Bank Indonesia pertahankan BI-Rate di level 5,75%, kredit perbankan melonjak 10,3%

- 21 Maret 2025 - 06:17

Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit perbankan tetap tinggi pada Februari 2025, mencapai 10,3% secara tahunan (yoy). Kenaikan ini didorong oleh realokasi likuiditas oleh perbankan, tren positif Dana Pihak Ketiga (DPK), serta kinerja korporasi yang solid. Pembiayaan syariah tumbuh 9,15%, sementara kredit untuk UMKM masih terbatas di 2,51%.


Fokus utama:

  1. Kredit perbankan tumbuh dua digit berkat kebijakan makroprudensial Bank Indonesia, dengan insentif likuiditas mencapai Rp291,8 triliun untuk sektor-sektor prioritas.
  2. Kredit investasi naik signifikan 14,62% (yoy), sementara kredit UMKM hanya tumbuh 2,51%, menunjukkan tantangan akses pembiayaan bagi sektor kecil dan menengah.
  3. Bank Indonesia meningkatkan insentif makroprudensial dari 4% menjadi 5% dari DPK mulai April 2025 untuk mempercepat ekspansi kredit ke sektor produktif.

Bank Indonesia (BI) memastikan pertumbuhan kredit perbankan tetap kuat untuk menopang ekonomi nasional. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 18-19 Maret 2025, BI melaporkan kredit perbankan tumbuh 10,3% secara tahunan (yoy) pada Februari, didorong oleh kombinasi faktor penawaran dan permintaan.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa perbankan terus merealokasi alat likuid menjadi kredit, seiring dengan meningkatnya Dana Pihak Ketiga (DPK). “Dukungan pendanaan dari DPK masih mencatat tren positif, sementara likuiditas tetap memadai dengan implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM),” kata Perry dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (19/3).

Dari sisi perbankan, insentif KLM yang diberikan BI mencapai Rp291,8 triliun. Alokasi terbesar diterima oleh bank swasta nasional (Rp132,8 triliun), diikuti bank BUMN (Rp125,7 triliun), bank pembangunan daerah (Rp27,9 triliun), dan kantor cabang bank asing (Rp5,4 triliun).

Kredit perbankan disalurkan ke berbagai sektor prioritas, termasuk pertanian, real estate, konstruksi, perdagangan, manufaktur, transportasi, pariwisata, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

“Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan korporasi yang masih tumbuh positif,” ujar Perry.

Rinciannya, kredit investasi melonjak 14,62% (yoy), kredit modal kerja naik 7,66%, dan kredit konsumsi bertambah 10,31%. Namun, pertumbuhan kredit UMKM hanya 2,51%, jauh di bawah segmen lainnya, mengindikasikan tantangan yang masih dihadapi sektor ini dalam mendapatkan pembiayaan.

Di sisi lain, pembiayaan syariah mencatat kenaikan 9,15%, seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap produk keuangan berbasis prinsip syariah.

Bank Indonesia menegaskan ketahanan sistem keuangan tetap terjaga. Likuiditas perbankan memadai, tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 26,32% pada Februari 2025.

Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) mencapai 27,01%. Kualitas kredit juga sehat, dengan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) terjaga di level 2,18% (bruto) dan 0,79% (neto).

“Secara keseluruhan, ketahanan perbankan tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko. Ini tercermin dari hasil stress test yang dilakukan Bank Indonesia serta kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga,” kata Perry.

Ke depan, BI akan terus mengoptimalkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif, termasuk meningkatkan KLM dari 4% menjadi 5% dari DPK mulai 1 April 2025. Langkah ini diharapkan dapat mempercepat ekspansi kredit ke sektor-sektor prioritas, termasuk yang menciptakan lapangan kerja, sejalan dengan program Asta Cita Pemerintah. ■

Comments are closed.