
DBS Bank, bank terbesar di Asia Tenggara, resmi berganti kepemimpinan. Piyush Gupta, yang telah memimpin selama 15 tahun dan membawa DBS menjadi salah satu bank terbaik di dunia, resmi mengundurkan diri. Posisi CEO kini dipegang oleh Tan Su Shan, wanita pertama yang menduduki jabatan tersebut. Di bawah kepemimpinan Gupta, DBS mencatatkan kinerja finansial tertinggi sepanjang sejarahnya dengan laba bersih tahunan mencapai US$11,4 miliar. Namun, tantangan ke depan tetap besar, termasuk ketidakpastian ekonomi global dan persaingan dalam sektor perbankan digital.
Fokus utama:
- Piyush Gupta menyerahkan estafet kepemimpinan kepada Tan Su Shan, wanita pertama yang menjadi CEO DBS.
- Di bawah kepemimpinan Gupta, DBS mencetak rekor laba bersih dan imbal hasil pemegang saham.
- DBS menghadapi dinamika ekonomi global serta kompetisi di sektor perbankan digital dan wealth management.
Sejarah baru tercipta di DBS Bank. Piyush Gupta, CEO yang telah membawa DBS ke puncak industri perbankan global, secara resmi mundur dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 28 Maret 2025 di Sands Expo and Convention Centre. Tongkat estafet kini dipegang oleh Tan Su Shan, yang sebelumnya menjabat sebagai Deputy CEO dan kini menjadi wanita pertama dalam sejarah DBS yang menduduki posisi tertinggi.
Di bawah kepemimpinan Gupta sejak 2009, DBS mengalami transformasi besar-besaran. Bank ini mendapat pengakuan global sebagai World’s Best Digital Bank oleh Euromoney pada 2016 dan berkali-kali dinobatkan sebagai World’s Best Bank sejak 2018. Gupta tak hanya membawa DBS tumbuh dari segi profitabilitas, tetapi juga mengukuhkan reputasi sebagai bank inovatif yang sukses beradaptasi di era digital.
Di tahun terakhir kepemimpinan Gupta, DBS mencatatkan kinerja keuangan terbaiknya. Laba bersih tahunan 2024 melonjak 11% menjadi US$11,4 miliar. Kapitalisasi pasar DBS menembus US$124 miliar pada akhir 2024, menjadikannya perusahaan Singapura pertama yang melampaui nilai US$100 miliar.
Total pengembalian pemegang saham mencapai 51% sepanjang 2024, dengan kenaikan harga saham 44% dan dividen 7%. Harga saham DBS melonjak lebih dari 280% sejak Gupta pertama kali menjabat sebagai CEO, ditutup di angka US$46,47 pada 28 Maret 2025.
Dewan direksi juga mengusulkan dividen final sebesar US$0,60 per saham, sehingga total dividen tahunan mencapai US$2,22 per saham, meningkat 27% dibanding tahun sebelumnya.
Meskipun mencatatkan performa cemerlang, perjalanan Gupta di DBS tak selalu mulus. Tahun 2023 menjadi catatan kelam ketika serangkaian gangguan digital membuatnya menerima pemotongan gaji sebesar 27%. Namun, pada 2024, remunerasi Gupta kembali naik menjadi US$17,6 juta dari US$11,2 juta tahun sebelumnya.
Kini, di bawah kepemimpinan Tan Su Shan, DBS menghadapi tantangan baru. Tan mengakui bahwa ketidakpastian ekonomi global dan semakin kompleksnya permintaan nasabah akan menjadi faktor yang harus dihadapi bank ke depan.
“Nasabah kini semakin cerdas dan menginginkan lebih dari bank mereka. Kepercayaan dan keamanan akan menjadi faktor utama dalam mempertahankan klien,” kata Tan seperti dikutip The Straits Times. Ia menegaskan bahwa wealth management akan tetap menjadi sektor prioritas DBS, dengan aset kelolaan tumbuh 17% pada 2024 hingga mencapai US$426 miliar.
Selain itu, sektor transaction banking akan menjadi area ekspansi utama. “DBS telah menciptakan ekosistem transaksi digital dengan volume tinggi, terutama dalam pembayaran lintas batas. Kami akan terus berada di garis depan inovasi ini,” tambahnya.
Di tengah meningkatnya arus perdagangan intra-Asia dan investasi perusahaan multinasional ke kawasan ini, DBS berambisi untuk tetap menjadi pemain kunci dalam ekosistem keuangan global. ■