
Bank-bank terbesar di Amerika Serikat menghadapi tekanan ganda: lonjakan kredit macet senilai US$11,86 miliar dan pelanggaran data besar-besaran di Bank of America yang membahayakan informasi pribadi nasabah. Kondisi ini mencerminkan ketegangan struktural di sektor keuangan AS, di tengah suku bunga tinggi dan ketidakpastian ekonomi.
Fokus utama:
- Bank-bank besar seperti JPMorgan Chase, Bank of America, Wells Fargo, Citigroup, dan Goldman Sachs mencatatkan kredit komersial dan industri (C&I) macet sebesar US$11,86 miliar pada kuartal IV 2024.
- Data mengungkapkan Bank of America kehilangan dokumen sensitif yang berisi informasi pribadi nasabah, termasuk nama, alamat, nomor telepon, nomor Jaminan Sosial, dan nomor rekening.
- Suku bunga tinggi dan ketidakpastian ekonomi menyebabkan perusahaan enggan mengambil pinjaman baru, memilih untuk menunggu kondisi yang lebih stabil. Hal ini berdampak pada pertumbuhan pinjaman yang stagnan dan peningkatan risiko kredit macet.
Industri perbankan Amerika Serikat tengah diguncang krisis ganda: lonjakan tajam kredit macet serta pelanggaran data besar-besaran yang menyeret nama Bank of America. Situasi ini menambah tekanan terhadap stabilitas sektor keuangan, di tengah tantangan ekonomi dan suku bunga tinggi yang belum mereda.
Laporan terbaru dari S&P Global Market Intelligence menunjukkan bahwa kredit macet pada segmen komersial dan industri (C&I) di bank-bank besar AS meningkat drastis pada kuartal IV 2024. Total kredit macet dari lima bank terbesar—JPMorgan Chase, Bank of America, Wells Fargo, Citigroup, dan Goldman Sachs—mencapai US$11,86 miliar. Angka tersebut merupakan bagian dari total kredit macet C&I nasional yang mencapai US$31,04 miliar, naik 6,4% dari kuartal sebelumnya dan melonjak 19,8% dibandingkan tahun sebelumnya.
Tingkat keterlambatan pembayaran untuk kredit C&I pun meningkat menjadi 1,31%, level tertinggi dalam lebih dari dua tahun terakhir. Situasi ini mencerminkan tekanan yang semakin besar pada sektor bisnis, terutama perusahaan kecil dan menengah yang terdampak suku bunga tinggi dan pengetatan likuiditas.
Masalah keamanan data juga mencuat. Bank of America mengonfirmasi terjadinya pelanggaran data yang menyebabkan dokumen sensitif milik nasabah hilang saat dikirim oleh pihak ketiga. Informasi yang terdampak meliputi nama, alamat, nomor telepon, nomor jaminan sosial (Social Security Number), dan nomor rekening.
Dalam pernyataan resminya, bank menyebut insiden itu merupakan kelalaian dari vendor pengiriman yang gagal menjaga keamanan dokumen. Sebagai kompensasi, Bank of America menawarkan layanan pemantauan kredit dan perlindungan identitas gratis selama dua tahun kepada nasabah yang terdampak.
Kombinasi antara tingginya suku bunga, ketatnya akses pinjaman, dan pelemahan sektor properti komersial turut memperburuk situasi. Banyak perusahaan memilih menunda ekspansi atau pinjaman baru, menunggu kondisi ekonomi yang lebih stabil.
Sektor real estat komersial turut menjadi titik rawan. Banyak kredit properti mengalami kesulitan refinancing karena suku bunga yang tinggi, meningkatkan potensi gagal bayar di sektor ini.
Lonjakan kredit macet dan insiden kebocoran data menunjukkan perlunya reformasi menyeluruh dalam pengelolaan risiko dan keamanan siber di sektor perbankan. Para analis memperingatkan bahwa tanpa langkah tegas dari regulator dan pelaku industri, krisis kepercayaan publik terhadap institusi keuangan bisa memburuk.
“Bank tidak hanya harus mengelola risiko keuangan, tapi juga risiko reputasi. Kebocoran data dan kredit macet bisa menjadi kombinasi mematikan jika tidak ditangani serius,” ujar seorang analis senior dari lembaga keuangan di New York.
Bank-bank besar AS kini berada di bawah tekanan ganda yang signifikan. Dengan tantangan ekonomi yang belum mereda dan meningkatnya kekhawatiran publik terhadap keamanan data pribadi, langkah mitigasi yang komprehensif menjadi sangat mendesak. ■