
Bank terbesar di Asia Tenggara, DBS Group, tengah berusaha mengakuisisi saham pengendali di Panin Bank. Akuisisi ini bisa menjadi langkah strategis bagi DBS untuk memperkuat posisinya di pasar Indonesia. DBS bersaing ketat dengan CIMB Group dari Malaysia dan sejumlah bank besar lainnya. Proses penawaran akhir dijadwalkan berlangsung pada April atau Mei 2025. Jika berhasil, akuisisi ini bisa mengubah lanskap perbankan nasional.
Fokus utama:
- DBS dalam posisi terdepan untuk mengakuisisi Panin Bank, bersaing dengan CIMB dan Sumitomo.
- Potensi dampak akuisisi terhadap industri perbankan Indonesia, termasuk penguatan posisi DBS di pasar domestik.
- Dinamika kepemilikan saham Panin Bank, dengan ANZ Australia dan keluarga Gunawan sebagai pemegang saham utama yang bersiap melepas kepemilikan.
Raksasa perbankan asal Singapura, DBS Group, disebut-sebut menjadi kandidat terkuat dalam proses akuisisi saham pengendali Panin Bank (PNBN). Menurut laporan Reuters, DBS bersaing ketat dengan CIMB Group dari Malaysia dan beberapa institusi keuangan besar lainnya. Jika kesepakatan ini tercapai, DBS akan semakin memperkuat cengkeramannya di pasar perbankan Indonesia yang kian kompetitif.
Sumber yang mengetahui rencana ini menyebutkan bahwa sekitar 86% saham Panin Bank tersedia untuk diakuisisi. Kepemilikan gabungan antara ANZ Australia dan keluarga Gunawan diperkirakan bernilai US$1,8 miliar berdasarkan harga penutupan saham per 25 Maret 2025. ANZ, yang memiliki 39% saham berdasarkan data LSEG, telah berusaha menjual kepemilikannya sejak 2013. Sementara itu, keluarga Gunawan dikabarkan fleksibel dalam menentukan jumlah saham yang akan dilepas, tergantung pada harga yang ditawarkan.
Sumber lainnya menyebutkan bahwa penawaran final diharapkan berlangsung antara akhir April hingga awal Mei. Namun, kepastian kesepakatan masih bergantung pada keputusan akhir para calon pembeli.
Jika berhasil mengakuisisi Panin Bank, DBS berpotensi naik peringkat menjadi salah satu dari 10 bank terbesar di Indonesia dan tentu ini akan menggeser peta peebankan Indonesia.
Saat ini, DBS Indonesia memiliki satu kantor pusat, 33 kantor cabang, dan 3.011 karyawan yang tersebar di 15 kota besar. Sementara itu, Panin Bank memiliki jaringan yang lebih luas dan bisnis yang mencakup pembiayaan konsumen serta pengelolaan kekayaan.
“Kami selalu terbuka untuk akuisisi strategis selama memberikan nilai tambah dan selaras dengan strategi bisnis kami,” ujar CEO DBS yang baru, Tan Su Shan, dalam wawancara dengan Reuters pekan ini.
Langkah DBS ini juga mencerminkan tren ekspansi bank asing ke pasar Indonesia. Sebelumnya, Maybank sempat mempertimbangkan akuisisi Panin Bank, sementara dua bank asal Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group dan Sumitomo Mitsui Banking Corp, juga dikabarkan tertarik. Namun, belum ada kepastian mengenai langkah mereka ke depan.
Panin Bank, yang didirikan oleh Mu’min Ali Gunawan pada 1971 dan melantai di Bursa Efek Jakarta sejak 1982, mencatatkan laba bersih Rp2,74 triliun pada 2024, naik 8,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan laba ini didorong oleh peningkatan pendapatan bunga dan penurunan cadangan kerugian kredit.
Namun, di sisi lain, saham Panin Bank anjlok sekitar 20% sepanjang tahun ini. Pelemahan ini terjadi seiring dengan tren negatif di pasar modal Indonesia dan depresiasi nilai tukar rupiah, yang memicu kekhawatiran investor terhadap kebijakan ekonomi pemerintah.
Akuisisi Panin Bank oleh DBS bisa menjadi momentum penting bagi industri perbankan nasional. Selain menambah kekuatan DBS, akuisisi ini juga berpotensi meningkatkan persaingan di sektor perbankan dan memicu transformasi di berbagai lini layanan keuangan di Indonesia. ■