
Direktur Utama Bank BJB, Yuddy Renaldi, mengundurkan diri dari jabatannya, memicu spekulasi terkait kasus dugaan korupsi yang sedang diselidiki Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Manajemen Bank BJB menegaskan bahwa pengunduran diri Yuddy murni karena alasan kesehatan, sementara KPK tengah mengusut dugaan markup dana iklan bank tersebut senilai Rp200 miliar.
Fokus utama:
- Yuddy Renaldi secara resmi mengundurkan diri sebagai Direktur Utama Bank BJB. Pihak bank menyatakan bahwa alasan utama pengunduran diri ini adalah kondisi kesehatannya.
- KPK sedang menyelidiki dugaan penggelembungan dana iklan Bank BJB periode 2021–2023 yang mencapai Rp200 miliar. Isu ini memicu spekulasi bahwa mundurnya Yuddy terkait dengan kasus tersebut.
- Hingga saat ini, Bank BJB belum menentukan siapa yang akan menggantikan Yuddy Renaldi. Keputusan akan diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2024.
Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank BJB), Yuddy Renaldi, secara mengejutkan mengundurkan diri dari jabatannya. Langkah ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan industri keuangan, mengingat pengunduran dirinya terjadi di tengah penyelidikan dugaan korupsi yang sedang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Corporate Secretary Bank BJB, Ayi Subarna, membantah bahwa pengunduran diri Yuddy terkait dengan kasus tersebut. Menurutnya, keputusan ini diambil murni karena alasan kesehatan.
“Karena sakit, beliau (Yuddy Renaldi) memutuskan untuk fokus pada penyembuhan,” ujar Ayi Subarna dalam pernyataannya, Rabu (5/3).
Namun, di sisi lain, KPK tengah mengusut dugaan markup dana iklan Bank BJB periode 2021–2023 yang ditaksir mencapai Rp200 miliar. Berdasarkan temuan awal, nilai penggelembungan anggaran tersebut disebut mencapai 100%.
Penyelidikan ini semakin menarik perhatian publik setelah muncul kabar bahwa KPK telah menerbitkan Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) terkait kasus ini. Meski belum ada pernyataan resmi mengenai keterlibatan Yuddy, spekulasi berkembang bahwa pengunduran dirinya berkaitan dengan penyelidikan yang sedang berjalan.
Sementara itu, terkait pengganti Yuddy, Ayi Subarna menyatakan bahwa pihak Bank BJB belum bisa memastikan siapa yang akan mengisi posisi tersebut.
“Belum ada keputusan soal pengganti. Semua akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST),” jelasnya.
Keputusan mundurnya Yuddy juga menarik perhatian pasar. Saham Bank BJB (BJBR) justru mengalami kenaikan setelah pengumuman tersebut. Para analis berspekulasi bahwa investor merespons positif kemungkinan adanya perombakan manajemen yang lebih bersih dan transparan.
Sejak menjabat sebagai Direktur Utama Bank BJB, Yuddy dikenal sebagai figur yang mendorong transformasi digital di perbankan daerah. Di bawah kepemimpinannya, Bank BJB mencatat pertumbuhan laba bersih yang solid dan ekspansi bisnis yang agresif.
Namun, dugaan keterlibatan bank dalam kasus korupsi ini bisa menjadi pukulan bagi reputasi institusi tersebut. Publik kini menunggu langkah lebih lanjut dari otoritas hukum dan manajemen Bank BJB dalam menangani persoalan ini.
Apakah pengunduran diri Yuddy benar-benar karena alasan kesehatan, atau ada kaitannya dengan penyelidikan KPK? Publik masih menunggu kejelasan lebih lanjut. ■