
Sektor perbankan menempati posisi kedua dalam rencana penerbitan surat utang terbesar tahun 2025 dengan nilai mencapai Rp12,6 triliun, menurut data Pefindo. Kinerja ini mencerminkan kuatnya permintaan pasar dan prospek positif sektor keuangan nasional. Total penerbitan surat utang korporasi hingga kuartal I 2025 tercatat meningkat tajam menjadi Rp46,75 triliun, naik 77,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
- Dengan mandat sebesar Rp12,6 triliun, sektor perbankan menunjukkan peran strategis dalam dinamika pasar surat utang korporasi Indonesia. Peningkatan ini mencerminkan kebutuhan pendanaan yang tinggi serta kepercayaan investor terhadap stabilitas sektor perbankan.
- Data Pefindo menunjukkan total penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp46,75 triliun hingga akhir Maret 2025, meningkat 77,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lonjakan ini didorong oleh kebutuhan refinancing dan ekspansi bisnis korporasi.
- Pefindo mencatat diversifikasi dalam instrumen surat utang, termasuk obligasi, sukuk, dan MTN. Selain itu, partisipasi lembaga non-BUMN meningkat, dengan 33 perusahaan merencanakan penerbitan senilai Rp37,62 triliun, menunjukkan dinamika positif di pasar modal Indonesia.
Sektor perbankan nasional menempati posisi kedua dalam rencana penerbitan surat utang terbesar pada tahun 2025, dengan nilai mencapai Rp12,6 triliun. Data ini dirilis oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) per 31 Maret 2025.
Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto, mengatakan mandat penerbitan surat utang dari sektor perbankan masih tergolong tinggi. Hal ini mencerminkan kepercayaan pasar terhadap stabilitas dan prospek pertumbuhan sektor keuangan.
“Kalau berdasarkan historis, penerbitan dari sektor perbankan dan multifinance memang cukup tinggi dari tahun ke tahun, dan ini masih diteruskan pada tahun ini,” ujar Suhindarto, dikutip Senin (14/4).
Secara keseluruhan, total penerbitan surat utang korporasi hingga kuartal I 2025 tercatat mencapai Rp46,75 triliun, meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp26,35 triliun. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 77,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Selain perbankan, sektor multifinance masih menjadi yang tertinggi dengan nilai rencana penerbitan sebesar Rp14,8 triliun. Sektor lainnya yang juga mencatatkan mandat besar antara lain perusahaan BUMN senilai Rp6,3 triliun dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) senilai Rp1,3 triliun.
Pefindo juga mencatat adanya diversifikasi dalam instrumen surat utang yang akan diterbitkan, termasuk obligasi, sukuk, Medium Term Notes (MTN), dan sekuritisasi. Beberapa instrumen yang paling besar dalam pipeline antara lain obligasi senilai Rp9,5 triliun, sukuk Rp2,2 triliun, dan PUB sukuk sebesar Rp7,9 triliun.
Sementara itu, sebanyak 33 lembaga non-BUMN telah mengajukan rencana penerbitan surat utang dengan total nilai mencapai Rp37,62 triliun.
Pefindo memperkirakan total penerbitan surat utang korporasi sepanjang 2025 akan berada di kisaran Rp139 triliun hingga Rp155 triliun, dengan titik tengah di Rp144 triliun. ■