Cuan Rp14,1 triliun, kredit berkelanjutan dan transaksi digital dorong kinerja BCA

- 25 April 2025 - 10:41

Bank Central Asia (BCA) mencatatkan lonjakan laba bersih sebesar 9,8% menjadi Rp14,1 triliun pada kuartal I-2025. Kinerja solid ini ditopang pertumbuhan kredit yang agresif, strategi digital yang matang, serta peningkatan volume transaksi digital yang mencapai hampir 9 miliar kali. Dengan rasio keuangan yang sehat dan komitmen terhadap prinsip ESG, BCA memperkuat posisinya sebagai pemimpin perbankan nasional.


Fokus utama:

  1. Lonjakan laba dan pendapatan operasional BCA di tengah stabilitas rasio keuangan
  2. Pertumbuhan agresif kredit di semua segmen, termasuk pembiayaan berkelanjutan berbasis ESG
  3. Strategi digital dan peningkatan transaksi CASA sebagai pilar utama pertumbuhan

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membuka tahun 2025 dengan performa cemerlang. Dalam laporan kinerja kuartal I yang dirilis Rabu (23/4), bank swasta terbesar di Indonesia ini membukukan laba bersih sebesar Rp14,1 triliun, tumbuh 9,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp12,9 triliun.

Kenaikan laba tersebut ditopang oleh pendapatan bunga bersih (net interest income) yang naik 7,1% secara tahunan menjadi Rp21,1 triliun. Pendapatan non-bunga juga tumbuh 8,1% menjadi Rp6,8 triliun. Secara keseluruhan, pendapatan operasional BCA menembus Rp27,9 triliun, meningkat 7,4% dibanding kuartal I-2024.

Di sisi efisiensi, rasio biaya terhadap pendapatan (cost to income ratio) BCA terjaga di level 28,5%, mencerminkan pengelolaan operasional yang efisien. Risiko kredit juga dalam posisi terkendali, dengan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) di level 2% dan loan at risk (LAR) 6%. Untuk menjaga kualitas aset, BCA menyiapkan cadangan sebesar 180,5% dari total NPL dan 66,5% dari LAR—tingkat yang dapat disebut sangat konservatif.

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengungkapkan bahwa momentum Ramadan dan Idulfitri serta penyelenggaraan BCA Expoversary 2025 menjadi katalis positif bagi pertumbuhan kredit hingga Maret 2025. “BCA berkomitmen mendukung perekonomian nasional dengan mendorong penyaluran kredit ke berbagai sektor dan segmen secara pruden,” ujar Jahja.

Total kredit yang disalurkan hingga akhir Maret 2025 mencapai Rp941 triliun, tumbuh 12,6% secara tahunan. Kredit korporasi menjadi pendorong utama dengan kenaikan 13,9% menjadi Rp443,4 triliun, disusul kredit komersial (naik 9,9% menjadi Rp137,4 triliun), kredit UMKM (tumbuh 12,9% menjadi Rp124,5 triliun), serta kredit konsumer yang naik 11,3% menjadi Rp225,7 triliun.

Rinciannya, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tumbuh 10,5% menjadi Rp135,3 triliun, kredit kendaraan bermotor (KKB) naik 12,3% menjadi Rp67,1 triliun, dan kredit konsumer lainnya—mayoritas berasal dari kartu kredit—naik 13,9% menjadi Rp23,3 triliun.

Yang menarik, pembiayaan berkelanjutan BCA menunjukkan pertumbuhan signifikan sebesar 19% yoy menjadi Rp235 triliun, atau sekitar 25% dari total portofolio kredit. Angka ini mempertegas komitmen BCA terhadap prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), yang kini menjadi standar global dalam pengelolaan bisnis berkelanjutan.

Dari sisi penghimpunan dana, dana pihak ketiga (DPK) BCA meningkat 6,5% menjadi Rp1.193 triliun. Dana murah (CASA: current account dan saving account) tetap menjadi tulang punggung pendanaan, tumbuh 8,3% menjadi Rp979 triliun dan berkontribusi sekitar 82% terhadap total DPK.

Volume transaksi menjadi indikator lain dari kekuatan digital BCA. Sepanjang kuartal I-2025, frekuensi transaksi tumbuh 19% yoy mencapai 9,9 miliar kali. Mayoritas terjadi di kanal digital, yakni mobile banking dan internet banking, yang mencapai 8,8 miliar transaksi—naik 22,2% dari tahun sebelumnya.

Strategi digitalisasi BCA menjadi faktor kunci yang mendorong loyalitas nasabah dan efisiensi operasional. “Kami optimistis menatap pertumbuhan bisnis ke depannya, di tengah dinamika dan tantangan pasar,” kata Jahja.

Ke depan, BCA juga siap melanjutkan buyback saham senilai Rp1 triliun, sebagai bentuk apresiasi terhadap para pemegang saham serta sinyal kuat kepercayaan manajemen terhadap fundamental perusahaan.

Sebagai catatan, menurut data OJK per Februari 2025, industri perbankan Indonesia tumbuh positif dengan penyaluran kredit naik 10,2% yoy, sedangkan DPK tumbuh 6,7%. Capaian BCA yang melampaui rata-rata industri menunjukkan daya saing dan konsistensi kinerja bank ini di tengah kondisi pasar yang fluktuatif.

Dengan profil risiko yang konservatif, kekuatan digital yang mapan, dan kepemimpinan pasar yang tak tergoyahkan, BCA tampaknya masih akan terus menjadi benchmark perbankan nasional dalam beberapa tahun mendatang. ■

Comments are closed.