
Bank Raya Indonesia (AGRO), anak usaha BRI, mencetak laba bersih Rp50,89 miliar pada 2024, melonjak 108,9% dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih dan strategi digitalisasi yang semakin matang. Kinerja kredit dan kualitas aset juga menunjukkan perbaikan, memperkuat posisi Bank Raya di sektor perbankan digital Indonesia.
Fokus utama:
- Bank Raya berhasil membukukan laba bersih Rp50,89 miliar, meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
- Peningkatan pendapatan bunga bersih dan penerapan prinsip kehati-hatian mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
- Non-performing loan (NPL) turun, mencerminkan manajemen risiko yang lebih baik dan strategi kredit yang lebih selektif.
PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO), bank digital anak usaha Bank Rakyat Indonesia (BBRI), mencatatkan lonjakan laba bersih sebesar 108,9% secara tahunan (YoY) menjadi Rp50,89 miliar pada 2024. Pertumbuhan ini ditopang oleh peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 17,25% YoY, mencapai Rp571,97 miliar.
Di sisi lain, pendapatan berbasis komisi (fee-based income) mengalami kontraksi sebesar 17,18% menjadi Rp10,82 miliar, sementara pendapatan lainnya melonjak 35,58% ke angka Rp496,59 miliar. Selain itu, Bank Raya berhasil memangkas kerugian akibat penurunan nilai aset keuangan (impairment) hingga 162,31%, menjadi Rp156,4 miliar.
Direktur Utama Bank Raya, Ida Bagus Ketut Subagia, menegaskan bahwa kinerja keuangan yang solid pada 2024 merupakan hasil dari strategi digitalisasi yang semakin matang.
“Kami melihat momentum pertumbuhan yang positif, sejalan dengan penguatan bisnis digital dan penerapan prinsip kehati-hatian. Ini terlihat dari kualitas aset yang terus membaik. Dengan fondasi yang kuat, kami optimis menghadapi 2025 dan tahun-tahun mendatang,” ujar Subagia dalam keterangannya, Selasa (11/3).
Bank Raya mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 3,37%, dari Rp6,89 triliun di 2023 menjadi Rp7,13 triliun di 2024. Total aset bank juga meningkat 5,53% menjadi Rp13,13 triliun.
Perbaikan Kualitas Aset dan Efisiensi Biaya
Salah satu indikator positif adalah membaiknya rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL). Pada 2024, NPL gross turun menjadi 3,22%, sementara NPL net mencapai 1,20%, membaik dibanding 4,40% dan 1,51% pada tahun sebelumnya.
Meski demikian, dana pihak ketiga (DPK) Bank Raya sedikit terkontraksi sebesar 0,65% menjadi Rp8,13 triliun. Deposito tetap menjadi pilar utama simpanan dengan total Rp5,9 triliun.
Net Interest Margin (NIM) Bank Raya naik 53 basis points (bps) menjadi 4,44%, dari 3,91% pada 2023. Sementara itu, rasio profitabilitas, baik return on asset (ROA) maupun return on equity (ROE), menunjukkan tren positif, masing-masing meningkat 20 bps menjadi 0,40% dan 82 bps menjadi 1,59%.
“Peningkatan laba dan kinerja keuangan mencerminkan keberhasilan transformasi digital yang kami jalankan. Strategi pengembangan produk yang tepat telah membawa Bank Raya ke arah pertumbuhan yang lebih sehat dan berkelanjutan,” pungkas Subagia.
Ke depan, Bank Raya diperkirakan akan terus memperkuat ekosistem digitalnya, dengan fokus pada inovasi layanan dan optimalisasi teknologi guna meningkatkan efisiensi serta daya saing di industri perbankan digital Indonesia. ■