
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan pencapaian signifikan dalam sektor bank emas yang melampaui transaksi Rp1 triliun sejak diluncurkan pada Februari 2025. OJK membuka peluang bagi 17 bank dengan kategori KBMI III dan IV untuk terlibat dalam bisnis ini, yang diyakini akan terus berkembang mengingat potensi besar Indonesia dalam sektor emas. Terlebih, nilai emas sebagai aset safe haven semakin meningkat, terutama setelah kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump, yang berdampak pada lonjakan harga logam mulia global.
Fokus tama:
- Bank emas, yang baru diluncurkan pada awal 2025, berhasil mencatat transaksi lebih dari Rp1 triliun. OJK mengakui potensi besar dari sektor ini dan membuka peluang bagi lebih banyak bank untuk terlibat, khususnya dari kelompok bank dengan modal inti (KBMI) III dan IV.
- Indonesia, yang menempati posisi kedelapan penghasil emas terbesar dunia dengan produksi mencapai 110-160 ton pada 2023, memiliki cadangan emas yang besar. Ini memberi peluang untuk memanfaatkan emas sebagai komoditas strategis yang dapat mendorong perekonomian nasional.
- Sektor bank emas dinilai tepat waktu di tengah ketegangan ekonomi global, terutama menyusul kebijakan tarif Trump yang memicu ketidakpastian. Emas kini menjadi pilihan utama sebagai aset safe haven yang tahan terhadap guncangan ekonomi global, menjadikannya peluang menarik untuk sektor perbankan Indonesia.
Sejak pertama kali diperkenalkan pada Februari 2025, sektor bank emas atau bullion bank telah mencatatkan pencapaian yang menggembirakan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa transaksi dalam bisnis ini telah melampaui Rp1 triliun dalam waktu yang relatif singkat. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menilai pencapaian ini menunjukkan potensi besar bagi perbankan di Indonesia untuk memanfaatkan logam mulia sebagai instrumen ekonomi yang berkembang pesat.
“Bank-bank yang berminat dalam bisnis emas dapat mengajukan permohonan izin, terutama dari bank-bank dalam kategori Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) III dan IV. Kami optimistis bahwa bisnis ini memiliki prospek yang sangat baik di masa depan,” ujar Dian dalam acara RDKB OJK akhir pekan lalu.
Potensi emas Indonesia sangat besar. Pada tahun 2023, Indonesia menempati posisi kedelapan sebagai penghasil emas terbesar di dunia, dengan produksi tahunan berkisar antara 110 hingga 160 ton. Fakta ini semakin memperkuat keyakinan bahwa negara ini dapat mengoptimalkan cadangan emas yang melimpah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Di tengah ketidakpastian global, terutama dengan kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump, yang memicu pelemahan harga komoditas global, Indonesia dinilai sangat tepat waktu dalam meluncurkan layanan bank emas. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto, menyatakan bahwa tarif Trump yang diterapkan pada produk China langsung mempengaruhi pasar global, menyebabkan disrupsi dalam rantai pasokan serta penurunan harga komoditas utama. Namun, emas tetap menjadi salah satu aset yang tidak terpengaruh oleh perubahan pasar ini.
“Emas adalah salah satu dari dua aset safe haven yang terbukti tahan terhadap gejolak ekonomi global, selain dolar AS. Indonesia memiliki cadangan emas yang cukup besar, sehingga negara ini dapat mengandalkan emas sebagai komoditas yang dapat melindungi perekonomian dari dampak ketidakpastian global,” ujar Airlangga.
Dian Ediana Rae juga mengungkapkan bahwa OJK akan terus memantau perkembangan sektor ini dan mendorong lebih banyak bank untuk bergabung dalam bisnis bullion bank, yang diyakini akan terus berkembang. Pemerintah, kata dia, berkomitmen untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pengelolaan emas di Indonesia, baik untuk kepentingan investasi maupun pengembangan ekonomi nasional.
Dengan begitu, sektor bank emas tidak hanya menawarkan peluang bagi industri perbankan, tetapi juga dapat berkontribusi pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Diharapkan, sektor ini akan menjadi salah satu pendorong utama perekonomian Indonesia ke depan. ■