebut sejalan dengan survei yang ditemukan oleh Bank Indonesia (BI). Rasio tabungan terhadap pendapatan pada bulan November 2023 turun signifikan sebesar 15,4% jika dibandingkan saat sebelum pandemi pada November 2019 yang sebesar 19,8%.
“Kebutuhan finansial yang semakin meningkat, membuat masyarakat harus menggerus tabungan, sehingga muncul tren penurunan jumlah tabungan,” tandasnya. ■