
Presiden Dewan Bank Nasional Swiss (SNB), Barbara Janom Steiner, menolak usulan pembentukan sovereign wealth fund (SWF) untuk mengelola cadangan devisa negara. Menurutnya, ide tersebut berisiko tinggi, dapat mengganggu independensi bank sentral, serta memaksa pemerintah berutang besar. Steiner menegaskan bahwa SNB sudah mengelola asetnya dengan profesional, dan memperingatkan bahwa langkah ini bisa memicu politisasi dan ketidakstabilan pasar.
Fokus utama:
- SNB menilai sovereign wealth fund tidak cocok untuk kondisi ekonomi dan sistem moneter Swiss.
- Risiko kehilangan fleksibilitas likuiditas dan independensi moneter menjadi kekhawatiran utama.
- Pengelolaan cadangan devisa oleh SNB dinilai sudah sangat profesional dan aman dibandingkan alternatif lainnya.
Presiden Dewan Bank Nasional Swiss (SNB), Barbara Janom Steiner, dengan tegas menolak wacana pembentukan sovereign wealth fund (SWF) untuk mengelola cadangan devisa negara. Dalam rapat umum tahunan di Bern, Jumat pekan lalu (25/4), Steiner menilai ide tersebut “bukanlah langkah yang baik” untuk Swiss.
“Ide mendirikan sovereign wealth fund mungkin terdengar menarik karena potensi imbal hasilnya, tetapi itu juga berarti membawa risiko jauh lebih besar,” ujar Steiner seperti dikutip swissinfo.ch.
Dia menegaskan, SNB saat ini sudah mengelola cadangan devisanya dengan sangat profesional, menjadikannya salah satu bank sentral paling maju di dunia.
Pendukung SWF kerap menunjuk contoh negara-negara lain yang sukses meraih imbal hasil tinggi dari pengelolaan aset mereka. Namun, Steiner mengingatkan, “Sovereign wealth fund dari negara lain tidak bisa dijadikan model untuk Swiss.” Ia menjelaskan, sebagian besar SWF dunia didanai oleh surplus anggaran atau pendapatan dari sumber daya alam, seperti minyak di Norwegia atau Timur Tengah—sesuatu yang tidak dimiliki Swiss.
Lebih jauh, ia memperingatkan bahwa cadangan devisa Swiss bukanlah “tabungan” biasa, melainkan alat vital dalam kebijakan moneter. Artinya, SNB harus memiliki akses penuh dan cepat terhadap dana tersebut setiap saat. “Jika dana ini diinvestasikan dalam SWF, maka uang tidak lagi langsung tersedia, dan ini akan menghambat respons kebijakan moneter saat krisis,” tambahnya.
Isu independensi menjadi kekhawatiran terbesar. Dalam konstitusi Swiss, SNB diberi kebebasan penuh untuk menentukan jumlah dan penggunaan cadangan devisa. “Mencabut akses bebas SNB ke cadangan devisa sama saja dengan menyerang independensinya,” ujar Steiner dengan nada tegas.
Selain itu, pembentukan SWF akan mengacaukan neraca SNB. Cadangan devisa saat ini memiliki kewajiban yang seimbang di sisi pasiva. Untuk memindahkan aset ke SWF, pemerintah harus membeli aset tersebut dari SNB, yang pada praktiknya akan mendorong negara untuk berutang besar—sebuah skenario yang sangat bertentangan dengan prinsip kehati-hatian fiskal Swiss.
Data dari International Forum of Sovereign Wealth Funds menunjukkan, banyak SWF global memang berkontribusi besar terhadap ekonomi negaranya. Namun, laporan 2024 dari Global SWF Annual Report juga memperingatkan, investasi SWF menjadi semakin volatil akibat ketegangan geopolitik dan perubahan kebijakan suku bunga global.
Steiner juga mengingatkan soal risiko politisasi. “Sovereign wealth fund yang dikendalikan politik bukanlah pertanda baik,” ujarnya. Ia mengacu pada pengalaman di beberapa negara di mana keputusan investasi SWF dipengaruhi oleh agenda politik, bukan pertimbangan ekonomi murni.
Pasar keuangan global sendiri kini jauh lebih tidak dapat diprediksi. Kenaikan tarif impor oleh Amerika Serikat baru-baru ini, misalnya, telah meningkatkan ketidakpastian di pasar global. Di tengah kondisi ini, menjaga stabilitas dan independensi SNB menjadi semakin krusial.
Steiner mengakui bahwa SNB menghadapi tekanan untuk membagikan surplus kepada pemerintah federal dan kanton. Namun, ia menegaskan bahwa keputusan untuk tidak membagikan surplus murni didasarkan pada kondisi keuangan yang tidak memadai, bukan karena niat buruk. “Prioritas kami tetap memperkuat modal sendiri, apalagi di tengah ketidakpastian ekonomi dunia saat ini,” ujarnya.
Laporan tahunan SNB 2024 menunjukkan, laba bersih bank sentral anjlok 45% dibandingkan tahun sebelumnya, mencerminkan tingginya tekanan pasar.
Dengan penolakan tegas ini, SNB mengirimkan pesan jelas: mempertahankan fleksibilitas, stabilitas, dan independensi lebih penting dibanding mengejar imbal hasil yang belum tentu pasti. ■