
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatat penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke sektor pangan mencapai Rp14,3 triliun sepanjang 2024, menjangkau lebih dari 128.000 debitur. Ini merupakan 43% dari total portofolio KUR BNI dan mencerminkan komitmen bank dalam memperkuat ketahanan pangan nasional serta mendukung transformasi kelembagaan petani menjadi koperasi modern.
Fokus utama:
- Strategi BNI mendorong ketahanan pangan melalui pembiayaan KUR sektor pangan.
- Peran BNI dalam transformasi Gapoktan menjadi koperasi penyalur pupuk bersubsidi.
- Dukungan BNI terhadap agenda swasembada pangan pemerintah melalui pembiayaan UMKM.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) kembali mempertegas komitmennya dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Sepanjang 2024, BNI telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp14,3 triliun ke sektor pangan. Angka tersebut setara 43% dari total portofolio KUR bank pelat merah tersebut yang mencapai Rp33,2 triliun.
Langkah ini bukan hanya sekadar penyaluran kredit, tapi bagian dari strategi jangka panjang BNI untuk membangun ekosistem pertanian dan pangan yang berdaya saing. Setidaknya, lebih dari 128.000 debitur UMKM sektor pangan di seluruh Indonesia telah merasakan manfaat dari pembiayaan ini.
“BNI berkomitmen memperkuat ekosistem UMKM di sektor pangan sebagai bagian dari kontribusi nyata terhadap program prioritas pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan,” ujar Okki Rushartomo, Corporate Secretary BNI dalam pernyataan tertulis akhir pekan lalu.
BNI mengintegrasikan layanan digital dan fisik untuk memudahkan akses KUR. Nasabah bisa mengajukan kredit melalui kantor cabang atau secara daring lewat laman resmi kreditkecil-program.bni.co.id. Beragam skema kredit ditawarkan, mulai dari KUR Supermikro (hingga Rp10 juta), Mikro (Rp10 juta–Rp100 juta), hingga KUR Kecil (hingga Rp500 juta). Untuk pinjaman hingga Rp100 juta, BNI tidak mensyaratkan agunan tambahan.
KUR yang disalurkan BNI menawarkan bunga ringan dan syarat yang disesuaikan dengan karakteristik usaha mikro dan kecil. Pendekatan ini penting untuk memastikan pembiayaan yang inklusif dan produktif.
Tak hanya memberikan pembiayaan, BNI juga aktif mendorong reformasi kelembagaan petani. Bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop), BNI mendukung program transformasi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) menjadi koperasi. Koperasi ini nantinya akan berperan sebagai penyalur resmi pupuk bersubsidi langsung ke petani.
“BNI siap menyediakan pembiayaan modal kerja kepada Gapoktan yang telah bertransformasi menjadi koperasi, sehingga mampu berperan dalam distribusi pupuk bersubsidi serta pengembangan usaha lainnya,” jelas Okki.
Langkah strategis ini bertujuan memperkuat industri agro nasional serta meningkatkan kesejahteraan petani melalui sistem distribusi dan pembiayaan yang lebih tertata dan efisien.
BNI menempatkan strategi ini sebagai bagian dari dukungan terhadap visi besar pemerintah dalam Asta Cita, terutama agenda swasembada pangan berkelanjutan dan berkeadilan. Selain memperkuat sektor pangan, pembiayaan ini juga menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di pedesaan, memperluas basis produksi, dan mendorong inklusi keuangan nasional.
Data Bank Indonesia dan OJK menyebutkan bahwa sektor pertanian masih menjadi penopang utama ekonomi rakyat. Pada triwulan IV 2024, sektor pertanian mencatat pertumbuhan 4,3% secara tahunan, dengan kontribusi signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja di daerah.
BNI, dengan portofolio KUR terbesar ke sektor pangan dibanding bank-bank BUMN lain, berada di posisi strategis untuk memainkan peran utama dalam pembangunan pangan nasional. Penyaluran yang konsisten, transformasi kelembagaan petani, serta digitalisasi layanan menjadikan BNI bukan hanya sekadar lembaga keuangan, tetapi motor pembangunan sektor pangan yang lebih tangguh dan modern. ■