
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) meneken kerja sama strategis dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMI) melalui transaksi repurchase agreement (repo) senilai Rp550 miliar. Dana ini bertujuan untuk memperkuat likuiditas SMI dalam mendukung proyek-proyek infrastruktur strategis di Indonesia. Transaksi ini menandai langkah inovatif dalam sinergi sektor keuangan dan infrastruktur guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Fokus utama:
- Strategi BNI dalam optimalisasi likuiditas. BNI menggunakan skema repo sebagai instrumen untuk menyalurkan dana ke sektor infrastruktur.
- Peran SMI sebagai katalis pembiayaan infrastruktur. SMI memanfaatkan dana ini untuk mempercepat pendanaan proyek infrastruktur.
- Dampak ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. Sinergi ini mendukung pertumbuhan ekonomi nasional melalui investasi di sektor infrastruktur.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) menegaskan komitmennya dalam mendukung pembangunan infrastruktur nasional dengan menyalurkan pendanaan Rp550 miliar kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMI). Dana ini diberikan melalui skema repurchase agreement (repo), sebuah mekanisme yang memungkinkan SMI mendapatkan pendanaan jangka pendek dengan menjaminkan surat berharga.
“Transaksi repo ini memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Bagi BNI, ini adalah cara strategis untuk mengoptimalkan dana, sementara bagi SMI, ini menjadi solusi likuiditas yang cepat dan fleksibel,” ujar SEVP Treasury BNI, Ita Tetralastwati, dalam keterangan resmi, Selasa (4/3).
Kerja sama ini menjadi langkah pertama BNI dalam menyalurkan pembiayaan melalui repo kepada SMI, sejalan dengan strategi bank dalam mendukung proyek infrastruktur yang dicanangkan pemerintah. Ita menegaskan bahwa sinergi antara BNI dan SMI akan terus diperkuat guna menciptakan mekanisme pembiayaan yang lebih efisien dan berkelanjutan.
SMI, sebagai lembaga pembiayaan infrastruktur yang dimiliki negara, memegang peran kunci dalam mempercepat pembangunan nasional. Direktur Operasional dan Keuangan SMI, Aradita Priyanti, menyebutkan bahwa kerja sama ini sejalan dengan target pemerintah dalam meningkatkan investasi di sektor infrastruktur.
“Dengan dukungan BNI, SMI dapat lebih fleksibel dalam menyalurkan pembiayaan untuk berbagai proyek strategis, sehingga pembangunan infrastruktur dapat berjalan lebih cepat,” ujar Aradita.
Pemerintah menargetkan belanja infrastruktur senilai Rp392 triliun pada 2025, mencakup proyek jalan tol, transportasi publik, dan fasilitas energi hijau. Sinergi antara sektor perbankan dan lembaga pembiayaan seperti SMI menjadi kunci dalam mencapai target tersebut.
Transaksi repo menjadi salah satu instrumen keuangan yang semakin diandalkan dalam pembiayaan infrastruktur. Skema ini memungkinkan lembaga seperti SMI mendapatkan likuiditas tanpa harus melepas aset jangka panjang.
Selain repo, beberapa skema pembiayaan lain yang tengah dikembangkan untuk mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia meliputi:
- Obligasi Infrastruktur – Surat utang yang diterbitkan khusus untuk pendanaan proyek.
- Sukuk Infrastruktur – Instrumen berbasis syariah yang digunakan untuk pembiayaan proyek dengan sistem bagi hasil.
- Public-Private Partnership (PPP) – Kemitraan pemerintah dengan swasta untuk membangun dan mengelola proyek infrastruktur.
Dengan meningkatnya kebutuhan infrastruktur dan keterbatasan anggaran negara, inovasi dalam skema pendanaan menjadi sangat krusial.
Investasi di sektor infrastruktur memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian. Menurut data Kementerian Keuangan, setiap Rp1 triliun investasi infrastruktur berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1%.
Selain itu, sektor ini juga menciptakan efek berganda dengan meningkatkan produktivitas industri, menciptakan lapangan kerja, serta memperkuat daya saing Indonesia di kancah global.
Kerja sama antara BNI dan SMI ini menjadi bukti bahwa sinergi antara perbankan dan lembaga pembiayaan dapat menjadi solusi inovatif untuk mempercepat pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan. ■